DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Kiai Asnawi, Pendiri dan Penggerak NU Keturunan Sunan Kudus

image
Makam Kiai Asnawi (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Kiai Asnawi dikenal sebagai penggerak Nahdlatul Ulama (NU). Nama asli Kiai Asnawi adalah Raden Syamsi. Nama Asnawi diperoleh setelah menunaikan ibadah haji. Asnawi, atau Raden Syamsi, lahir di Damaran, Kudus, pada 1281 H/1861 M.

Kiai Asnawi merupakan putra dari pasangan H. Abdullah Husnin dan R Sarbinah. Keduanya adalah pedagang konveksi yang cukup besar di Kudus. Jika dirunut silsilahnya, Kiai Asnawi masih keturunan ke-14 Sunan Kudus dan keturunan ke-5 Kiai Ahmad Mutamakkin, Kajen, Pati.

Sebagai sosok ahli ilmu, sejak kecil sudah terlihat kegemaran Kiai Asnawi dalam belajar dan melakukan rihlah ilmiyyah (perjalanan keilmuan). Orang tuanya merupakan guru pertama, dalam mengaji tajwid dan penguasaan bacaan Al-Qur’an.

Baca Juga: Harlah 1 Abad NU, Simak Arti Filosofis Logo Nahdlatul Ulama yang Mungkin Belum Anda Tahu

Kemudian, Asnawi kecil melakukan perjalanan ke Tulungagung, ikut orang tuanya berbisnis. Di kota ini, ia mengaji di sebuah pesantren. Kemudian, Asnawi kecil pindah ke Jepara, mengaji kepada KH. Irsyad Naib, di Mayong.

Dari jalur keilmuan, jelas bahwa Kiai Asnawi mempunyai sanad yang tersambung dengan ulama-ulama Nusantara, di antaranya KH Sholeh Darat (Semarang), Kiai Mahfudz at-Termasi (Termas, Pacitan), KH. Nawawi al-Bantani, dan Sayyid Umar Shatha.

Kiai Asnawi juga mengaji sekaligus menunaikan ibadah haji di Makkah. Kiai Asnawi bermukim di Makkah selama kisaran 20 tahun. Selama mengaji di Makkah, tinggal di rumah Syekh Hamid Manan yang berasal dari Kudus.

Baca Juga: Harlah 1 Abad NU, Ini Lirik Lagu Mars Satu Abad Nahdlatul Ulama yang Diciptakan oleh Gus Mus

Ketika belajar di Makkah, ayah Kiai Asnawi wafat. Meski demikian, kecintaan pada ilmu tidak menyurutkan niatnya untuk terus mengasah pengetahuan.

Ketika mengaji di Makkah, Kiai Asnawi menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah, janda Syekh Nawawi al-Bantani. Pernikahan ini dikaruniai 9 putra, di antaranya H. Zuhri, Hj. Azizah (istri KH. Saleh, Tayu), dan Alawiyah (istri R. Maskub Kudus).

Kiai Asnawi merupakan sosok aktifis sekaligus pendidik. Sudah mulai mengajar santri ketika masih berada di Makkah. Ketika pulang ke tanah air pada 1916, Kiai Asnawi mendirikan madrasah di kawasan Menara Kudus, dengan nama Madrasah Qudsiyyah. 

Baca Juga: MANTAP! KPK Sita Gedung Lampung Nahdliyin Center Sebagai Pengganti Uang Denda Bekas Rektor Unila Karomani

Kiai Asnawi juga menjadi sosok kiai yang turut mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Pertemanan dan persahabatan dengan beberapa kiai Jawa, di antaranya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dan beberapa kiai lain, menjadi ikatan kuat dengan perjuangan Nahdlatul Ulama, yang didirikan pada 1926.

Kiai Asnawi wafat pada usia 98 tahun, tepatnya pada 25 Jumadil Akhir 1378 H/26 Desember 1959 M.

Baca Juga: Politikus dan Aktivis Nahdlatul Ulama Yenny Wahid Telah Dipilih Jadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional

“Saya mendengar bahwa saya masih keturunan Mbah Asnawi Sepuh, tapi baru kali ini saya bisa tabarruk, melangkah kaki ke tempat ini,” kata KH Said Aqil Siroj didampingi KH Ahmad Baha’uddin atau Gus Baha’ yang juga masih keturunan KH Asnawi Sepuh, sewaktu berziarah ke makam Kiai Asnawi.

Bahwa nasab KH Said Aqil Siroj sampai kepada KH Asnawi Sepuh melalui jalur ayahnya, KH Aqil Siroj: KH. Said Aqil Siraj, bin KH Aqil, bin Nyai Fathimah, bin Nyai Fadhilah, binti KH Ahmad Sholeh, bin KH Asnawi Sepuh.

Sementara KH Ahmad Baha’uddin diketahui melalui jalur ibunya, Nyai Zuhanidz: KH Ahmad Baha’uddin bin Nyai Zuhanidz, bin Nyai Fathimah, bin Nyai Shofiyah, bin Nyai Hafshoh, binti KH Ma’shum, bin KH Ahmad Sholeh, bin KH Asnawi Sepuh. Jadi KH Said Aqil Siroj dan KH Ahmad Baha’uddin juga mengalir darah Sunan Kudus.

Baca Juga: Nahdlatul Ulama Akan Gelar Puncak Hari Lahir ke-101 di Universitas NU Yogyakarta, 31 Januari 2024

Nasab atau jalur keturunan bukanlah untuk gagah-gagahan. Nasab yang baik agar dapat dijadikan sarana mengontrol diri. Jika direnungkan, masa keturunan seorang yang mulia malah buruk akhlaqnya ataupun bodoh. Itu sangat memalukan serta tidak pantas.

(Medsos Pecinta NU & Banser) ***

Sumber: Medsos Pecinta NU & Banser

Berita Terkait