Kemandirian Energi di Era Kecerdasan Artifisial: Tantangan dan Peluang Kebangsaan
Oleh Gunawan Trihantoro*
ORBITINDONESIA.COM - Kemandirian energi bukan sekadar slogan, melainkan fondasi eksistensi nasional. Dalam era kecerdasan artifisial (AI), tantangan dan peluang sektor energi semakin kompleks, menuntut strategi yang inovatif dan berkelanjutan.
Perenungan reflektif dan edukatif menjadi kunci untuk mentransformasi kebijakan, teknologi, dan budaya energi bangsa.
Denny Januar Ali (Denny JA), Komisaris Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), menyatakan: “Jika tak ada penemuan lahan minyak baru, tak akan ada kemandirian energi. No discovery, no sovereignty.”
Konteks ini menggambarkan ketergantungan Indonesia yang masih sangat besar—produksi nasional sekitar 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan mencapai 1,2–1,4 juta barel per hari, alias 40 persen masih impor.
Ketimpangan ini memicu kerawanan di tengah gejolak geopolitik dan fluktuasi harga, memperkuat kehendak kemandirian energi.
Teknologi AI membuka potensi luar biasa untuk meningkatkan efisiensi eksplorasi dan produksi migas. Dengan analisis data seismik secara real time, pemodelan reservoir berbasis machine learning, serta predictive maintenance, peran AI mempercepat penemuan lapangan baru dan mengoptimalkan cadangan lama.
Sejalan dengan poin pertama Denny JA, bahwa “eksplorasi dan teknologi” menjadi pembeda utama antara negara yang stagnan dan yang berkembang.
Di era industri 4.0, adopsi AI bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan. Investasi pada riset AI di bidang energi mencakup pengembangan algoritma preskriptif, integrasi sensor dan IoT di tambang serta kilang, dan pembangunan digital twins.
Ini menegaskan kembali gagasan Denny JA: percepatan eksplorasi harus diimbangi teknologi mutakhir.
Denny JA menyoroti pentingnya tata kelola dan transparansi dalam sektor energi: “Tanpa tata kelola yang sehat, produksi akan kalah oleh mafia impor,” ujarnya.
Di sinilah AI dapat membantu menguatkan integritas sektor energi Nasional—melalui blockchain untuk pelacakan rantai pasok migas, sistem digitalisasi kontrak, serta analisis anomaly detection untuk mengidentifikasi penyimpangan. Model ini berfungsi sebagai pintu masuk tata kelola check-and-balance yang real-time dan otomatis.
Denny JA mengingatkan bahwa setiap pergantian rezim tanpa kesinambungan kebijakan membahayakan kemandirian energi, mencontoh Venezuela.
AI mampu memberikan dukungan analisis kebijakan berbasis data—memetakan variabel global dan dampaknya terhadap harga, pasokan, serta investasi energi. Dengan data-driven forecasting, pemangku kebijakan dapat merancang skenario jangka panjang yang tahan terhadap dinamika global.
Kemandirian energi bukan sekadar peningkatan produksi minyak, melainkan diversifikasi ke energi terbarukan: panas bumi, surya, dan bioenergi.
AI memainkan peran strategis di sini: optimasi distribusi energi terbarukan, manajemen grid pintar, serta predictive maintenance turbin surya atau boiler bioenergi. Smart grid berbasis AI dapat menyelaraskan supply-demand secara seimbang, menekan impor BBM, dan mengurangi emisi karbon.
Denny JA menekankan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, swasta, dan lembaga riset agar inovasi dan investasi berjalan beriringan. Transformasi energi di era AI menuntut SDM yang mampu bersinergi: insinyur data, pakar geofisika, ahli kebijakan, dan praktisi ilmu sosial.
Pendidikan vokasi dan universitas harus terlibat proaktif, menciptakan ekosistem riset kolaboratif dan inkubasi startup energi. Model triple helix (pemerintah–akademisi–industri) menjadi jawaban.
Refleksi kemandirian energi berarti melampaui ketergantungan impor dan memasuki ranah kedaulatan teknologi dan kebijakan.
Kecerdasan buatan mempercepat proses transformasi ini, namun masa depan kemandirian juga ditentukan oleh kesadaran kolektif untuk mengelola infrastruktur, memajukan riset, dan menjaga akuntabilitas tata kelola.
Esensi kemandirian energi adalah keberlangsungan bangsa dari tekanan eksternal dan krisis global.
Blora, 12 Juli 2025
*Gunawan Trihantoro, Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah dan Ketua Satupena Kabupaten Blora. ***