DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Alex Runggeary: Kopi Paling Enak se Dunia

image
Alex Runggeary menulis tentang kopi paling enak sedunia.

ORBITINDONESIA.COM - Pada suatu waktu seorang pengusaha muda yang sangat berminat di bidang perkopian pelbagai perkembangannya di Ibukota. Kafe-kafe berkembang biak bagai jamur pada musim hujan. Dari Starbuck sampai kafe dorong pinggir jalan mang Tarsun.

Si pengusaha muda telah pernah mencicipi semua kopi itu. Berbagai rupa warna rasa kopinya. Baik di Jakarta bahkan sampai ke negeri asal kafe, Italia.

Namun tak kunjung datang jua rasa itu. Rasa kopi paling enak se dunia. Kini setelah berkeliling seantero dunia, ia bangun pagi disebuah dusun terpencil di perbukitan Tanah Mataram. Ia disuguhi secangkir kopi tubruk. Cangkirnya terbuat dari batok kelapa ukuran mini berwarna hitam kecoklatan tua berlurik putih tipis.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Korban Terdampak Pohon Tumbang di DKI Jakarta Bisa Dapat Santunan

Ia menyeruput kopi itu ragu pengin tahu "Bagaimana rasanya, kopi ndeso ini?". Ternyata, "Ini dia rasa kopi yang selama ini aku cari."

Ia pun bertanya hal-ihwal asal kopi dan bagaimana racikannya. " Ah, biasa saja. Tak ada yang istimewa", jawab si petani tua itu.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

"Tapi, ini sangat istimewa rasanya," Ia kemudian mencari tahu pelbagai sisi rahasia rasa kopi itu. Dari bibit, asal kebun, iklim ke sampai air seduh dengan api dari kayu bakar.

Kini ia telah menemukan apa yang dicarinya selama ini - kopi ndeso. Tiga hari kemudian, ia meninggalkan dusun kecil itu dengan ilmu kopi yang tak ada dua rasanya di seantero dunia.

Ia menuliskan selembar cek dengan nilai yang fantastis. Ia memberikan cek itu kepada pasangan petani lansia itu. "Ini sebagai imbalan atas jasa Anda berdua telah aku menemukan rasa aroma kaya rasa yang selama ini aku cari."

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Terlibat Kasus Dugaan Pemerasan, Rumah Ketua KPK Firli Bahuri Dikabarkan Digeledah Polda Metro Jaya!

Keduanya menerima selembar kertas kecil itu tanpa memahami sedikitpun kalau itu adalah selembar cek ratusan juta rupiah yang dapat mereka uangkan ke bank terdekat.

Si pengusaha muda itu kemudian meninggalkan dusun itu pagi hari benar. Dusun itu masih diselimuti kabut pagi berat oleh embun.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Setelah menyeruput kopi paling enak itu tentunya. Tempurung terakhir. Si ibu petani lansia itu kemudian menyelipkan lembaran kertas cek itu ke sela lembaran kitab tulis tua.

Mereka berdua tak menyadari sedikitpun tentang lembaran cek yang bernilai ratusan juta itu. Sampai lama pada kemudian hari, ketika si ibu mengutak atik simpanan antiknya, ia menemukan lembaran cek itu telah dimakan rayap.

Baca Juga: Satpam Taman Mini Indonesia Indah yang Berbuat Kasar kepada Perempuan Pedagang tidak Resmi Dibebastugaskan

Ia menatapnya hanya sekedar sebagai kenangan penghargaan yang pernah mereka berdua menerimanya dari orang kota itu. Tak ada rasa penyesalan sedikitpun yang menyelinap di hatinya.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Hanya selembar kertas tua dimakan rayap. Kehidupan ndeso yang telah membentuk falsafah kehidupan sederhana, apa adanya. Uang bukan ukuran [1]

Beda pula kisah Uwen, seorang gadis cilik berusia empat tahun. Ia menemukan bagian kopi yang paling enak sejagat dari sisa kopi dari cangkir kecil milik Ninieknya. Suatu rahasia kecil antara Cucu dan Ninieknya. Mereka berdua mufakat tak memberi tahu ibunya.

Suatu ketika, aku mengamati tingkah Uwen yang selalu menunggu dengan setia bagian akhir kopi yang tersisa di dasar cangkir itu. Akupun sembunyi sembunyi menyicipi tipis sisa kopi itu.

Baca Juga: LRT Jabodetabek Sering Terlambat dan Lamban, Inilah Penyebabnya

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

"Tak ada duanya." Kopi terakhir yang melewati lidah terasa enaknya luar biasa. Dan ketika ia melewati lidah dan kerongkongan Anda adalah kenikmatan terakhir pada hari itu, yang hanya bisa terulang pada hari berikutnya

Seperti pada senja itu [2], ketika Mr. Stevens duduk merenungi nasibnya yang terputus - cinta terpendamnya - dengan Miss Kenton.

"Tahukah Anda, bagian hari terindah adalah ketika senja tiba dan memancarkan cahayanya kelangit menebar warna warni mempesona Dan dalam sekejap ia menuju peraduannya", ujar seseorang yang duduk hanya bersebelahan meja dengan Mr. Stevens

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Kopi dan senja memberi warna rasa kehidupan. Dan ada rasa kehilangan dan rindu berpadu menjadi satu ketika ia berlalu.

*Alex Runggeary adalah seorang penulis.

[1] Kopi, karya Dee Lestari yang ditulis kembali secara bebas
[2] Remains of the Day, karya Kazuo Ishiguro, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2017

Berita Terkait