Amidhan Shaberah: Israel Membombardir Qatar. What Next?
Oleh Dr. KH Amidhan Shaberah*
ORBITINDONESIA.COM - Israel makin gila. Pesawat-pesawat tempurnya tetiba mengebom Doha, ibu kota Qatar -- negara Arab yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Tel Aviv, Selasa, 9 September 2025.
Apa alasannya? Kata PM Benjamin Netanyahu, karena Doha menjadi tempat berkumpul para pemimpin Hamas.
Padahal para pemimpin Hamas datang ke Doha untuk mempersiapkan draft atau proposal perdamaian antara Palestina (Hamas) dan Israel yang diinisiasi Amerika, Inggris, Prancis dengan dukungan PBB.
Qatar menyediakan diri sebagai tuan rumah untuk tim Palestina yang akan membuat draft perdamaian tersebut. Para pemimpin Hamas datang ke Doha tentu sepengetahuan pihak-pihak yang memediasi perundingan damai. Seperti Presiden AS Donald Trump, Presiden Prancis Immanuel Macron, PM Inggris Keir Starmer, dan Sekjen PBB Antonio Guterres.
Dari latat belakang itulah, kenapa pengeboman terhadap Doha, yang berjarak hampir 2.000 km (1.243 mil) dari Israel tersebut, benar-benar mengejutkan dunia internasional. Serangan terhadap Qatar yang pernah mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan sahabat dekat AS itu, menandai Israel sebagai negara barbar. Tidak menghormati aturan diplomatik.
Sebagai negara yang menerima tamu "tim perdamaian dari Hamas" Qatar sangat marah terhadap Israel. Maklumlah dalam tradisi Arab penghormatan terhadap tamu adalah segala-galanya. Tamu dalam tradisi budaya Arab dihormati bagaikan raja.
Itulah sebabnya PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengutuk keras serangan Israel ke Doha tadi.
"Ini adalah terorisme negara," kata Al Thani. Netanyahu sedang kalap, tambah Al Thani.
Serangan itu telah mengirimkan gelombang kejutan di seluruh Teluk. Negara-negara Timur Tengah yang tengah menjajaki normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, kini bersatu di sekitar Qatar.
Serangan Israel itu memunculkan pertanyaan -- bagaimana Qatar akan meresponnya; bagaimana masa depan perannya sebagai mediator? -- dan bagaimana masa depan aliansi pertahanannya dengan Amerika dan Barat?
Presiden Donald Trump mengaku tidak tahu menahu terhadap brutalitas Israel tersebut. Pemboman Doha, kata Donald Trump, adalah keputusan Netanyahu. Amerika tidak tahu menahu, jelas Trump.
Benarkah? Sungguh sangat tidak mungkin Israel membom Doha tanpa sepengetahuan Amerika.
“Trump telah diberitahu oleh militer Amerika Serikat bahwa Israel sedang menyerang Hamas di Doha, ibu kota Qatar,” kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada para wartawan, seperti dikutip The New York Times.
“Melakukan pengeboman sepihak di Qatar, sebuah negara berdaulat dan sekutu dekat Amerika Serikat yang bekerja sangat keras dan berani mengambil risiko bersama kami untuk menengahi perdamaian, tidak menguntungkan tujuan Israel atau Amerika,” ujarnya.
Leavitt menambahkan bahwa Trump telah memerintahkan utusan khususnya, Steve Witkoff, untuk "memberi tahu Qatar tentang serangan yang akan datang".
Namun, Qatar membantah pernyataan tersebut. Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan klaim AS bahwa Doha telah "diberitahu sebelumnya tentang serangan itu sepenuhnya salah".
Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengatakan panggilan telepon dari AS datang sepuluh menit setelah serangan bom dimulai. Al Thani menyebut serangan bom terhadap Doha sebagai terorisme negara!
Hamas mengatakan serangan itu menewaskan lima anggotanya, tetapi tim negosiasi utamanya selamat.
Jadi, pernyataan Trump bahwa AS tidak tahu menahu terhadap pemboman Doha adalah bohong. Apalagi serangan terhadap Doha merupakan rangkaian dari penyerbuan Israel terhadap enam negara Arab (Yaman, Tunisia, Suria, Libanon, Palestina, dan Qatar) dalam tiga hari, 6-9 September lalu.
Mungkinkah Israel berani melakukan semua itu tanpa bantuan AS?
AS dan Israel memang satu DNA, pembohong dan pengkhianat. Bayangkan Trump baru saja, 4 bulan lalu, menerima hadiah pesawat kepresidenan Boeing 747-8 mewah dari Qatar senilai 6,5 Triliun. Pemberian hadiah tersebut, boro-boro dibalas dengan hadiah lain atau kebaikan! Yang terjadi AS membantu Israel membombardir Doha.
*Dr. KH Amidhan Shaberah, Ketua MUI 1995-2015/Komnas HAM 2002-2007. ***