DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Misteri Penemuan Empat Mayat Tanpa Kepala di Lampung, Ini Kata Kriminolog UI

image
Misteri Ditemukannya Empat Mayat Tanpa Kepala di Lampung, Ini Kata Kriminolog UI

ORBITINDONESIA.COM- Misteri ditemukannya 4 mayat tanpa kepala di sekitar pesisir pantai Lampung, hingga saat ini polisi belum menemukan titik terang atas kejadian mengerikan tersebut.

Adrianus Meilala seorang kriminolog dari Universitas Indonesia menduga kuat bahwa empat mayat tanpa kepala yang ditemukan di Lampung adalah korban dari pembunuhan berantai.

Dugaan ditemukannya mayat tanpa kepala di Pantai Lampung tersebut merujuk pada bekas luka yang terdapat dalam tubuh korban, yaitu, persendian tangan, dan kaki.

Baca Juga: Rakyat Sudah Cerdas, Betulkah Cukup Dua Paslon Pilpres

Dugaan lainnya juga diperkuat dengan lokasi tempat ditemukannya keempat mayat, yaitu di pesisir.

Menurut keterangan polisi, empat mayat tanpa kepala ini semuanya berjenis kelamin laki-laki, serta ditemukan dalam rentang Agustus hingga September 2023.

Kabid Humas Polda Lampung, Umi Fadillah Astutik mengungkapkan bahwa pihak kepolisian kesulitan untuk menangani kasus ini, dikarenakan jenazah yang ditemukan tersebut tidak ada kepala dan telapak tangan, ini menyulitkan penyelidikan untuk mengidentifikasi sidik jari.

Baca Juga: Indonesia akan Berhadapan dengan Ekuador di Partai Pembuka Piala Dunia U17 2023

Umi Fadilah Astutik juga mengungkapkan bahwa hasil autopsi para korban tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan pada keemapt jenazah tersebut.

Dengan demikian polisi hingga saat ini belum bisa menyimpulkan penyebab dari kejadian ini.

Namun ada pendapat lain yang dapat disoroti dari kejadian ini adalah salah satu akun twitter dengan username @cereepology mengungkap bagaimana kalu kejadian penemuan mayat tersebut mungin bagian dari kejadian alam biasa yang disebut dengan dekomposisi.

Baca Juga: Inilah 8 Fakta Unik Sejarah Megah Gedung BAT Cirebon, Simbol Bersejarah Kota Udang Dibangun Awal Abad ke 20

Dalam unggahannya ia menuliskan bahwa organisme yang mati di perairan laut biasanya memerlukan waktu pembusukan yang dimulai 24-48 jam setelah kematian, tubuh tidak langsung mengambang, tetapi tenggelam dahulu.

Proses waktu pembusukan di dunia kedokteran juga belum diketahui lebih jelas. Namun, kondisi lingkungan perairanlah yang dapat mempengaruhi proses pembusukan organisme seperti faktor temperature, kadar oksigen, salinitas, populasi bakteri, hingga mahluk hidup di area perairan.

Pembusukan di perairan dingin umumnya lebih lambat dibandingkan dengan perairan hangat.

Faktor lainnya adalah mengenai penduduk perairan, bisa jadi ketika organisme sudah tenggelam dibawah, mahluk perairan bisa saja mendekat untuk melehapnya.

Akun tersebut juga menulis bahwa jenazah manusia di perairan tropis bisa mengapung setelah kurang lebih tiga hari, meskipun sudah mengapung bukan berati bebas dari para pemangsa. Hewan darat seperti burung yang terbang di sekitar perairan pun bisa saja melahapnya.

Kemudian hilangnya sebgaian anggota tubuh juga dapat dilihat dari pakaian korban. Perlu dilihat kondisi bahan pakaian jenazah juga berpengaruh.

Pada dasarnya untuk melahap mangsa, hewan laut lebih mengincar area yang terbuka, maka dengan demikian masuk akal apabila bahgian kepala, dan tangan korban tidak ada dikarenakan dilahap oleh hewan laut.

Selanjutnya dalam laporan forensik pun tulang leher masih utuh tidak ditemukannya luka kekerasan seperti sayatan. Jika tulang masih utuh, artinya kepala tersebut lepas secara alami.

Di akhir cuitannya, akun tersebut berkata bahwa kita tidak bisa menduga langsung bahwa ini adalah serial killer.

“Apa pun, mesti ditunggu kelanjutan kasus ini. Bisa aja gue salah, yang jelas, profesi di laut itu sangat berbahaya...,” tutupnya. ***

Penulis: Nisa Oktaviani

Berita Terkait