Rapor Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran di Mata Netizen: Antara Harapan dan Kritik Tajam
Oleh Continuum INDEF – Analisis Big Data Media Sosial 2025
ORBITINDONESIA.COM - Setahun setelah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka resmi memimpin Indonesia, percakapan publik di media sosial menunjukkan wajah ganda: optimisme terhadap visi besar kemandirian bangsa, tapi juga kritik keras terhadap pelaksanaan di lapangan.
Laporan analisis big data yang disusun Continuum INDEF ini menelusuri jutaan percakapan daring dari berbagai platform untuk mengukur eksposur, sentimen, dan topik pembicaraan seputar kebijakan pemerintah sepanjang tahun pertama kepemimpinan Prabowo–Gibran.
Fokus Pidato dan Gaya Kepemimpinan
Dari sisi komunikasi publik, pidato-pidato Presiden Prabowo menonjolkan dua hal utama: pembangunan sumber daya manusia dan kemandirian pangan sebagai pondasi ketahanan nasional. Namun, gaya kepemimpinannya tampak berbeda dari pendahulunya.
Selama setahun menjabat, hampir 70% aktivitas kunjungan Presiden merupakan lawatan luar negeri. Angka ini berbanding terbalik dengan masa Presiden Joko Widodo, yang 75% perjalanannya berfokus di dalam negeri. Langkah Prabowo memperlihatkan arah kebijakan luar negeri yang jauh lebih global, dengan jangkauan diplomasi meluas ke Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat.
Reshuffle dan Dinamika Pemerintahan
Dalam kurun satu tahun, pemerintahan Prabowo–Gibran tercatat melakukan tiga kali perombakan kabinet, mencakup sepuluh jabatan setingkat menteri. Ini menjadi rekor tertinggi di tahun pertama dibanding presiden-presiden sebelumnya—menandakan dinamika internal pemerintahan yang intens dalam upaya mencari keseimbangan antara loyalitas politik dan efektivitas kerja.
Program yang Paling Disorot
Dari sisi pemberitaan media, program pemberantasan korupsi menempati posisi teratas dengan 5.343 artikel daring, disusul oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan 4.443 pemberitaan.
Namun di ruang percakapan publik, MBG justru menjadi topik paling ramai diperbincangkan, dengan 183.723 perbincangan—jauh melampaui Danantara (71.335) dan Hilirisasi (48.212).
Sayangnya, perhatian besar itu datang bersama kritik tajam. MBG menjadi program dengan sentimen negatif tertinggi, yakni 76,9%. Isu keracunan massal dan dugaan kurangnya transparansi komposisi gizi nasional menjadi pemicu utama ketidakpercayaan warganet.
Sentimen Publik: Antara Puji dan Waspada
Beberapa program lain juga menuai penilaian beragam.
Hilirisasi dan Industrialisasi mendapat 71,2% sentimen negatif. Kekhawatiran terhadap dampak lingkungan mendominasi percakapan.
Program Danantara dikritik karena potensi korupsi dan lemahnya kepercayaan publik terhadap pejabat pengelolanya (69,8% negatif).
Pemberantasan Korupsi menuai 37,2% sentimen positif; publik mengapresiasi langkah tegas aparat, tapi menagih janji undang-undang perampasan aset.
Koperasi Desa Merah Putih dinilai nyaris seimbang—49,8% positif dan 50,2% negatif—antara harapan pemberdayaan desa dan kekhawatiran korupsi baru di tingkat lokal.
Swasembada Pangan menjadi salah satu program dengan citra paling positif (70,7% positif), karena dianggap pro-petani dan realistis dalam jangka panjang.
Cek Kesehatan Gratis (74,1% positif) dan Sekolah Rakyat (77,5% positif) menunjukkan antusiasme publik terhadap upaya pemerataan layanan dasar, meskipun masih ada catatan soal tenaga pengajar dan infrastruktur kesehatan.
Harapan yang Masih Terbuka
Dari keseluruhan percakapan, 38% warganet mengaku merasakan manfaat nyata dari program-program pemerintah, sedangkan 62% menyampaikan kritik dan kekhawatiran—terutama soal potensi penyimpangan dana dan lemahnya pengawasan.
Continuum INDEF menilai, hasil ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu memperkuat manajemen implementasi dan transparansi anggaran, agar visi besar Prabowo–Gibran tentang “kemandirian bangsa” tidak berhenti di tataran simbolik.
Setahun perjalanan ini baru awal, tapi rapor dari ruang digital memperingatkan bahwa legitimasi publik kini tak hanya dibangun lewat keberhasilan kebijakan, melainkan juga lewat kepekaan terhadap suara warga yang tak lagi mudah diam.***