DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Esthi Susanti Hudiono: Kesadaran Masyarakat Akan Pencemaran Lingkungan

image
Esthi Susanti Hudiono tentang kesadaran lingkungan hidup.

ORBITINDONESIA.COM - Kemarin di WA group Esoterika dan Forum Spiritual, Bang Denny JA mengirim tulisan berjudul :”Hanya 15.5 Persen Populasi Indonesia Perhatikan Isu Lingkungan Hidup”.

Masyarakat Eropa barat mencari berita lingkungan sebesar 80 persen hingga 90 persen.

Data survei yang dilakukan yang wajib dicatat adalah: 1) polusi udara di Jakarta terburuk di dunia di beberapa hari di bulan Agustus 2023, 2) sebanyak 77,1 persen masyarakat Indonesia tak mencari berita soal lingkungan hidup.

Baca Juga: Timnas Indonesia Menang Lawan Turkmenistan, Erick Thohir Disanjung Suporter

Kemudian Bang Denny ajukan pertanyaan:”Mengapa itu terjadi?” Prioritas masyarakat Indonesia mengejar basic need di mana isu lingkungan tidak termasuk.

Ini cara pandang yang keliru, lebih lanjut dinyatakan bahwa isu lingkungan (udara, air dan makanan) adalah basic need.

Anggota esoterika bernama Pendeta Albertus Patty membuat pernyataan yang sangat tepat:”Kita semua jadi seperti katak di dalam panci berisi air yang sedang dimasak. Kita semua tenang saja. Padahal bahaya nyata sedang mengancam".

Penutup tulisan yang penting adalah:”Ini menjadi wake up call. Seharusnya kita lebih memperhatikan lingkungan hidup”. Responku adalah menanggapi tulisan tersebut sebagai berikut:

Baca Juga: Timnas Indonesia U-23 Gilas China Taipei 9-0, Pengamat: Terbesar Sejak 22 Tahun Lalu

Polusi Udara

Polusi udara di Jakarta langsung terkait dengan kendaraan sepeda motor dan mobil. Korban penghidup udara polusi masih tidak peduli. Pemerintah belum mampu melakukan pembatasan jumlah kendaraan yang ada.

Secara langsung penghirup polusi terancam untuk menderita kanker. Jadi ada masalah kesadaran di tingkat individu dan kelalaian pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat melalui skema pencegahan.

Ini terjadi terkait dengan usaha besar di bidang kendaraan. Mau memotong sumber rejeki di bidang ini hadapi masalah praktis langsung.

Menurutku masalah kendaraan ini bisa diatasi jika para entrepreneur di bidang ini bangkit kesadarannya dengan mereka membatasi sendiri produksi dan impor kendaraan lalu mereka masuk ke dalam kendaraan ramah lingkungan.

Baca Juga: Daftar Karakter Pemakan Buah Iblis di Manga One Piece Tapi Penggunanya Lemah dan Mudah Dikalahkan

Secara makro udara sehat terkait dengan pohon, hutan dan tanah produktif (tanah pertanian yang diubah menjadi pabrik dan perumahan). Setiap tahun menurut data lain bahwa ada pengurangan lahan hutan dan tanah produktif dalam jumlah besar sekali.

Celakanya terjadi di semua jengkal daerah yang ada. Ini isu makro di mana pemerintah juga terlibat dan bersalah besar. Skema tata kotanya jika kita audit maka saya yakni akan menemukan pelanggaran serius.

Siapa yang mau dan mempunyai waktu serta dana untuk mengaudit tata kota yang ada? Terjadi terus menerus pengurangan hutan untuk penanaman kelapa sawit. Secara nyata gerakan ini telah menjadi masalah kebakaran hutan yang datangkan polusi sampai ke negara tetangga.

Tanah pertanian yang dialihkan menjadi industri dan perumahan telah menjadi sumber datangkan bencana banjir. Banjir yang terjadi dengan frekwensi semakin sering dan penambahan setting baru, belum disikapi dan ditindaklanjuti dengan bermakna oleh pemerintah dan masyarakat.

Baca Juga: Herman Khaeron Demokrat: Akan Ada Pertemuan Megawati dan SBY

Makanan

Indonesia masih berpegang pada kebijakan ketahanan pangan yang berorientasi pada impor. Bahkan beras pun impor besar-besaran. Gaya hidup dengan orientasi menu makanan Barat meningkatkan kebutuhan akan gandum.

Ini berarti terkait dengan impor yang semakin menghabiskan devisi yang ada. Bahkan konyol sekali banyak produk makanan bersumber dari impor. Ini sebenarnya menghina kekayaan Indonesia.

Kekayaan untuk bisa menjadi negara pertanian karena tanah dan matahari yang mungkinkan Indonesia terkemuka, faktanya menampilkan wajah kemiskinan penyediaan pangan untuk masyarakat.

Kebijakan kedaulatan pangan meski didukung namun hanya menjadi wacana untuk keperluan konferensi, kongres dan atau penelitian dengan pemain yang powerless. Kedaulatan pangan sebenarnya sangat mungkin diujudkan jika pemerintah sungguh-sungguh konsentrasi di bidang ini.

Baca Juga: Kenaikan Harga Beras di Wilayah Cirebon Membuat Para Penjual Kelabakan, Simak Harga Terkini di Pasaran!

Indonesia memiliki modal besar untuk mewujudkannya berupa tanah, matahari dan budaya pangan yang telah berkembang lama (budaya ini perlahan menghilang karena hegemoni pangan dari berbagai tempat.

Selain itu kaitannya dengan kesehatan makanan bisa dilihat menu-menu di warung dan restoran. Menu sehat menghilang dan mendominasi adalah fast food. Perubahan ini juga dibiarkan berkembang. Siapa yang seharusnya lakukan kontrol?

Air

Air terkait dengan hutan, pohon dan tata kelola. Ini juga menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Pariwisata dengan pembangunan hotel dan penginapan yang menyerap jumlah air besar dan penambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, menjadi sumber masalah bersama.

Warganegara saat ini tidak bisa mendapatkan air bersih dari kran yang ada. Ada perubahan trend penggunaan air minum dengan membeli air produk swasta.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana membangkitkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan menjadi pengawas pemerintah agar menjalankan mandatnya sebagai pihak mendapat Amanah untuk melindungi semua warganegara dari ancaman kesakitan dan kematian karena salah urus lingkungan?

(Oleh: Esthi Susanti Hudiono) ***

Berita Terkait