Dicopotnya Sri Mulyani dan Kekhawatiran Pasar
Oleh Erizeli Jely Bandaro, pengamat ekonomi.
ORBITINDONESIA.COM - Langkah Presiden mencopot Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan bukan hanya keputusan politik, tetapi juga guncangan bagi pasar. Survei dari berbagai lembaga internasional memperlihatkan sinyal yang konsisten: pasar modal Indonesia terguncang. IHSG terkoreksi 1,3–1,8 persen, rupiah melemah sekitar 1 persen, dan arus modal asing mulai menunjukkan tanda-tanda keluar.
Reaksi ini bukan sekadar gejala teknis pasar. Bagi investor global, figur Sri Mulyani selama ini dianggap jangkar kredibilitas fiskal Indonesia. Ia adalah wajah disiplin anggaran, sosok yang menyeimbangkan hasrat populisme dengan kepatuhan pada tata kelola keuangan negara. Ketika jangkar itu ditarik tiba-tiba, wajar bila kapal bernama ekonomi Indonesia terlihat oleng.
Lebih dalam, keresahan investor bukan hanya soal siapa yang duduk di kursi Menkeu, melainkan arah kebijakan setelahnya.
Pasar mencium kemungkinan pelonggaran disiplin fiskal: defisit yang melebar, pembiayaan utang yang agresif, hingga proyek-proyek ambisius dengan nilai politik tinggi tetapi nilai ekonomi rendah. Singkatnya, risiko bahwa APBN lebih menjadi instrumen politik ketimbang instrumen pembangunan.
Kekhawatiran ini mengingatkan kita pada pelajaran lama: stabilitas ekonomi bukan hanya ditentukan oleh angka-angka, tetapi juga oleh trust. Sekali pasar kehilangan kepercayaan, biaya utang naik, arus modal keluar, dan rupiah tertekan. Pemulihannya bisa jauh lebih mahal ketimbang menjaga kredibilitas sejak awal.
Saya sedang tidak memuji figur Sri Mulyani, melainkan peringatan. Jika pemerintah ingin meredam gejolak, jawaban bukan hanya retorika “jangan panik,” melainkan langkah nyata: memperlihatkan komitmen fiskal yang jelas, menjaga transparansi kebijakan, dan memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memiliki basis produktif, bukan sekadar politis.
Pasar bisa menerima pergantian orang. Yang tak bisa diterima adalah hilangnya disiplin dan arah.***