DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

JEBAKAN PARADIGMA: Benarkah China di Ambang Krisis Ekonomi

image
Ilustrasi ekonomi China.

ORBITINDONESIA.COM - Mengapa George Soros menilai jika China saat ini sedang di ambang krisis ekonomi?

Bukan hanya Soros tetapi juga the Economist, TIME, Bank of Canada, the New York Times, Forbes, Nourel Roubini, Gordon Chang, Business Insider, CNBC dan masih sederet nama beken lagi yang memprediksi ekonomi China akan kolaps.

Prediksi tentang ekonomi China tersebut bahkan telah dikemukakan sejak 1990 lalu. 

Baca Juga: 4 Kecelakan terjebak di Lift yang Terjadi di Indonesia Tahun 2023 Terbaru Kasus Az Zahra Lampung

Prediksi demi prediksi bahwa ekonomi China akan kolaps, terus menerus salah selama 30 tahun lebih dan ekonomi China-pun terus tumbuh dinamis dan bergerak maju.

Namun prediksi para pakar tetap laris bahkan buku Gordon Chang, The Coming Collapse of China yang terbit pertama kali tahun 2000 dicetak berulangkali dan Gordon Chang-pun terus menambang dollar.

Sekalipun isi buku itu, the Coming Collapse of China setelah 20 tahun lebih tetap tidak terbukti dan hanyalah sebuah prediksi yang bergaung di ruang kosong belaka. Di sini nampak jelas bahwa sekalipun tidak terjadi dan tidak terbukti, prediksi itu tetap diyakini dan laris.

Orang berbondong-bondong membeli buku Gordon Chang. Berbondong-bondong membayar tiket mahal hanya untuk bisa mendengarkan Soros ngomong China Collapse! 

Baca Juga: Detail Adegan dari Lagu Closing Anime Jujutsu Kaisen Season 2 Perpisahan Satoru Gojo dan Suguru Geto

Artikel-artikel kuno Business Insider, TIME, the Economist dicetak ulang, bayarpun tidak masalah hanya demi bisa membaca analisis China Collapse. Lalu apa artinya ini? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?

Bagi masyarakat Barat yang deeply religious, mereka terbiasa sabar dan tetap percaya menunggu berbagai nubuatan. Di mana mereka bersabar dan tetap percaya menunggu selama ribuan tahun.

Jadi tidaklah aneh atau ganjil, jika mereka tetap percaya menunggu bertahun-tahun ke depan hanya demi datangnya, the Coming Collapse of China.

Jadi pertanyaan yang lebih menarik justru terletak pada Soros, Gordon Chang, tim jurnalis the Economist, CNBC dan sebagainya Mengapa para pakar ini selalu salah memprediksi ekonomi China hingga 30 tahun lebih? Jawaban atas pertanyaan diatas akan fokus pada problema ini, yaitu Jebakan Paradigma (The Paradigm Trap).

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Mission Impossible Dead Reckoning Part One, Tom Cruise bermain Penuh Aksi Berbahaya

Bagi mereka yang dididik dan hidup dalam sebuah dunia yang meyakini bahwa Komunisme atau Sosialisme itu adalah teori yang salah, ekonomi Komunisme atau Sosialisme pasti hancur dan remuk, pemerintahannya menindas dan memperkosa rakyat, komunisme adalah iblis yang harus dimusuhi, dan sebgainya, akan melihat kemajuan ekonomi China sebagai sebuah pengecualian belaka.

Sesuatu yang hanya terjadi sementara. Dalam benak merekapun segera muncul tebakan ataupun prediksi bahwa sebentar lagi, "pasti akan remuk, pasti akan hancur, pasti ada krisis yang muncul, dan sebagainya."

Akibatnya, masalah sekecil apapun yang terjadi pada ekonomi China akan ditafsirkan sebagai indikasi keruntuhan ekonomi. Mulai dari penertiban para konglomerat termasuk grup Alibaba dan Ant Group, Evegrande, crash yang terjadi di bursa saham, dan seterusnya.

Pola pikir ini adalah politis - ideologis, pendapat atas ekonomi China dilontarkan atas dasar penilaian (dalam pengertian, judgement) dengan dasar ideologi atau filosofi politik, bukan atas dasar analisis dengan basis data. Ini jelas bukan pola pikir saintifik yang selalu data based, analisis lahir atas basis data.

Baca Juga: Ajakan Pandawara Group Bersihkan Pantai Terkotor di Indonesia Berhasil, 3700 Orang di Lampung Turut Membantu

Jika kita perhatikan dengan teliti alur logika analisis Gordon Chang, Soros, the Economist, TIME, atau Bank of Canada, kita temukan kesamaan bahwa mereka telah menyimpulkan hasilnya tanpa didasarkan pada analisis data yang mendasar dan komprehensif.

Akibatnya, mereka tidak mampu bergerak keluar dari paradigma Kapitalisme Pasar (Market Capitalism). Mereka terjebak dan menganalisis ekonomi China dengan menggunakan logika serta diktum-diktum Kapitalisme Pasar. Ini adalah sebuah kesalahan fatal karena China bukan sebuah Kapitalisme.

Dalam sebuah Kapitalisme, selalu hadir Kelas Kapitalis yang kuat, mapan serta menguasai ekonomi dan politik negara. Seperti terjadi di AS, gambar dibawah ini memberikan illustrasi atas apa yang terjadi di masyarakat AS.

(Lim Chandra) ***

Berita Terkait