DECEMBER 9, 2022
Internasional

Prancis Sangat Prihatin Atas Rencana Israel Intensifkan Perang di Gaza

image
Warga Palestina di tempat penampungan sementara di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat (8/12/2023). (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.)

ORBITINDONESIA.COM - Prancis pada Selasa menyatakan "sangat prihatin" setelah Israel berjanji akan mengintensifkan dan memperdalam operasi militer di Jalur Gaza.

"Prancis dengan tegas menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata yang mengarah pada pengakhiran kekerasan," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.

Kementerian tersebut mengecam "pengeboman sistematis yang kembali menyebabkan banyak korban sipil dalam beberapa hari terakhir."

"Israel harus mengambil tindakan nyata untuk melindungi nyawa penduduk sipil di Gaza," kata pernyataan kementerian itu.

Kemlu Prancis menyambut resolusi Dewan Keamanan PBB terbaru yang menyerukan "langkah darurat" untuk segera memungkinkan akses kemanusiaan yang "aman, tanpa hambatan dan diperluas" ke Gaza.

"Sehubungan dengan hal ini, kami menyerukan kepada Israel untuk memudahkan pengiriman bantuan ke seluruh Jalur Gaza dan untuk mengambil langkah-langkah darurat guna memastikan akses kemanusiaan secara penuh, aman dan tanpa hambatan," tambah pernyataan itu.

Israel telah meluncurkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober.

Serangan Israel telah menewaskan 20.915 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan melukai 54.918 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan tersebut telah menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan 60 persen infrastruktur di daerah kantong tersebut rusak atau hancur dan hampir dua juta orang mengungsi di tengah kelangkaan akut makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Sementara itu, 1.200 warga Israel diyakini telah tewas akibat serangan Hamas.

Tel Aviv bersumpah akan menghancurkan Hamas dan memastikan pembebasan semua sandera yang ditangkap selama serangan pada Oktober. Beberapa sandera tersebut telah kembali setelah gencatan senjata sementara pada November dengan imbalan pembebasan tawanan Palestina.***

Sumber: Antara

Berita Terkait