Keterbatasan Pilihan Kelas Menengah Bawah di Tengah Tekanan Ekonomi

ORBITINDONESIA.COM – Hidup di perkotaan dengan kenangan kemacetan, rutinitas monoton, dan ketidakpastian finansial menjadi mimpi buruk bagi banyak orang.

Seno Gumira Ajidarma menggambarkan realitas pahit kelas menengah bawah yang terjebak dalam rutinitas. Ruang kapabilitas mereka terbatas sehingga sulit mengubah nasib. Kebijakan ekonomi seringkali mengabaikan kelompok ini, fokus pada kelompok miskin, meninggalkan kelas menengah bawah rentan terhadap guncangan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil tidak menjamin kesejahteraan kelas menengah bawah. Mereka terhimpit antara kebijakan sosial yang tidak memadai dan ancaman ekonomi global. Dampak El Nino dan konflik geopolitik memengaruhi harga pangan dan energi, menambah beban mereka. Studi menunjukkan pengeluaran kelas menengah tumbuh lambat, bahkan negatif, sementara kelompok lainnya menikmati manfaat ekonomi.

Kelas menengah bawah harus diperhatikan dalam desain kebijakan sosial dan fiskal. Mereka bukan miskin, tetapi rentan jatuh miskin. Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas layanan publik dan memperluas perlindungan sosial. Pengalaman Chile menjadi pengingat bahwa pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan kelas menengah bisa memicu gejolak sosial.

Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menciptakan kebijakan inklusif yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga pemerataan kesejahteraan. Kelas menengah yang kritis dan vokal adalah aset, bukan beban. Kekayaan harus diikuti kebebasan, menyediakan pilihan dan kesempatan yang lebih luas bagi semua, terutama kelas menengah bawah.

(Orbit dari berbagai sumber, 21 Agustus 2025)