DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Alex Runggeary: Budaya dan Perkembangan Zaman, Belajar dari Malioboro

image
Suasana Jalan Malioboro, Yogyakarta.

ORBITINDONESIA.COM - Di media sosial kita menjumpai berbagai pandangan tentang kemajuan zaman dan bagaimana memelihara nilai budaya setempat. Di salah satu wag orang berdebat tentang pembangunan harus memperhatikan budaya setempat.

Bahkan dari kecenderungan pemikirannya agar pemerintah berperan memperhatikan faktor budaya ini. Atau dengan kata lain, pemerintahlah yang bertanggung-jawab memelihara budaya setempat. Tanpa memberi solusi bagaimana caranya.

Pada kesempatan lain orangpun juga berpendapat, "Kita harus seperti China, berpacu bersama teknologi dan atau Iptek. Kita akan maju seperti mereka".

Baca Juga: MK Tolak Gugatan Batas Maksimal Usia Capres dan Cawapres 70 Tahun, Ini Alasannya

Benarkah? Hidup maju bersama teknologi, dan lepas dari akar budaya? Secara naluriah orang cenderung merasa aman dan tentram bila berada dalam lingkungan yang familar. Budaya adalah bagian integral dari lingkungan dimaksud.

Ada research dari World Happines, meneliti tentang perbandingan tingkat kebahagiaan pada pelbagai negara di dunia. Mereka meneliti tentang korelasi antara tingkat kebahagiaan masyarakat, dihubungkan dengan variabel penting dalam kehidupan bermasyarakat dalam tata kelola pemerintahan seperti korupsi dan agama.

Walau fokusnya demikian kita bisa menggunakan fakta ini dalam hubungannya dengan - budaya. Ternyata China tidak termasuk dalam peringkat atas dalam tingkat kebahagiaan masyarakatnya.

Negara nomor satu tingkat kebahagiaan rakyatnya adalah Finlandia. Disusul negara seputaran wilayah itu seperti Denmark, Islandia, Swedia, Norwegia, dan seterusnya.

Baca Juga: Tidak Hanya Luffy, Kini Kurohige Buggy Jadi Yonkou Bersanding dengan Shanks di Anime One Piece

Orang cenderung berpikir, pemerintahlah yang bertanggung jawab terhadap mempertahankan budaya dalam proses pembangunan masyarakat. Ada benarnya dalam aspek tertentu.

Malam ini, malam minggu di jalan Malioboro aku duduk di bangku berjajar kanan dengan antrean andong berkuda dan becak, menanti penumpang. Seperti berjudi dengan nasib, "Kiranya ada pejalan kaki yang mau menyewa andongku", doa kusir terdengar dirimbun pohon Asem.

Berjajar kiri, toko berbaris, Bata, Batik. Kripik, krupuk, baru diantar ibu. Jual di malam Minggu, bersama Gelato. Ratusan orang hilir mudik menikmati malam minggu. Entah membeli, entah tidak, lagi lagi berjudi dengan nasib. Dan itulah kenyataan hidup

Gambaran Malioboro memberikan pelajaran menarik. Budaya itu akan selalu hidup dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman selama masyarakat penganutnya mempraktikkan dalam keseharian perilaku kehidupannya.

Baca Juga: Nikmati Keindahan Wisata Pengunungan dan Kopi Robusta Sanggabuana, Wujud Pemberdayaan Desa BRILiaN

Yogyakarta telah dengan sadar menyandingkan modernisme dengan budaya lama yang terus hidup dalam masyarakatnya. Dan berkembang. Fungsi pemerintah hanya perlu mengatur agar masyarakatnya kebagian secara relatif adil dalam perikehidupan mereka.

Masyarakatnya tidak dimanja dengan segala rupa kebijakan yang meninabobokan seperti di tempat lain seperti Papua. Rakyat di sana dilemahkan secara sistematis.

Seperti kodok dalam tempayan berendam air yang dipanaskan secara perlahan menuju suhu didih. Si kodok tak menyadari ia akan mati pada akhirnya terendam air panas itu. Bunuh diri.

Tidak bagi masyarakat Yogyakarta yang bangkit berjuang sendiri dalam lingkungan hidup yang memadai, aman dan mandiri. Di sini tak pernah sekalipun nampak polisi berseragam di Malioboro khususnya pada malam minggu.

Baca Juga: Begini Nasib Sejumlah Proyek Pembangunan di Surakarta Usai Gibran Rakabuming Jadi Bacawapres

Batik, Bakpia dan Becak - 3B - adalah sinergitas yang ampuh. Kemanapun Anda melangkah akan terus terdengar tawaran layanan 3B ini. Bersaing adalah kata kunci sukses.

Bukan dimanja dengan aturan khusus seperti ditempat lain itu, yang selalu menuntut - diperlakukan secara khusus, yang hanya akan memperlemah dalam jangka panjang. Cepat atau lambat mereka akan bernasib seperti sang kodok? Entahlah !

Mari belajar! Malioboro adalah Sekolah Kehidupan.

Yogya, 21 Oktober 2023

Alex Runggeary adalah peneliti independen dan pengamat pembangunan ekonomi rakyat. ***

Berita Terkait