DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Analisis Politik: Penayangan Film Sayap Sayap Patah Mengganggu Skenario Jaringan Oposisi

image
Viral! Jadwal dan Harga Tiket Film Sayap Sayap Patah di CGV GCM Cirebon Hari ini

ORBITINDONESIA - Penayangan film Sayap Sayap Patah sangat mengganggu skenario jaringan oposisi dan Wahabi. Demikian hasil amatan netizen kritis anonim, yang diedarkan sebagai Political Brief di media sosial sejak Jumat, 26 Agustus 2022.

Sayap Sayap Patah adalah sebuah film drama cerita seru Indonesia 2022 yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo. Film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Ariel Tatum ini diangkat dari peristiwa kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada 2018.

Film Sayap Sayap Patah ini ditayangkan serentak di bioskop Indonesia pada 18 Agustus 2022. Sejauh ini animo penonton tampaknya cukup besar. Di film ini Nicholas Saputra berperan sebagai Ipda Aji, polisi dan anggota Densus 88 anti-teror. Ariel Tatum menjadi Nani, istri Ipda Aji.

Baca Juga: Taklukkan Persik Kediri, Bali United Lanjutkan Tren Kemenangan di Liga 1

Menurut analisis, film ber-setting pemberantasan terorisme ini mungkin akan dirasakan mengganggu oleh kelompok-kelompok tertentu.

Yakni, mereka yang dekat dengan organisasi kekerasan berdalih agama. Terutama, di saat kini mereka berupaya mengubur jejak-jejak teror dan organisasi afiliasinya.

Film Sayap Sayap Patah menggambarkan polisi dari perspektif positif, karena polisi berusaha mengatasi aksi terorisme.

Sehingga film ini berpotensi merusak black campaign yang saat ini ditujukan pada lembaga kepolisian, dengan memanfaatkan kasus Ferdy Sambo (FS).

Baca Juga: Persija Jakarta Tiba di Malang, The Jak Mania: COYT dan Semangat

Terakhir, cerita dalam film ini memicu memori dan penolakan publik pada penyalahgunaan agama untuk tujuan politik.

Maka, menurut netizen, berbagai upaya sedang dilakukan untuk membatasi peredaran dan daya tarik film ini di publik, khususnya di basis Wahabi.

Film Sayap Sayap Patah diangkat dari peristiwa kerusuhan di Mako Brimob pada 2018 yang menewaskan 5 anggota Densus 88.

Aktivis sosial media dan penulis Denny Siregar, selaku produser eksekutif film ini, berharap supaya tragedi tersebut tetap diingat sebagai sejarah.

Baca Juga: 5 Tips Sederhana untuk Membantu Anda Tetap Aman dan Sejuk  Selama Cuaca Panas

Film ini melibatkan Monty Tiwa, Eric Tiwa, dan Alim Sudio sebagai penulis skenario, serta mempertemukan kembali Rudi Soedjarwo dan Nicholas Saputra setelah film Ada Apa dengan Cinta? (2002). ***

Berita Terkait