DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia Masih Dirasakan

image
Masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia pada perayaan Hari Kelahiran Kwan Tie Tan.

ORBITINDONESIA.COM - Etnis Tionghoa, itu adalah julukan yang selalu kami dengar di mana pun kami berada walaupun kami lahir, tumbuh, mengenyam pendidikan, dan lain-lain sebagaimana layaknya Warga Negara Indonesia (WNI) asli.

Walaupun KTP kami bertuliskan warga negara Indonesia, toh di mana pun kami berada julukan China tetap disematkan pada diri kami. Padahal sebenarnya kami sangat tidak menyukai itu.

Bukan kami juga yang meminta kepada Tuhan, jika kami adalah keturunan Tionghoa. Walaupun kenyataan kami adalah keturunan Tionghoa tetapi jiwa kami adalah Indonesia.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Ketua Umum PRABU, Arvindo Noviar, Bantah Dapat Proyek Rp 200 Miliar dari Kemenhan

Ke mana pun kami pergi ke luar negeri, selalu nama Indonesia yang kami bawa, bukan China. Dan ketika kami berhasil dalam hal karir, kami bisa membuka lapangan pekerjaan, kami tidak mengundang orang-orang China untuk berada di perusahaan kami.

Tetapi WNI asli Indonesialah yang menjadi prioritas kami. Mungkin ada yang dari etnis China, tapi itu sangat sedikit, tidak sampai 10 persen.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Kami WNI keturunan Tionghoa masih ingat betul tragedi 1998, di mana kejahatan yang sangat sadis menimpa kami. Kami yang sudah menjadi bagian dari NKRI menjadi sasaran kebiadaban politik.

Para gadis kami diperlakukan dengan sadis secara seksual. Harta yang kami dapat dengan kerja keras, bukan dari mencuri ataupun merampok, dijarah. Mayat keluarga dan saudara kami yang tidak tahu apa-apa bergelimpangan. Rumah-rumah kami dibakar.

Baca Juga: Ternyata Tunas Aglonema Bisa Tumbuh Pakai Media Tanam Air, Begini Caranya!

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Dan kami cuma bisa memandangi kebrutalan di masa itu tanpa bisa berbuat apa-apa dan tanpa tahu apa dosa kami.

Apa daya kami yang minoritas. Protes pun tidak mampu kami lakukan. Ya, kami kaum minoritas yang menjadi korban kebrutalan politik harus mengadu kepada siapa dan menyalahkan siapa?

Ya sudahlah terima saja. Sikap itulah yang akhirnya menjadi pilihan kami. Dan kini setelah kejadian itu dan trauma kami belum hilang, kami masih harus menerima sikap sinis.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Usaha-usaha yang kami lakukan untuk melakukan tindakan antisipasi jika hal serupa terjadi lagi, justru dianggap oleh sebagian orang sebagai sebuah tindakan mengeksklusifkan diri dan tidak mau membaur dengan WNI asli.

Baca Juga: SM Umumkan Detail Album Debut RIIZE, akan Ada Banyak Versi yang Dirilis, Berikut Ini Detail dan Link Pre-Order

Kami WNI keturunan Tionghoa jiwa kami adalah Indonesia. Apapun yang bisa kami lakukan kami persembahkan itu untuk Indonesia baik itu di bidang olahraga, seni, bisnis, keilmuan, dan lain-lain.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Kami keturunan Tionghoa baru benar-benar diperlakukan sama saat menjelang pemilu. Tetapi sejujurnya trauma akan tragedi 1998 itu selalu kembali membayangi kami saat-saat menjelang pemilu atau pilpres.

Satu hal yang menjadi pertanyaan kami, jika kami merasa seutuhnya WNI, kapan akan kami akan diakui sebagai WNI seutuhnya?

(Dikutip dan diedit dari tulisan L. Nugroho di Sintesa). ***

Berita Terkait