Fenomena 'Attention Deficit Fashion': Tren Mikro dan Dampaknya
ORBITINDONESIA.COM – Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial media, fashion kini mengalami pergeseran yang cepat dan signifikan. Fenomena 'Attention Deficit Fashion' (ADF) menjadi sorotan utama perubahan ini. Apa yang mendorong tren ini dan bagaimana dampaknya pada industri fashion dan lingkungan?
Di era digital ini, fashion telah menjadi bagian dari identitas online banyak orang, terutama generasi muda. Dengan hadirnya platform berbagi foto, seperti Instagram dan TikTok, tekanan untuk selalu tampil berbeda dan segar semakin besar. Hal ini memicu budaya konsumsi cepat dan pemborosan, di mana pakaian hanya dikenakan sekali untuk menghindari pengulangan tampilan di media sosial.
Data dari Global Fashion Agenda menunjukkan bahwa produksi pakaian meningkat dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir. Fenomena 'micro-trends' muncul sebagai respons terhadap siklus mode cepat ini, dengan perubahan gaya yang halus namun konstan. Tren ini berbeda berdasarkan demografi dan lokasi geografis, menciptakan pasar yang sangat tersegmentasi.
Beberapa pakar melihat ADF sebagai cerminan dari masyarakat yang terobsesi dengan citra dan kecepatan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah evolusi alami mode di era digital. Pertanyaannya adalah, dapatkah industri fashion bertahan dengan pola konsumsi ini tanpa merusak lingkungan dan kesejahteraan sosial?
Meski ADF memberikan peluang kreatif baru, kita perlu merenungkan dampak jangka panjangnya. Apakah kita siap menghadapi konsekuensi ekologis dan sosial dari tren ini? Mungkin sudah saatnya kita memikirkan kembali cara kita berinteraksi dengan mode dan mendefinisikan ulang makna sebenarnya dari gaya pribadi.
(Orbit dari berbagai sumber, 20 Agustus 2025)