Teknologi Jadi Kunci Dekarbonisasi Industri, Tiga Sorotan dari Diskusi GreenTeams

ORBITINDONESIA.COM - Sektor industri memainkan peran strategis sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 17,5 persen terhadap PDB nasional serta pertumbuhan 4,31 persen hingga kuartal I/2025. Namun di sisi lain, industri juga menyumbang lebih dari 40 persen konsumsi energi nasional, yang berarti menjadi penyumbang emisi terbesar. Kontribusi ganda ini menjadikan industri sebagai penentu keberhasilan transisi energi sekaligus pencapaian target Net Zero Emission 2050.

Kesadaran akan peran vital itu mendorong GreenTeams, bersama Kawasan Industri Jababeka dan Ecoxyztem, menggelar diskusi “Peta Jalan Dekarbonisasi Industri di Indonesia: Strategi Menuju Net Zero 2050” di President University Convention Center, Fablab Jababeka. Forum pada Selasa, 23 September 2025 ini mempertemukan kementerian, pemerintah daerah, para ahli lingkungan, akademisi, komunitas, hingga pelaku industri lintas sektor.

Dari diskusi tersebut, mereka menyepakati bahwa percepatan dekarbonisasi membutuhkan pijakan yang lebih konkret, mulai dari pemanfaatan teknologi, keterlibatan masyarakat, hingga panduan roadmap yang terarah. Tiga temuan utama berikut menjadi sorotan dalam diskusi:

Teknologi pemantauan emisi yang akurat menjadi pondasi penting untuk bertransformasi. Langkah ini sekaligus membuka ruang bagi inovasi dan memperkuat ketahanan industri di masa depan.

Menurut Wilson Sutarko, Co-founder & CEO GreenTeams mengungkapkan “Teknologi pemantauan emisi yang akurat serta data yang kredibel menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Untuk itu GreenTeams hadir melalui solusi nyata lewat teknologi pemantauan kualitas emisi dan kualitas udara yang akurat, untuk mendukung upaya tersebut, sejalan dengan agenda dekarbonisasi dan menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih strategis di pasar global.”

Ketika udara bersih, produktivitas meningkat dan kesehatan masyarakat lebih terjaga. Itulah sebabnya pemantauan kualitas udara menjadi sangat penting. Data pemantauan bisa dimanfaatkan untuk mendorong kebijakan yang tepat sekaligus memastikan masyarakat mendapat lingkungan yang lebih sehat. 

Novita Natalia, Co-founder Bicara Udara, mengingatkan “pentingnya keterlibatan publik. Menurutnya, kolaborasi masyarakat, akademisi, dan pelaku industri dapat mempercepat upaya dekarbonisasi sekaligus memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan luas.” 

Dengan adanya roadmap, pelaku industri akan tahu apa yang harus disiapkan, sekaligus dapat melihat peluang bisnis baru di sektor hijau. “Transisi energi memang penuh tantangan, tapi sekaligus membuka kesempatan besar bagi industri untuk lebih efisien dan kompetitif,” tegas Pintoko Aji (Koordinator Riset Data dan Pemodelan IESR) yang juga menjadi mitra strategis Kementerian Perindustrian.

Sebagai contoh, Bekasi yang merupakan pusat kawasan industri memiliki potensi besar untuk menjadi contoh transisi menuju industri rendah emisi. Jika upaya ini dijalankan bersama, manfaatnya bukan hanya untuk memperkuat daya saing global, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat. 

“Dekarbonisasi adalah perjalanan jangka panjang yang membutuhkan komitmen dan kolaborasi, dan kami percaya langkah-langkah yang dimulai di sini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain,” jelas Bupati Bekasi yang diwakilkan oleh Kustanto Dwi Purnomo

Acara yang turut dihadiri Ir. Noor Rachmaniah – Koordinator Pokja Pengendalian Pencemaran Udara KLH, Kustanto Dwi Purnomo – Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bekasi, Vega Violetta – Direktur Operasional & Keberlanjutan PT Jababeka Infrastruktur, serta Handa Abidin – Rektor President University, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar roadmap dekarbonisasi industri benar-benar dapat terwujud dan manfaatnya dirasakan secara luas, tidak hanya oleh pelaku industri, tetapi juga masyarakat di berbagai lapisan. ***