Mengurai Silo: Masalah Budaya dalam Organisasi Modern

ORBITINDONESIA.COM – Di balik kesibukan kolaborasi, silo-silo budaya diam-diam terbentuk, menghambat kemajuan nyata.

Silo seringkali muncul tanpa disadari saat organisasi berkembang. Tesla, misalnya, mengalami masalah budaya yang terdeteksi setelah penarikan kembali ribuan Cybertrucks. Keputusan kritis dibuat secara terisolasi, tanpa pemeriksaan lintas fungsi yang memadai.

Menurut Deloitte, 75% organisasi global beroperasi dalam matriks. Dalam lingkungan ini, budaya menentukan keberhasilan kolaborasi. Saat silo mengakar, produktivitas tampak nyata namun tim tetap tidak selaras. Silo bukan sekadar masalah struktural, melainkan cerminan budaya yang gagal berkembang.

Kolaborasi yang efektif tidak ditandai oleh banyaknya pertemuan. Budaya harus diperlakukan sebagai sistem hidup yang terus berkembang. Microsoft, dengan pendekatannya yang mengukur 'thriving', menunjukkan bahwa penyesuaian kecil bisa mempertahankan momentum budaya.

Mengatasi silo bukan berarti merombak total budaya. Ini tentang cara memimpin yang berbeda. Mengakui bahwa saat kolaborasi terhenti, silos bukan akar masalah tetapi sinyal. Dengan menata ulang cara orang bekerja bersama, budaya menjadi keunggulan strategis yang hidup. Inilah kunci agar silo tidak lagi menjadi ancaman.

(Orbit dari berbagai sumber, 8 Oktober 2025)