Sastrawan Negara Rahman Shaari Meluncurkan Buku dan Baca Puisi Sakti di College Universiti Innovative, Malaysia
ORBITINDONESIA.COM - Sastrawan Negara Rahman Shaari, meluncurkan buku Membina Bulan karya Prof Hashim Yaacob dan membaca puisi Sakti, karya Sastri Bakry di College Universiti Innovative, Malaysia, 10 Oktober 2025.
Abdul Rahman Shaari, adalah seorang penyair, penulis, pengkritik sastra, dan pensyarah yang terkenal dan dihormati di Malaysia. Ia juga pernah menerima SEA Write Award dari Thailand. Rahman Shaari menjadi tamu kehormatan karena ia merupakan Sasterawan Negara ke-15 Malaysia dan telah menerima berbagai anugerah dan penghargaan atas sumbangannya dalam bidang kesusasteraan Melayu.
Sebelumnya buku Sastri Bakry berjudul Sakti dikupas tuntas oleh Dr Andrea C Tamsin, Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra UNP. Andria mengapresiasi buku tersebut sebagai perjalanan panjang Sastri dalam berkarya dan mengekspresikan perasaannya. Suka mau pun duka, sukses mau pun kegagalan bahkan terhadap kondisi sosial. Sastri menggugat kondisi sistem politik, hukum, ketidakadilan, kemiskinan dan lain sebagainya.
Di sela-sela apresiasi dan pernyataan kritisnya, Andria menunjukkan kecakapan membaca puisinya. Ia membaca puisi "Bung Hatta dan Boven Digoel, Ketika Seorang Papua Menangis Padaku".
Puisi ini menurut Andria termasuk puisi bagus secara pesan yang disampaikan tetapi judulnya menurut Andria terlalu panjang. Ia menawarkan judulnya cukup Boven Digoel. Karena dengan kata Boven Digoel itu sudah menggiring pembaca ke asosiasi yang dalam.
Andria juga sangat bagus membacakan puisi Kacang Ramang yang menceritakan tentang usaha lelaki tua berjualan dengan kerja keras, meski hasilnya tak sebanyak para koruptor, yang tak banyak kerja keras tetapi menghisap darah rakyat.
"Motivasi Inspirasi kompetensi Sosio Kultural"
Majlis Pelancaran Buku Kubina Bulan dan Bicara buku Sakti ini diinisiasi Hasyim Yaacob dan Wakil Rektor Kolej Universiti Inovatif, Prof Dr Azri Usman.
Dalam sambutannya Azri Usman menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bukti hubungan Indonesia-Malaysia semakin instensif karena sastra dan budaya. Meski fakultas kedokteran bersifat teknis pergigian yang menggagas acara ini bukan berarti otak kiri dan otak kanan tak bisa diharmonikan sekaligus. Pembuktian puisi ada di mana-mana sebagai aspek kehidupan manusia. Kekuatan kata-kata bisa mendamaikan dan juga bisa memecah jika tak hati- hati. Ia adalah jembatan budaya Melayu.
Di akhir acara Prof Hashi memberikan motivasi dan inspirasi bagi audiens yang hadir, antara lain penyair Indonesia Malaysia, mahasiswa kedokteran, dosen dan empat wakil rektornya hadir semua memeriahkan acara tersebut.
Dato Hashim menegaskan bahwa kita akan menjadi sebagaimana yang kita harapkan. Ia banyak memberi contoh dirinya yang dibesarkan dalam keluarga miskin bahkan orang tuanya tak pernah sekolah. Orang tuanya hanya penoreh getah. Namun ia belajar banyak dari tokoh-tokoh hebat Malaysia mau pun dunia.
Tak ada harta tak ada rupa (tak punya apa-apa apa). Ini adalah kutipan kata-kata motivasi yang indah dari Dato Hashim. Jika kita sungguh-sungguh, maka kita akan menjadi apa-apa dan orang yang dihormati, jika inspirasi kebaikan bisa diambil dari orang lain.
Dato Hashim juga menjawab pertanyaan audien, sejak kapan menulis puisi. Ia mengaku sejak jadi dekan Fakultas Kedokteran Gigi. Jadi bukan sejak masih remaja. Tetapi ketika ia telah matang jiwanya. Saat ia berkelahi dengan rektor. Ia tahu berkelahi dengan rektor pasti akhirnya akan kalah karena melawan orang besar.
Untuk mengungkapkan kemarahan adalah dengan berpuisi, karena tak punya cara untuk melawan. Dato percaya puisi adalah doa. Tahun 1989 Ia diangkat jadi Rektor Univ Malaya. Kata-kata puisi yang inspiratif dan motivatif menjadi suasana hangat dalam perbincangan sastra dan budaya siang itu
Acara ditutup dengan foto bersama dan penyerahan kenangan- kenangan dan sertifikat penghargaan kepada penulis buku, pembicara dan pembaca puisi Chesu Deraman, Malaysia dan Edrawati, Indonesia.***