Starbucks Tutup 400 Gerai: Tantangan dan Peluang di Tengah Krisis
ORBITINDONESIA.COM – Starbucks mengumumkan penutupan sekitar 400 gerainya di Amerika Utara. Langkah ini mengejutkan banyak pihak, mengingat citra Starbucks sebagai raksasa kopi di sudut-sudut kota. Namun, langkah ini bisa menjadi titik balik penting bagi perusahaan.
Starbucks telah lama dikenal dengan ekspansi agresifnya di kota-kota besar dan pinggiran. Namun, perubahan dalam kebiasaan konsumen, inflasi, dan persaingan ketat telah memengaruhi keuntungan perusahaan. Penutupan gerai ini merupakan bagian dari rencana restrukturisasi senilai $1 miliar, termasuk pemutusan hubungan kerja untuk 900 karyawan korporat.
Penutupan ini dipicu oleh perpindahan konsumen dari pusat kota selama pandemi Covid-19. Starbucks juga menghadapi persaingan dari kedai kopi independen dan jaringan yang berkembang seperti Blank Street Coffee. Survei UBS menunjukkan bahwa lebih dari 70% responden berencana mengurangi kunjungan mereka ke Starbucks karena harga yang lebih tinggi.
CEO Starbucks, Brian Niccol, berusaha mengembalikan citra Starbucks sebagai 'tempat ketiga' antara rumah dan kantor. Dia telah mengurangi menu dan memperkenalkan kembali elemen tradisional seperti seni pada cangkir. Namun, perubahan ini juga menghadapi kritik dari pekerja yang merasa terbebani oleh minuman baru yang rumit.
Penutupan gerai Starbucks menandai tantangan yang lebih besar di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, strategi baru di bawah Niccol bisa membawa perubahan positif. Bisakah Starbucks kembali menjadi ikon kopi yang dicintai semua orang? Hanya waktu yang akan menjawab.
(Orbit dari berbagai sumber, 27 September 2025)