DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Peneliti Unej Bikin Alat Pengering Daun Kelor, Cukup 4 Jam Tanpa Sinar Matahari

image

ORBITINDONESIA.COM – Menjemur hasil pertanian kini tak sepenuhnya bergantung pada sinar matahari.

Salah satunya ditunjukkan melalui alat pengering daun kelor yang diciptakan sejumlah ilmuwan dari Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta Unej). 

Alat pengering daun kelor itu kini dihibahkan kepada para petani kelor yang ada di Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep.

Baca Juga: VIRAL, Erick Thohir Tersingkir dari Bakal Cawapres Ganjar, yang Sudah Direstui Sandiaga dan Ridwan Kamil

Hibah tersebut merupakan hasil karya Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Reseach Grub Unej.

Dosen Fakultas Pertanian Unej, Djoko Soedjono merupakan anggota kelompok riset yang membuat inovasi alat tersebut.

Dia menjelaskan, kelebihan Alat Pengering Daun Kelor, adalah lebih efektif saat musim hujan, sehingga tidak bergantung sinar matahari.

Baca Juga: Kondisi Terbaru Francesco Bagnaia Usai Kakinya Terlindas di MotoGP Catalunya

Selain itu juga efisien waktu sebab proses pengeringan lebih cepat di banding dengan terik matahari, dan kondisi suhu bisa diatur. Dan juga tidak terkontaminasi kotoran di ruang terbuka.

Diharapkan, dengan hibah tersebut mampu mempercepat produksi produk-produk olahan tanaman kelor agar mampu bersaing di pasar internasional. 

"Kapasitas produksi pengeringan mencapai 8 kg per harinya, jika dengan suhu 60 derajat celcius hanya butuh waktu 4 jam, jika diatur suhu 50 derajat celsius hanya butuh waktu 5 jam," kata Djoko dalam keterangannya pada Senin, 4 September 2023. 

Baca Juga: Berikut Daftar Drakor dan Film yang Pernah Dibintangi Kim Rae Won Selain The First Responders 2

"Tinggal para petani dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan mereka, dan yang terpenting dengan alat pengering ini produk turunan kelor lebih higienis untuk dikonsumsi,"papar Djoko

Sementara itu, Dekan Faperta Unej, Prof Soetriono menyebut, pihaknya selama ini terus melakukan pendampingan kepada para petani kelor.

Produk turunan kelor harus terjaga kebersihan dan harus dijaga kadar nutrisi kelornya. Pasalnya, jika langsung dikeringkan diterik matahari kadar nutrisi kelor bisa berkurang.

"Saya berharap desa ini menjadi destinasi riset bagi para ilmuan yang membidanginya, dan menjadi destinasi edukasi masyarakat yang ada di Pulau Madura," kata Soetriono.

"Jika mau belajar tentang budidaya tanaman kelor ataupun produksi beserta turunannya dapat belajar langsung ke desa ini," harapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Ahmad Nurdi mengatakan, hibah alat ini akan sangat bermanfaat bagi kelompoknya.

Sebab, petani selama ini sangat kesulitan memproduksi produk-produk turunan kelor saat musim hujan.

"Alat ini sangat bermanfaat sekali, apalagi kalau musim penghujan. Padahal permintaan produk-produk turunan kelor ini harus tetap di penuh. Yang kami produksi sekarang seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang untuk oleh-oleh khas Pulau Madura," ungkapnya.

Lalu, ia mengungkapkan, para petani dan pengusaha produk turunan kelor di desanya membutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Dengan bantuan alat pengering dari Universitas Jember ini adalah solusi bagi petani dan pelaku usaha kelor dan produk turunannya. 

Menurutnya, budidaya kelor ini harus ditingkatkan, karena masih sangat dibutuhkan oleh pasar dunia.

Saat ini suplai kelor terbesar dunia hanya dari Indonesia dan India, itupun hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan. Sehingga potensinya masih terbuka luas.

Ahmad Nurdi juga berharap, ke depan petani dan pengusaha kelor ditempatnya bisa meniru inovasi membuat alat pengeringan kelor ini. Karena dengan dioven hasilnya akan lebih streril karena aman dari debu. ***

Berita Terkait