Resensi Buku: Pandemi! COVID-19 Yang Mengguncang Dunia Karya Slavoj Žižek

ORBITINDONESIA.COM-- Pandemic! COVID-19 Shakes the World (2020) karya Slavoj Žižek, pertama kali terbit pada tahun 2020, adalah respons cepat seorang filsuf terhadap krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya di abad ke-21.

Ditulis di awal pandemi COVID-19 ketika lockdown dan ketidakpastian melanda seluruh dunia, buku ini adalah campuran khas Žižek: filsafat, politik, pop culture, dan humor gelap, dibungkus dalam analisis yang memprovokasi.

Tidak seperti laporan epidemiologi atau kajian medis, Pandemic! adalah upaya memetakan guncangan sosial, politik, dan psikologis yang ditimbulkan oleh virus kecil yang memaksa seluruh planet untuk berhenti.

Žižek, yang sering disebut “Elvis-nya teori budaya” atau “rockstar filsafat”, tidak menulis buku ini untuk memprediksi angka kematian atau membuat peta penyebaran. Ia ingin menunjukkan bahwa pandemi adalah momen sejarah yang membuka kemungkinan: kemungkinan untuk bangkit menuju solidaritas global baru, atau terjerumus lebih dalam ke dalam ketakutan, xenofobia, dan otoritarianisme.

 

Ketika Dunia Berhenti: Kapitalisme dalam Lockdown

Bagi Žižek, pandemi adalah semacam eksperimen sosial terbesar di era modern—bukan yang direncanakan, tetapi yang dipaksakan oleh keadaan. Dalam hitungan minggu, mesin kapitalisme global yang selama ini dianggap tak mungkin berhenti mendadak melambat, bahkan terhenti di beberapa sektor. Perjalanan udara terhenti, rantai pasok global terganggu, dan jutaan orang bekerja dari rumah.

Žižek melihat ini sebagai momen paradoksal: krisis yang memamerkan kerapuhan sistem ekonomi dunia, tetapi sekaligus memperlihatkan bahwa perubahan radikal justru bisa terjadi ketika ada tekanan ekstrem. Ia mempertanyakan, jika kita bisa menghentikan produksi demi menghentikan penyebaran virus, mengapa kita tidak bisa melakukan hal serupa demi mencegah bencana iklim?

Pandemi, dalam pandangan Žižek, membongkar mitos bahwa “pasar bebas” adalah sistem yang alami dan tak tergoyahkan—ternyata, dalam keadaan darurat, negara bisa mengambil alih dan mengubah prioritas ekonomi.

Solidaritas atau Barbarisme Baru

Žižek bukanlah romantis yang percaya bahwa krisis otomatis akan menghasilkan kebaikan. Ia mengingatkan bahwa pandemi bisa menjadi batu loncatan menuju dua arah yang berlawanan: satu, lahirnya bentuk baru solidaritas global berbasis kesadaran akan keterhubungan umat manusia.

Dua, menguatnya bentuk baru barbarisme yang dibungkus teknologi—pengawasan digital masif, penutupan perbatasan permanen, dan politik ketakutan.

Dalam buku ini, ia membayangkan bahwa COVID-19 bisa menjadi momen “komunisme bencana”—bukan komunisme ala negara totaliter, tetapi sistem koordinasi global untuk memastikan sumber daya medis, pangan, dan perlindungan sosial tersedia bagi semua orang.

Ia menunjuk pada fakta bahwa pandemi tidak bisa diatasi oleh satu negara sendirian, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas batas. Namun, ia juga melihat bahaya: kekuatan politik yang menggunakan krisis untuk memperluas kontrol, membatasi kebebasan sipil, dan memperdalam ketidaksetaraan.

Manusia, Ketakutan, dan Harapan di Tengah Krisis

Di luar analisis politik, Žižek membedah dimensi psikologis pandemi: rasa takut akan penyakit, kesepian akibat isolasi, dan ketidakpastian yang menggerogoti rasa aman kolektif.

Ia membandingkan situasi ini dengan film fiksi ilmiah, tetapi dengan twist yang ironis—musuh kita tidak terlihat, dan “pahlawan” bukanlah tokoh bersenjata, melainkan tenaga kesehatan, ilmuwan, dan pekerja yang menjaga kehidupan sehari-hari tetap berjalan.***

Ia mengajak pembaca untuk melihat pandemi sebagai pelajaran pahit tentang keterbatasan manusia. Kita bukan makhluk yang menguasai alam tanpa syarat; kita rentan terhadap gangguan yang tak kasat mata.

Namun, justru dari kerentanan itu, ada peluang untuk membangun sistem sosial yang lebih peduli dan lebih adil. Žižek tidak menutup mata pada kenyataan bahwa dunia pasca-pandemi bisa saja kembali seperti semula—atau bahkan lebih buruk—tetapi ia menegaskan bahwa membiarkan krisis ini berlalu tanpa perubahan berarti adalah kegagalan moral.

Penutup

Pandemic! COVID-19 Shakes the World adalah catatan cepat, reflektif, dan penuh provokasi dari seorang filsuf yang tidak pernah berhenti mencari makna di tengah kekacauan.

Žižek menulis dengan gaya khasnya—melompat dari teori filsafat ke film Hollywood, dari Marx ke Lacan, dari kritik kapitalisme ke lelucon absurd—namun tetap menjaga inti pesan: pandemi adalah momen ujian bagi peradaban.

Buku ini tidak memberi resep medis atau peta jalan pasti, tetapi mengajak pembacanya untuk memilih. Apakah kita akan menggunakan krisis ini untuk membangun solidaritas global yang nyata, atau membiarkan rasa takut membentuk dunia yang lebih sempit dan penuh kecurigaan?

Di titik inilah, Pandemic! menjadi bukan sekadar refleksi tentang COVID-19, tetapi peringatan tentang masa depan yang kita tentukan sendiri.***