DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bob Randilawe: Indonesia Bisa Periksa Semua Bantuan Asing untuk Cegah Intervensi Hasil Pilpres 2024

image
Bob Randilawe saat berbicara tentang mewaspadai LSM dan Bantuan Asing pada Pilpres 2024/ YouTube Orbit Indonesia TV

ORBITINDONESIA.COM – Aktivis 1998 Bob Randilawe menyatakan, akan sangat wajar jika Amerika Serikat sebagai negara adidaya punya kepentingan untuk mempengaruhi hasil Pemilu dan Pilpres 2024 di Indonesia. Terlebih AS saat ini memiliki pesaing kuat, yakni Cina yang terus melebarkan pengaruhnya. 

Hal itu disampaikan Bob Randilawe dalam diskusi dan seminar politik bertema “Mewaspadai LSM dan Bantuan Asing pada Pilpres 2024” yang digelar Orbit Indonesia dan XYZ+ Agency pada Minggu, 17 September 2023.

Bob Randilawe mengutip semangat Sukarno pada era tahun 1960-an yang menolak bantuan asing dengan slogannya yang terkenal “Go To Hell with Your Aid”. 

Baca Juga: Ray Rangkuti Usul Ada Pengaturan Donor Asing untuk LSM, Sikapi Kabar NED Intervensi Pemilu di Indonesia

“Cuma sayangnya saat itu Sukarno sudah lemah,” ujar Bob yang juga Wakil Ketua Umum Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) ini. 

Di sisi lain, Bob menyebut selama 10 tahun masa pemerintahannya, Jokowi telah berhasil membawa Indonesia lepas dari jebakan sebagai negara berkembang atau middle income trap. 

“Sehingga sebuah negara yang bisa lepas dari jebakan itu, maka dia akan menjadi negara yang berdaulat,” tutur Bob. 

Baca Juga: Spoiler dan Jadwal Rilis Manga Kagura Bachi, Rekomendasi Komik Jepang terbaru dari Shonen Jump

Dengan demikian, Indonesia saat ini bisa bersikap lebih tegas terhadap donor atau bantuan asing. Terlebih yang terindikasi bertujuan mengintervensi Indonesia atau hasil Pilpres 2024. 

“Itu hak negara untuk memeriksa semua bantuan asing yang masuk. Saya kira semua teman-teman media yang ada di sini, sudah punya akses untuk melihat hal itu,” papar pria yang juga anggota Dewan Pakar DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) ini. 

Bob mengingatkan masyarakat, bahwa AS sepanjang sejarah selalu berupaya untuk ikut campur dalam politik Indonesia. Termasuk diantaranya dalam proses kejatuhan Sukarno di tahun 1966. 

Baca Juga: Mengenal Masalah Kesehatan Mental Ibu Pasca Melahirkan, Tak Hanya Baby Blues, Ada Juga Postpartum

Hal ini juga diyakini akan diulang oleh AS antara lain melalui CIA, yakni untuk mempengaruhi hasil Pilpres 2024. 

“Dia (AS) lupa kalau Indonesia punya Trisakti yang menyatakan Indonesia harus berdaulat. Termasuk berdikari. Kita harus membangun ekonomi dengan kemampuan kita sendiri walau kita tidak anti bantuan asing,” tegas Bob. 

Seminar dan diskusi politik itu digelar terkait kabar bahwa Amerika Serikat melalui NED (National Endwonment for Democracy) sedang berupaya untuk campur tangan dalam proses pemilu dan Pilpres 2024. 

NED merupakan lembaga think thank yang didirikan pejabat CIA. Lembaga ini turut campur antara lain dengan memberikan bantuan asing kepada sejumlah LSM dan organisasi buruh. 

Informasi ini diungkapkan antara lain oleh Satrio Arismunandar, wartawan senior yang juga pemimpin redaksi Orbit Indonesia. 

“Saya mendapatkan bocoran tentang sejumlah LSM Amerika Serikat yang berupaya cawe-cawe (intervensi) dalam politik di Indonesia. Sebagai jurnalis saya tentu tidak bisa langsung menelan mentah-mentah informasi intelejen itu,” ujar Satrio Arismunandar yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar itu. 

Menyikapi bocoran informasi intelejen itu, Satrio mengajak publik untuk melihat konteks peta politik Indonesia saat ini. 

“Kita memiliki kepentingan nasional yang harus diperjuangkan dan itu bisa berbenturan dengan pihak negara lain. Seperti ketika Pak Jokowi membuat kebijakan hilirisasi nikel yang sesuai kepentingan Indonesia, itu kan diprotes Uni Eropa,” tutur Satrio. 

“Juga ketika Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan G-20, Amerika Serikat ingin agar Rusia tidak diundang. Tapi kan tidak bisa,” papar Satrio. 

Menurut Satrio, selama 10 tahun memimpin Indonesia, ada beberapa kebijakan Jokowi yang tidak menguntungkan Amerika Serikat. Hal ini yang bisa menjadi konteks untuk memahami, bahwa negara adidaya itu punya kepentingan terhadap siapapun yang nantinya akan terpilih untuk memimpin Indonesia, pasca Pilpres 2024 mendatang. ***

Berita Terkait