Fondasi Cakar Ayam: Inovasi Asli Indonesia yang Bikin Dunia Melirik
ORBITINDONESIA.COM - Siapa sangka, tanah rawa yang lembek bisa jadi pijakan bandara internasional? Biasanya, kita justru berpikir tanah rawa itu tempat bebek mencari makan, bukan tempat gedung raksasa berdiri gagah.
Tapi sejak tahun 1961, Prof. Dr. Ir. Sedijatmo berhasil membalik logika itu dengan sebuah penemuan sederhana namun jenius: fondasi cakar ayam. Namanya memang terdengar seperti menu rumah makan, tapi percayalah, “cakar ayam” ini jauh lebih bergizi bagi dunia konstruksi.
Sebelum munculnya teknologi ini, para insinyur di berbagai belahan dunia punya caranya masing-masing menghadapi tanah lembek. Di Belanda, rumah-rumah klasik Amsterdam bertahan di atas ratusan tiang kayu yang ditancapkan ke dalam tanah berlumpur.
Di Eropa modern, solusi yang populer adalah tiang pancang baja, beton prategang, atau fondasi rakit. Sementara di Amerika, kota-kota besar seperti New York lebih mengandalkan bored pile dan caisson yang menembus lapisan tanah keras. Singkatnya, tiap wilayah sudah punya resepnya sendiri.
Lalu datanglah Prof. Sedijatmo dengan pendekatan berbeda. Saat membangun menara listrik di Ancol, fondasi konvensional gagal total. Daripada pusing tujuh keliling, beliau mencoba ide “out of the box”—atau tepatnya “out of the soil”: sebuah pelat beton besar dengan pipa-pipa vertikal di bawahnya yang mencengkeram tanah, mirip cakar ayam yang mencapit mangsanya.
Hasilnya? Menara listrik yang tadinya mustahil berdiri di tanah rawa justru tegak kokoh, bahkan hingga hari ini. Dari situlah nama unik itu lahir.
Teknologi ini kemudian terbang lebih jauh. Di Indonesia, ia menopang bangunan besar seperti Bandara Soekarno-Hatta, dan diadopsi pula oleh sejumlah negara Asia, Afrika, hingga Timur Tengah.
Meski di Eropa dan Amerika teknologi ini tidak menjadi primadona—karena mereka sudah nyaman dengan metode lama—tetap saja banyak pihak kagum bagaimana solusi sederhana dari tanah air bisa bersaing dengan teknologi global. Rasanya seperti melihat masakan warung tenda bisa masuk restoran bintang lima: tidak disangka, tapi terbukti enak dan berguna.
Akhirnya, fondasi cakar ayam bukan sekadar inovasi teknik sipil, tapi juga simbol kreativitas bangsa. Dari masalah sederhana di tanah rawa
Ancol, lahirlah solusi yang mendunia. Jadi, kalau lain kali kamu lewat bandara megah atau gedung pencakar langit di tanah yang lembek, bayangkan di bawahnya ada “cakar ayam” yang diam-diam bekerja keras. Bukan untuk jadi sup, tapi untuk menopang mimpi.
Sumber:
1. Wikipedia Bahasa Indonesia – Konstruksi cakar ayam ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo pada 1961.....
2. Kompas.com – Profesor Sedyatmo, tokoh di balik sistem pondasi cakar ayam
3. FB Sains is Amazing ***