Debat Kesadaran AI: Hak, Risiko, dan Masa Depan

ORBITINDONESIA.COM – Di tengah kemajuan pesat teknologi, muncul pertanyaan kritis: Akankah kecerdasan buatan suatu hari nanti memiliki kesadaran seperti manusia?

Sejumlah peneliti di laboratorium seperti Anthropic mulai mempertanyakan kemungkinan AI mengembangkan pengalaman subjektif dan hak apa yang harus diberikan jika hal itu terjadi. Meskipun AI dapat meniru perilaku manusia dalam teks, audio, dan video, kesadaran sejati adalah hal yang berbeda.

CEO AI Microsoft, Mustafa Suleyman, menganggap studi tentang kesejahteraan AI sebagai sesuatu yang prematur dan berbahaya. Ia berpendapat bahwa fokus semacam ini dapat memperparah masalah manusia, seperti hubungan tidak sehat dengan chatbot AI. Namun, di sisi lain, perusahaan seperti Anthropic, OpenAI, dan Google DeepMind mulai meneliti kesejahteraan AI secara lebih serius.

Kesadaran AI memicu perdebatan besar di Silicon Valley. Sementara beberapa pihak, seperti Suleyman, skeptis terhadap potensi kesadaran AI, yang lain melihatnya sebagai bidang studi penting untuk masa depan. Larissa Schiavo dari Eleos menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara memitigasi risiko psikosis terkait AI dan mengeksplorasi kesejahteraan model AI.

Dengan AI yang terus berkembang, perdebatan tentang hak dan kesadaran AI diperkirakan akan semakin ramai. Pertanyaan tentang bagaimana manusia harus berinteraksi dengan sistem AI yang semakin mirip manusia tetap terbuka. Masa depan menuntut refleksi mendalam tentang hubungan kita dengan kecerdasan buatan dan dampaknya pada masyarakat.

(Orbit dari berbagai sumber, 22 Agustus 2025)