DECEMBER 9, 2022
Militer

Apakah Indonesia Membutuhkan Angkatan Laut Perairan Biru alias Blue Water Navy?

image
Kapal perusak Armada ke-7 Angkatan Laut AS sedang bersandar di pelabuhan Jepang. AS memiliki Blue Water Navy peringkat 1 (HO/ANTARA/Muhammad Teguh Ariffaiz Nasution)

ORBITINDONESIA.COM - Debat calon presiden putaran kedua yang dijadwalkan pada 7 Januari 2024 diyakini akan menampilkan sejumlah gagasan menarik mengenai arah pengembangan kekuatan pertahanan Indonesia.

Salah satu ide menarik dan ambisius yang diusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar adalah pemekaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) menjadi Blue Water Navy.

Komitmen tersebut tertuang dalam pernyataan visi dan misi pasangan presiden dan wakil presiden nomor satu TNI, yang mendorong “pengerahan kekuatan strategis dari Sabang sampai Merauke, didukung oleh angkatan bersenjata yang fleksibel dan adaptif, angkatan laut berkembang menjadi Blue Water Navy” dan angkatan udara otomatis yang mampu mencapai supremasi udara."

Komitmen untuk membangun Blue Water Navy memberikan hal yang menarik untuk dianalisis.

Pertama-tama, apa itu Blue Water Navy? Saat ini, ada banyak definisi istilah tersebut. Namun, secara umum, istilah ini mengacu pada angkatan laut yang mampu melakukan operasi berkelanjutan di lautan dunia, jauh dari perairan asalnya.

Dibandingkan dengan angkatan laut perairan hijau (Green Water Navy) dan perairan coklat (Brown Water Navy), ciri khas Blue Water Navy tidak terletak pada kemampuannya untuk berlayar jauh dari perairan asal, namun pada kemampuannya untuk mempertahankan operasi tersebut selama jangka waktu tertentu.

Mengingat kemampuan mereka untuk melakukan operasi berkelanjutan jauh dari perairan dalam negeri, Blue Water Navy memungkinkan negara-negara untuk memproyeksikan kekuatan dan pengaruh jauh di luar wilayah negara mereka sendiri.

Namun, tidak semua Blue Water Navy dibangun dengan cara yang sama. Beberapa memiliki jangkauan dan kemampuan operasional yang lebih besar dibandingkan yang lain, beberapa memiliki kemampuan proyeksi kekuatan dalam skala global, dan yang lainnya lebih terbatas pada proyeksi kekuatan regional.

Klasifikasi yang berguna

Sarjana angkatan laut Daniel Todd dan Michael Lindberg telah merancang klasifikasi yang berguna untuk menggambarkan berbagai hierarki kemampuan angkatan laut berdasarkan sistem 10 peringkat.

Berdasarkan sistem ini, angkatan laut peringkat 1–4 dianggap sebagai Blue Water Navy, dengan angkatan laut peringkat 1–2 memiliki kemampuan proyeksi kekuatan global secara lengkap atau sebagian, dan angkatan laut peringkat 3–4 terbatas pada proyeksi kekuatan regional atau multi-regional.

Sisanya, yang berada di peringkat 5–10, tidak dianggap sebagai Blue Water Navy yang memiliki kemampuan terbatas pada peran kepolisian di perairan sungai atau di pantai pada skala paling bawah, dan pertahanan lepas pantai di dalam dan sedikit di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) di skala teratas. akhir skala.

Melihat hal tersebut, janji kampanye pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar untuk membangun Blue Water Navy bagi Indonesia menimbulkan sejumlah pertanyaan. Yang paling menonjol adalah: Angkatan Laut Biru seperti apa yang mereka rencanakan untuk dibangun dan untuk peran apa?

Berdasarkan klasifikasi Todd-Lindberg, diketahui Blue Water Navy mempunyai empat tingkatan yang berbeda. Peringkat 1 yang menandakan proyeksi kekuatan global secara lengkap, saat ini hanya dipegang oleh Angkatan Laut AS.

Sebagai negara adidaya global, Amerika Serikat memiliki kepentingan militer, politik, dan ekonomi di berbagai wilayah di dunia. Mereka berupaya melawan kebangkitan Tiongkok di Asia, kebangkitan Rusia di Eropa, dan pengaruh Iran yang terus berkembang di Timur Tengah.

Pada saat yang sama, sebagai negara dagang utama, Amerika Serikat juga mempunyai kepentingan penting dalam memastikan arus bebas perdagangan global, yang terutama bergantung pada perdagangan maritim. Oleh karena itu, jelas mengapa AS membangun proyeksi kekuatan global angkatan laut perairan biru.

Untuk memenuhi kepentingan militer, politik, dan ekonomi yang dimilikinya saat ini, Amerika Serikat harus membangun dan mempertahankan Blue Water Navy peringkat 1 dengan kemampuan proyeksi kekuatan global yang sesuai.

Hal yang sama tidak berlaku bagi Rusia, yang saat ini memiliki Blue Water Navy proyeksi kekuatan multi-regional peringkat 3.

Berbeda dengan AS, kepentingan vital Rusia lebih dekat dengan negaranya, terutama di sekitar wilayah bekas republik Soviet, Eropa Timur, serta wilayah sekitarnya seperti Laut Mediterania dan Timur Tengah.

Rusia juga bukan negara dagang utama, sehingga kepentingannya dalam menjaga keamanan jalur perdagangan maritim global tidak terlalu penting dibandingkan dengan AS. Oleh karena itu, mereka telah membangun dan mempertahankan Blue Water Navy peringkat 3, yang memungkinkan mereka untuk memproyeksikan kekuatan ke wilayah-wilayah yang berdekatan di luar ZEE, selain pertahanan dalam negeri.

Dalam praktiknya, hal ini dapat dilihat dengan satuan tugas permanen kapal angkatan laut Rusia yang dikerahkan ke Laut Mediterania untuk mendukung proyeksi kekuatan di Timur Tengah, di samping peran pertahanan dalam negeri tradisional dan pencegahan strategis yang dilakukan oleh negara-negara Utara, Pasifik, Baltik, dan Baltik. dan Armada Laut Hitam Angkatan Laut Rusia.

Dari kedua contoh Blue Water Navy tersebut, terlihat jelas bahwa jenis Blue Water Navy yang dioperasikan suatu negara sangat dipengaruhi oleh tujuan militer, politik, dan ekonomi yang ingin dicapai masing-masing negara.

Apa tujuan Anies?

Hal ini membawa kita kembali pada pertanyaan mengenai tujuan Anies membangun Blue Water Navy. Jika beliau ingin membangun Blue Water Navy untuk Indonesia, lalu tujuan militer, politik, dan ekonomi seperti apa yang beliau ingin capai sehingga memerlukan langkah tersebut?

Melihat visi dan misi pasangan Anies-Muhaimin di bidang politik luar negeri, mereka berupaya memposisikan Indonesia sebagai kekuatan penyeimbang dalam tatanan global yang dapat mencegah dominasi negara-negara tertentu yang dapat merugikan negara berkembang dan non-negara. negara-negara blok.

Selain itu, tujuan mereka adalah untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan regional di Indo-Pasifik. Meskipun kedua poin ini menunjukkan keinginan Indonesia untuk mengambil peran yang lebih aktif, baik secara regional maupun global, namun bagaimana hal ini dapat diwujudkan menjadi tujuan militer, politik, dan ekonomi yang nyata sebagai landasan bagi pengembangan angkatan laut perairan biru masih belum jelas. tidak jelas.

Indonesia saat ini hanya mempunyai sedikit kepentingan nasional yang penting secara global yang memerlukan Blue Water Navy. Namun, terdapat beberapa contoh di masa lalu dimana kemampuan perairan biru dapat bermanfaat bagi Indonesia dalam menanggapi masalah keamanan yang timbul di luar negeri.

Dalam konteks ini, ada dua skenario utama yang dapat dipikirkan: yang pertama adalah menanggapi ancaman pembajakan yang melibatkan kapal-kapal Indonesia di laut lepas, dan yang kedua adalah membantu evakuasi WNI yang terjebak di zona konflik.

Pembajakan kapal kargo Indonesia MV Sinar Kudus pada tahun 2011 dan operasi militer berikutnya untuk membebaskan kapal tersebut merupakan upaya pertama Angkatan Laut Indonesia dalam operasi militer jarak jauh.

Menanggapi pembajakan tersebut, pemerintah Indonesia mengirimkan dua fregat dan satu dermaga platform pendaratan bersama beberapa ratus personel marinir dan tentara untuk operasi penyelamatan.

Meskipun kapal tersebut akhirnya dibebaskan setelah 1,5 bulan perundingan dan tekanan militer, dapat juga dikatakan bahwa seandainya Indonesia memiliki Blue Water Navy pada saat itu, dan dengan penempatan yang berkelanjutan di lepas pantai Somalia untuk operasi anti-pembajakan, maka pembajakan mungkin saja terjadi. telah diselesaikan jauh lebih cepat.

Hal ini berkaitan dengan skenario kedua yaitu evakuasi WNI yang terjebak di zona konflik. Ketersediaan pasukan militer di sekitar zona konflik menambah pilihan bagi pemerintah Indonesia jika dihadapkan pada kebutuhan untuk segera mengevakuasi warga negara Indonesia.

Misalnya, satuan tugas Angkatan Laut Indonesia yang dikerahkan di Teluk Aden untuk operasi anti-pembajakan mungkin juga terbukti berguna dalam mendukung evakuasi warga negara Indonesia dari Sudan pada tahun 2023.

Jika tujuan militer, politik, dan ekonomi asing yang terlintas dalam pikiran Indonesia adalah melindungi perdagangan maritim dari pembajakan, serta melindungi warga negara Indonesia di zona konflik, maka membangun proyeksi kekuatan global angkatan laut perairan biru (Blue Water Navy) peringkat 1 atau 2 tidak diperlukan.

Sebaliknya, proyeksi kekuatan angkatan laut regional, yang berarti peringkat 3 atau 4 mungkin lebih sesuai dengan aspirasi Blue Water Navy Indonesia. Keputusan ini dapat dipersempit lebih lanjut.

Perbedaan utama antara Blue Water Navy peringkat 3 dan 4 adalah kehadiran kapal induk ringan (CVL) bersayap tetap yang memungkinkan angkatan laut peringkat 3 beroperasi jauh dari perlindungan pesawat darat dalam skenario konflik intensitas tinggi — tidak seperti angkatan laut peringkat 4 yang harus berada dalam jangkauan pesawat berbasis darat.

Namun, jika tujuan militer, politik, dan ekonomi luar negeri Indonesia terutama berkisar pada upaya anti-pembajakan dan evakuasi warga negara dari zona konflik, kecil kemungkinan Indonesia terlibat dalam konflik berintensitas tinggi di luar negeri.

Oleh karena itu, Blue Water Navy peringkat 4 mungkin merupakan pilihan yang tepat bagi Indonesia, karena kemungkinan skenario penempatan angkatan laut di luar negeri tidak memerlukan kehadiran kapal induk sayap tetap.

Pendekatan Angkatan Laut Air Biru vs A2/AD

Pada akhirnya, apakah pembangunan Blue Water Navy merupakan prasyarat agar Indonesia memiliki kemampuan pertahanan yang kuat?

Jawabannya adalah tidak. Bahkan tanpa Blue Water Navy, masih ada cara lain bagi Indonesia untuk mengembangkan angkatan lautnya menjadi alat yang ampuh untuk mempertahankan integritas wilayahnya.

Bahkan dengan segala kekurangannya, Angkatan Laut Indonesia saat ini berada pada peringkat yang cukup baik dalam hierarki angkatan laut Todd-Lindberg: mereka diklasifikasikan sebagai angkatan laut pertahanan pantai lepas pantai regional peringkat 5.

Daripada membangun kemampuan perairan biru, Indonesia dapat secara serius fokus pada penguatan kemampuan pertahanan pesisir lepas pantai, khususnya dengan mengadopsi pendekatan anti-access/area denial (A2/AD).

Hasil akhirnya adalah angkatan laut yang kuat. Meskipun angkatan laut tersebut mungkin tidak memiliki proyeksi kekuatan jangka panjang, angkatan laut tersebut masih cukup kuat untuk mempertahankan wilayah Indonesia, sehingga menghadirkan ancaman yang nyata bahkan terhadap Blue Water Navy lainnya yang bermaksud untuk mengganggu perairan Indonesia.

Sebagai catatan penutup, satu hal penting yang harus diingat adalah bahwa angkatan laut pada akhirnya hanyalah alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuan militer, politik, dan ekonominya.

Setiap keputusan mengenai jenis angkatan laut yang akan dibangun, termasuk komposisi kapal dalam armadanya, harus selalu selaras untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut.

*) Muhammad Teguh Ariffaiz Nasution, Mahasiswa Pascasarjana Kajian Strategis, Australian National University (ANU). ***

Berita Terkait