Morgan Freeman, yang Pernah Dianggap "Terlalu Tua" untuk Jadi Bintang

ORBITINDONESIA.COM - Ketika Morgan Freeman diberi tahu bahwa ia "terlalu tua" untuk menjadi bintang, ia bahkan belum mencapai puncak kariernya.

Di usia 50, kebanyakan aktor berjuang untuk mempertahankan sisa-sisa peran. Freeman masih menunggu kesempatannya. Para sutradara casting terus memberinya peran sampingan: pengemudi, polisi, pengisi suara latar.

Hollywood menganggap otoritasnya yang tenang terlalu lambat, terlalu pendiam, terlalu biasa untuk box office. Namun Freeman menolak untuk mundur. Ia memasuki audisi dengan kesabaran yang sama yang terpancar dalam suaranya, kesungguhan yang sama dalam tatapannya.

Dan kemudian muncul Street Smart pada tahun 1987. Sebuah film kecil, yang nyaris tak diperhatikan — kecuali satu adegan di mana Freeman, memerankan seorang germo kejam bernama Fast Black, mengubah restoran yang sepi menjadi panggung untuk ancaman.

Ia tidak berteriak. Ia tidak berakting berlebihan. Ia mencondongkan tubuh, merendahkan suaranya, dan membuat suasana terasa seperti akan pecah.

Para kritikus tak bisa berpaling. Nominasi Oscar pun menyusul, dan tiba-tiba, pria yang diabaikan Hollywood selama beberapa dekade menjadi orang yang diinginkan semua orang.

Freeman kemudian bercanda bahwa kariernya baru "dimulai" setelah paruh baya. Namun, di balik humor itu tersimpan baja. Ia telah menghabiskan bertahun-tahun menerima pekerjaan yang nyaris tak mampu membayar sewa, bertahun-tahun ditolak, bertahun-tahun menyaksikan teman-temannya menyerah.

Pelajaran yang ia petik sungguh brutal namun sederhana: waktu tak peduli pada Anda, jadi Anda harus peduli pada pekerjaan.

Itulah sebabnya ketika Anda mendengar suaranya—menceritakan March of the Penguins, menyampaikan dialog dalam The Shawshank Redemption, atau memerankan Tuhan sendiri—rasanya lebih dari sekadar akting.

Itu adalah suara kegigihan, suara seseorang yang tahu jalan panjang, suara seorang pria yang menjadi ikon karena tak mau menghilang.

Hollywood mencintai anak-anak ajaib. Freeman menjadi sesuatu yang lebih langka: bukti bahwa kehebatan bisa datang terlambat, namun tetap menguasai dunia.

(Sumber: True Stories) ***