DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Percakapan Dua Mantan Wartawan, Sehabis Periksa ke Dokter

image
Ilustrasi percakapan 2 mantan wartawan di taksi, sehabis periksa ke dokter.

ORBITINDONESIA.COM - Dokter Asa menyambut kedatangan kami dengan senyum lebar di depan kamar prakteknya. "Saya lega kalau lihat Bapak, ternyata masih ada!".

Dokter satu ini memang das des kalau ngomong, maklum dari Malang. Sudah lebih 10 tahun menjadi langganan saya. Hari itu saya kontrol jantung, mintanya 3 bulan sekali tapi kali ini sudah lebih 5 bulan.

Saya sengaja ngirit, maklum sekali kontrol bisa habis Rp 4 juta termasuk transpor, periksa via echo cardiac, EKG, honor dokter dan obatnya. Sebenarnya bisa saja pakai BPJS tapi biasanya disentuh pun tidak. Serasa belum berobat!

Baca Juga: Ulasan Denny JA: Menuju Seni Lukis Baru Menggunakan Artificial Intelligence

Apalagi kasus saya agak khusus. Tahun lalu saya sudah divonis harus operasi ganti aorta jantung dan 2 klep jantung. Tapi hasil pemeriksaan medis, para dokter menyimpulkan resikonya sangat tinggi: ganti aorta (membengkak 2X normal) dan ganti 2 klep jantung, apalagi usia saya nyaris 80 tahun.

Keputusan saya: gak usah dioperasi! Biar jantung saya bekerja sampai akhir. Itu sebabnya hrs kontrol 3 bulan sekali.

"Detak jantung Bapak tak beraturan!" Kata dokter. "Sering lihat cewek cantik ya?" guraunya.

" Ya tiap hari lihat istri saya" kami tertawa berderai. Hari itu saya dan isteri meninggalkan RS Harkit dengan ringan. Tak ada yg dikhawatirkan.

Pulangnya kami naik taksi online, sopirnya tinggi besar dengan kumis tebal dan sebagian memutih. Sepintas kayak sobat saya, Yudhah.

Baca Juga: Pasca 5 September 2023, Ganjar Bisa Gas Pol dan Menyalip Elektabilitas Prabowo

"Habis kontrol Pak" tanyanya ramah. "Hasilnya baik khan?" sambungnya.

"Ya, masih bisa ikut pemilu." Dia tertawa "Memang apa pentingnya pemilu Pak?" tanyanya sambil keluar halaman rumah sakit.

"Ya mau lihat bagaimana akhir lucu-lucuan ini." Dia tertawa.

"Tapi memang lucu kok Pak. Sebelum pemilu pada berantem tapi habis pemilu semua gabung sama yang menang. Tampaknya tak ada yang punya prinsip yang harus dipertahankan kecuali uang.

Makanya saya jamin banyak orang yang memilih presiden di luar jago partainya. Jadi hasil pemilihan Presiden tidak identik dengan hasil pilihan partai! Seru ya!"

"Ya makanya saya mau lihat hasil pemilu dulu," jawab saya.

Baca Juga: Prediksi Skor Liga Inggris, Tottenham Hotspur vs Manchester United di Pekan ke 2 Malam Ini WIB

"Sebenarnya rakyat itu khan hanya perlu dua hal saja: kesehatan dan pendidikan gratis! Tapi sampai sekarang kok belum ada partai atau capres yang berani membawa topik itu, heran!"

Saat itu kami melintas di jalan tol Kebon Jeruk arah Tangerang. Dari Harkit ke rumah jaraknya cukup jauh, paling cepat satu jam!

"Kalau capresnya, sampeyan cenderung ke mana, Mas" tanya saya.

"Kalau saya gabung saja Ganjar sama Prabowo. Pasti menang dan Prabowo pasti bisa jadi wapres, daripada kalah lagi he he he. Lagian itu akan menghemat uang negara, pemilu presiden cukup satu putaran"

"Ya kalau Anies jadi maju. Kalau tidak, khan gak ada lawannya?"

"Ya di situ ramainya sekarang ini. Begitu Anies pilih cawapres, Ganjar- Prabowo bisa gabung. Kalau tak kunjung diumumkan, ya Ganjar ketemu Prabowo. Jadi semua tunggu moment untuk pilih cawapresnya ha ha ha. Ini teori sopir taksi Pak!"

Baca Juga: Puluhan Remaja Putri dari Berbagai Daerah Disekap Diduga Dijadikan Pekerja Seks di Gang Royal Jakarta Utara

"Sampeyan kok pinter buat prediksi Mas. Orang politik ya?"

"Bukan Pak, saya dulu mantan wartawan koran harian Pak. Jadi ngerti sedikit-sedikit, kebetulan bidang saya politik."

"Kenapa banting stir jadi sopir taksi? Pensiun dini ya?"

"Ya Pak, koran cetak sudah gak laku, wartawan ditawarin jadi wartawan dot com apa pensiun dini. Saya pilih pensiun dini, tak bisa saya menjadi wartawan yang melaporkan kejadian sepotong-sepotong seperti di dot com. Tak ada jiwanya!"

Mobil sudah sampai depan rumah, isteri sudah turun tapi saya masih penasaran. "Lalu Pak Jokowi akan sampean dapuk jadi apa?"

"Ketua umum partai Pak, biar kepartaian di Indonesia diberesin. Selama ini tujuannya cuma cari duit saja!"

"Partai Gerindra ya?"

" Wah Bapak sudah membaca pikiran saya" katanya tergelak-gelak.

Sambil turun untuk basa-basi saya berucap, "Mampir Mas Asden Nainggolan. Saya juga bekas wartawan kok. Kita ngobrol."

"Terima kasih, lain kali Pak. Sudah ada order baru". Mobilnya pun meluncur.

(Oleh: Mamak Sutamat, mantan wartawan Kompas) ***

Berita Terkait