DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Dokter Ahmad Fuady: Perlu Kedisiplinan Penderita TBC Agar Tidak Tularkan Penyakit ke Rekan Kerja di Kantor

image
Peneliti tuberkulosis dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Ahmad Fuady M.Sc PhD dalam konferensi pers Hari Tuberkulosis bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) di Jakarta, Senin, 25 Maret 2024. (ANTARA/Fitra Ashari)

ORBITINDONESIA.COM - Peneliti tuberkulosis dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dokter Ahmad Fuady mengatakan, pekerja yang mengalami tuberkulosis atau TBC perlu menerapkan kedisiplinan, agar tidak menularkan rekan kerja di kantor, seperti memakai masker dan ruangan kerja dengan ventilasi baik.

"Pertama pakai masker, kedua ruangannya punya ventilasi yang baik, jangan di ruang tertutup. Kalau setelah dua minggu nggak ada kuman TBC yang kelihatan, sebenarnya aman untuk dia bersosialisasi dengan yang lain," kata Ahmad Fuady dalam konferensi pers Hari Tuberkulosis bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) di Jakarta, Senin, 25 Maret 2024.

Ahmad Fuady mengatakan, jika pasien TBC sensitif obat menjalani pengobatan teratur, maka dalam 2 minggu sudah bisa terlihat hasil baiknya, karena gejalanya turun.

Baca Juga: Kenali Gejala dan Infeksi TBC yang Perlu Anda Perhatikan, Bisa Terjadi Pada Anak-Anak

Pemeriksaan dahak juga bisa dilakukan dalam dua minggu pengobatan. Namun pasien harus tetap memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain.

Advokasi kepada perusahaan juga perlu dilakukan untuk memberi edukasi bahwa TBC bisa disembuhkan, meskipun termasuk penyakit menular.

"Yang sulit adalah rekan kerja nggak mau kerja bareng lagi, pimpinan menyuruh pindah tempat lain. Ini yang harus di advokasi ke perusahaan, supaya mereka mengerti TBC penyakit menular, tapi bisa disembuhkan bahkan dalam 2 minggu," kata Ahmad Fuady.

Baca Juga: Guru Besar UI Erlina Burhan Kembangkan Vaksin M72 untuk Pengobatan Tuberkulosis yang Lebih Efektif

Indikator kesembuhan pasien TBC adalah jika tidak ada lagi kuman di dahak dan jaringan paru. Kuman tersebut bisa hilang atau pindah tempat dan terperangkap di organ lain, yang jika daya tahan tubuh menurun, bisa terjadi kekambuhan.

Sementara itu, Ahmad mengatakan, pengobatan TBC ditanggung BPJS selama 2 bulan. Selain itu juga ada pengobatan yang mengonsumsi obat selama 6 bulan. Namun, jika tidak disiplin dan berhenti di tengah pengobatan, risiko kambuhnya akan lebih besar.

Jika memiliki faktor risiko seperti diabetes, HIV Aids, malnutrisi dan kegemukan, bisa dilakukan pengecekan medis karena bisa berisiko terkena TBC.

Baca Juga: Tjandra Yoga Aditama: WHO Terbitkan Informasi Cepat tentang Obat Pencegah TBC

"Orang kurus nggak TBC, tapi kurus karena nutrisinya jelek. Kalau kegemukan, juga harus periksa karena nggak bagus itu, juga bisa berisiko," tutup Ahmad. ***



 

Sumber: Antara

Berita Terkait