DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Denny JA: Penulis Divisi I akan Bertahan, Artificial Intelligence tak Bisa Menggantikannya

image
Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Ada yang menarik pada berita Amazon. Tahun ini, menurut Reuters, 200 judul bukan yang ditulis oleh artificial intelligence (AI) dijual di Amazon.

Belasan judul di antaranya menjadi buku best seller di situs e-commerce dari Amerika Serikat itu.

“Ini pertama kali dalam sejarah, bahwa manusia bukan satu-satunya makhluk yang bisa menulis,” kata Denny JA, selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.

Makhluk lain  yang juga bisa menjadi penulis adalah AI.

Denny JA mengatakan hal itu pada acara SATUEPNA Award 2023, yang berlangsung di Jakarta.

Tahun ini, SATUPENA award diberikan kepada Putu Wijaya untukkategori fiksi dan Komarudin Hidayat untuk nonfiksi.

Dalam sambutannya, Denny mengungkapkan, ada tiga jenis penulis yang berkembang sejak manusia bisa menulis.

Yang pertama adalah penulis konvensional. Penulis jenis ini menggunakan pengalaman batinnya dan pengetahuannya sendiri sebagai bahan tulisannya.

Penulis jenis kedua ciri khasnya adalah menggunakan AI dalam menulis. Semua urusan kepenulisan, diserahkan kepada AI. Kemampuan AI ini semakin canggih hari demi hari. Jadi, penulis jenis ini hanya memerintahkan AI untuk menuliskan sesuatu.

Penulis jenis ketiga adalah campuran. Pada kelompok ini penulisnya tetap manusia, tapi menggunakan AI sebagai asistennya dalam berkarya. Editor terakhir dan finishingnya tetap manusia.

Per hari ini, penulis konvensional, tanpa dibantu AI masih paling dominan. Namun melalui waktu, yang akan dominan adalah jenis penulis campuran, yaitu mereka yang menulis dengan menggunakan AI sebagai asisten.

“Mengapa? Ini karena hukum sejarah. Survival of the fittest. Yang bisa survive, yang bisa bertahan bukan yang paling kuat, atau yang paling cerdas, tapi yang paling sesuai dengan trend zamannya,” kata Denny JA.

Jika melihat ke belakang, sepanjang sejarah, dalam hal apapun, kelompok yang bertahan adalah mereka yang “riding the tiger, riding the wave, yang mendayagunakan teknologi mutakhir.

“Kita tidak bisa mencampakkan AI sebagai teknologi, lebih baik memanfaatkannya sebagai asisten dalam menulis,” ujar Denny JA.

Dalam sejarah manusia, ada empat teknologi yang mengubah dunia kepenulisan.

Teknologi pertama yang mengubah dunia kepenulisan terjadi setelah manusia menemukan teknologi mesin cetak  gutenberg pada Abad ke-15. Sebelum ada mesin cetak, jika ingin menggandakan tulisan harus ditulis sekali lagi, karena ditulis dengan tangan.

Teknologi mesin cetak karya tulis bisa digandakan dalam jumlah banyak secara serentak. Akibatnya karya tulis pun mengubah dunia.

Teknologi kedua adalah penemuan mesin ketik pada abad ke-19.  Dunia penulisan menjadi jauh lebih efisien lagi. Terjadi standarisasi penulisan. Buku pun masuk industri.

Teknologi selanjutnya yang mengubah dunia kepenulisan adalah internet, yang ditemukan manusia di akhir abad ke-20.

Internet mampu menyebarkankan buku jadi semakin cepat, suratkabar bisa dicetak jarak jauh. Di era ini istilah online menjadi populer.

Setiap kali datang teknologi baru terjadi revolusi dalam kepenulisan.Penulis yang bertahan adalah kelompok yang mampu mendayagunakan teknologi baru: mesin cetak, mesin ketik, dan internet.

Perubahan keempat terjadi sekarang ini, yatu revolusi AI. Mayoritas penulis masih gagap dengan AI.

“Tapi kita membaca trend: penulis yang mendayagunakan AI juga yang nanti bertahan,” Denny JA menjelaskan.

“Pertanyaannya adalah apa yang belum bisa digantikan oleh AI dalam dunia tulis-menulis?” katanya bertanya.

Ia menguraikan, jIka seseorang menulis untuk sekadar informatif, AI sudah bisa menggantikan bahkan dengan hasil yang lebih baik.

Teknologi AI juga mampu mengolah data dengan kecepatan yang luar biasa. Tulisan yang sekadar runtut dan komprehensif  juga bisa digantikan AI.

Hanya satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI, yaitu menulis dengan kedalaman bahasa, kedalaman renungan yang sangat menyentuh hati.

“Inilah jenis tulisan yang dihasilkan penulis Divisi Satu, penulis puncak” katanya.

SATUPENA, organisasi penulis Indonesia, yang sekarang ini paling besar anggotanya. Organisasi ini punya pengurus di 34 provinsi.

“Kita memberi apresiasi kepada penulis Divisi Satu. Satupena Award adalah ucapan terima kasih kita kepada para penulis yang sudah melahirkan karya dengan bahasa yang mendalam, dengan renungan mendalam,” kata Denny JA.

Ini kualitas penulis yang belum bisa digantikan oleh AI. Tahun ini, SATUPENA Award diberikan kepada Putu Wijaya untukmkategori fiksi dan Komarudin Hidayat untuk nonfiksi.

“Kita kini berada dalam periode yang sangat menentukan: History in the making. Sejarah disusun ulang. Juga dunia penulis disusun ulang,” ujarnya.

Tapi kita sudah dapat formulanya. Penulis dengan kedalaman bahasa, kedalaman renungan, yang mampu bertahan. Apalagi jika ia mulai mendayagunakan alat bantu AI. ***

Berita Terkait