DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

CERPEN: Wanita yang Berjuang Demi Pacarnya yang Dipecat

image
Ilustrasi wanita China yang membela pacar.

ORBITINDONESIA.COM - Pernah satu waktu saya sedang di Guangzhou. Saat akan masuk restoran ada wanita berusaha mendekati saya. Tetapi sekretaris saya cepat menahan wanita itu.
 
Entah apa yang dia katakan.Tetapi wanita itu berusaha ingin bicara dengan saya. Saya cuek saja. Terus masuk restoran bersama James, Michael, Chang.
 
Setelah di table, sedang menanti menu datang, ada wanita yang berjalan cepat ke arah table saya. Dia berlutut depan table kami. Wajahnya tertunduk. Sekretaris saya Lena, langsung mendekati dia. Menanyakan alasan dia berlutut.
 
 
“Pak, dia minta maaf,“ kata Lena
“Maaf? Untuk apa?"
“Pacarnya kerja di Pabrik elektronika kita. Minggu lalu pacarnya diberhentikan karena melanggar disiplin kerja.“
 
“Siapa Boss dia?"
“Pak Chang. Pabrik circuit board di Dongguan,” kata Lena melirik ke arah Chang. Saya menghela napas.
“Suruh dia berdiri,” kata saya. Lena minta wanita itu berdiri. Dia berdiri tapi tidak berani menatap saya.
 
“Sekarang kamu bicara langsung kepada saya. Apa masalah kamu?" kata saya.
 
“Hubungan saya dengan pacar saya sudah berlangsung 1 tahun. Tapi orang tuanya tidak bisa menerima saya. Karena orang tua saya tidak bisa membayar mahar. Kami miskin, pak. Sejak itu pacar saya stres. Belakangan saya tahu dia berhenti kerja. Saya tidak bisa lagi bertemu dia. Semua komunikasi tertutup,“ kata wanita itu dengan tetap menunduk.
 
 
“Ok, terus?” kata saya, mengerutkan kening.
“Saya mohon agar pacar saya diberi kesempatan lagi kerja. Saya tulus dibuang dia. Itu lebih baik daripada dia berhenti kerja karena stres memikirkan hubungan kami,” kata wanita itu. dengan air mata berlinang.
 
Saya kembali menghela napas. Power of love.
“Lena, kamu tenangkan wanita itu,“ kata saya kepada sekretaris. Lena mengajak wanita itu ke table lain. Tak berapa lama wanita itu pergi setelah membungkuk depan saya. Saya lanjutkan makan.
 
“B," kata Michael, Direktur BDG SIDC, “Tidak usah terlalu dipikirkan. Itu sudah biasa di China,“ Lanjut Michael. "Dia orang Hong Kong. Cara berpikirnya tentu beda dengan China daratan."
 
 
“Saya bukan mempermasalahkan soal budaya. Bukan pula soal pacarnya dipecat. Yang tidak bisa saya terima, mengapa wanita itu sampai berusaha bertemu dengan saya. Itu pasti tidak mudah. Kalau komunikasi manajemen baik, tentu tidak perlu dia sampai harus bicara dengan saya.”
 
“Mana ada waktu kita ladenin yang begituan. Masalah kita banyak,” kata Chang.
Saya melotot. “Ngomong apa kamu!" Seketika saya lempar serbet depan dia. Chang terkejut.
 
“Kamu pikir saya tunjuk kamu jadi CEO anak perusahaan karena Anda hebat dan saya tergantung Anda? Tidak. Semua bisnis yang ada, market, finance dan teknologi bersumber dari networking saya.
 
Anda bertugas hanya mengelola sumber daya, termasuk di dalamnya SDM. Kalau pendekatan anda hanya berpatokan kepada aspek bisnis, saya rasa saya kemahalan bayar Anda,“ kata saya dengan nada keras.
 
 
Chang terdiam. Semua terdiam. Saya geleng geleng kepala seraya menatap mereka semua. “James,“ kata saya kepada CEO SIDC. “Saya minta investigasi khusus soal ini. Saya ingin tahu mengapa pacar itu sampai dipecat dan bagaimana prosesnya sampai wanita itu ngotot mau ketemu saya."
 
“B," Seru Chang, ”Saya ikut Anda sejak nol. Saya sudah anggap Anda sebagai kakak saya sendiri. Saya tahu karakter Anda. Tidak mungkin saya merugikan Anda,” kata Chang.
 
“Anda memang sahabat saya. Tetapi saya membuat garis keras antara teman dan bisnis. Kalau terbukti kamu gagal melakukan komunikasi dengan bawahan kamu, kamu keluar,” kata saya tegas.
 
Seminggu kemudian saya dapat laporan dari James hasil investigasi team controllership. “B, masalahnya pacar wanita itu ditugaskan ikut pendidikan ke Shanghai selama 1 tahun. Tetapi pacar wanita itu menolak. Alasannya, dia perlu uang untuk bantu pacarnya bayar uang mahar. Kalau dia ikut pendidikan. Dia akan kehilangan uang tunjangan kerja. Hanya karena itu, Chang pecat pacar wanita itu. Alasannya tidak disiplin,“ kata James.
 
 
“Ada suratnya yang menjelaskan masalahnya itu?" tanya saya.
“Ada. Ini suratnya kepada HRD,” kata James, memperlihatkan suratnya.
 
“Dan bagian HRD tidak memberikan solusi kepada CEO?"
“Tidak ada. Langsung pecat. Itu sudah SOP.“
“Indeks prestasi dia gimana?"
 
“5 tahun kerja dengan predikat excellent,“ kata James mantap.
“Kalau begitu, saya ingin ketemu pacar wanita itu dan wanita itu juga. Atur ketemu dengan saya di Shenzhen,“ kata saya. James mengatur pertemuan itu.
 
Hari sabtu saya ke shenzhen. Bertemu di restoran dengan pacar wanita dan juga wanita itu. Mereka berdua menunduk depan saya. “Ini uang 100.000 Yuan,“ Kata saya, menyerahkan uang kepada wanita itu. “Kamu sekarang sudah punya uang mahar untuk bisa menikah dengan pacar kamu,” lanjut saya.
 
 
“Mulai senin besok kamu masuk kantor lagi. Kerja yang baik ya,“ kata saya kepada pacar wanita itu. Mereka berdua tertegun. Akhirnya mereka membungkuk, mengucapkan terimakasih.
 
Saya kibaskan tangan. “Tak perlu terimakasih. Kalian semua anak saya. Setelah berkeluarga, Jaga suami dengan baik dan kamu sebagai suami jaga perasaan istri ya,“ kata saya. Setelah itu saya pergi. James lanjutkan makan malam bersama mereka.
 
Setelah peristiwa itu sistem HRD diperbaiki dan materi diklat juga diperbaiki, dengan memasukan unsur spiritual dalam pendidikan manajemen komunikasi.
 
Menjadi pemimpin itu bukan hanya menyalahkan bawahan, tetapi menemukan solusi dan memperbaiki proses menangement secara komprehensif. Itu akan terus berproses. Karena tidak ada sistem yang sempurna.
 
(Dikutip dari Diskusi dengan Babo) ***
 

Berita Terkait