Budiman Hakim: Anne Hathaway dan "Berbohong" yang Keren

Oleh Budiman Hakim 

ORBITINDONESIA.COM - Acara casting sudah dimulai. Puluhan perempuan muda datang untuk memperebutkan peran dalam sebuah film produksi Hollywood. Bukan peran utama sih tapi peran pembantu. Meskipun demikian, peran itu tetap penting karena bisa memuluskan jalan menuju popularitas internasional.

Film yang akan diproduksi, bukan film kaleng-kaleng. Sebuah film drama romantis berlatar Amerika tahun 1960-an. Judulnya: Brokeback Mountain. Semua karakter sudah ditemukan kecuali satu tokoh wanita yang sekarang sedang diperebutkan.

Semua peserta duduk berjejer, menunggu giliran dengan wajah tegang tapi penuh harap. Satu per satu, mereka dipanggil untuk diwawancara oleh produser dan sutradara. Di luar ruangan, udara siang terasa kering. Bau kertas, parfum, dan kopi bercampur jadi satu.

Ketika semua sudah selesai diinterview, sang zutradara melemparkan pertanyaan terakhir yang ditujukan pada semua peserta, “Siapa di antara kalian yang bisa menunggang kuda?”

Ruangan mendadak hening. Semua peserta saling berpandangan satu sama lain. Tak ada yang mengangkat tangan. Sepertinya tak ada satu pun yang mampu menunggang kuda. Sang sutradara masih celingak-celinguk dengan paras putus harapan.

“Saya bisa!” Tiba-tiba salah seorang peserta mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Semua mata berpaling ke arah suara tadi. Di sana nampak seorang gadis remaja, berwajah imut, berdiri tegak dengan senyum penuh percaya diri.

“Seriusan kamu bisa mengendarai kuda?" tanya Sang Sutradara.

“Soal menunggang kuda, saya ahlinya.!” jawab yang ditanya dengan yakin.

“Oh ya? Hebat! Okay, kamu mendapat peran itu,” kata Sutradara dengan nada kagum.

Tepuk tangan meriah menyambut pilihan itu. Keputusan telah dibuat. Tak ada debat. Peserta lain kecewa berat. Mereka membubarkan diri membawa penyesalan yang sama; 'kenapa dulu gak pernah kepikiran belajar menunggang kuda.' Penyesalan selalu datang belakangan.

Nah, ada satu momen penting yang gak diketahui siapa pun. Gadis remaja yang mengaku mampu menunggang kuda itu, sebenarnya bohong. Seumur hidup dia tak pernah menunggang kuda. Dia memilih berbohong karena kesempatan itu terlalu bagus untuk dilewatkan.

Hidup itu pilihan. Dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi. Begitu sampai di mobil, hal pertama yang gadis itu lakukan adalah mencari pelatih berkuda. “Saya harus belajar menunggang kuda,” katanya.

Dalam waktu teramat singkat, Si Gadis Imut belajar sekuat tenaga. Jatuh, memar, lecet, tapi terus bangkit. Dia tahu, keberanian kecil yang dia tunjukkan saat casting kemarin harus dibayar dengan kesungguhan hari ini. Luar biasa ya? Bagaimana kerja otak di momen seperti itu?

Dalam neurosains, ada satu bagian di otak bernama amygdala, yang bertugas memproses rasa takut. Setiap kali kita menghadapi hal baru dan tak pasti, amygdala menyalakan alarm. Itu sebabnya, ketika sutradara menanyakan soal berkuda, semuanya diam.

“Awas. Berbahaya.” Begitu kata amygdala memperingatkan.

Orang lebih memilih menunggu, mundur, atau menunda. Bukan hanya karena tidak mampu, tapi karena otak mereka ingin tetap aman.

Namun di sisi lain, ada bagian otak bernama prefrontal cortex, pusat logika, pengendalian diri, dan pengambilan keputusan. Ketika seseorang memilih untuk maju meski takut, artinya bagian ini berhasil menenangkan amygdala.

“Tenang, kita bisa hadapi ini!” sahut prefrontal cortex.

Begitu kita berhasil melangkah, otak memberi kita hadiah: dopamine, zat kimia yang memunculkan rasa puas dan percaya diri. Setiap keberanian yang berhasil menembus rasa takut akan memperkuat jaringan saraf itu, membuat kita lebih siap menghadapi ketidakpastian berikutnya.

Jadi, keberanian bukan sifat bawaan, tapi kemampuan yang bisa dilatih. Setiap kali kita memilih melangkah ke arah yang menakutkan, otak kita belajar bahwa ketakutan bukan tanda bahaya, tapi pintu menuju pertumbuhan.

Gadis itu mungkin tidak tau teori neurosains, tapi dia tau satu hal: kesempatan tidak akan menunggu sampai kita benar-benar siap. Kadang, kesiapan justru lahir setelah kita berani berkata “ya.” Kesempatan emas tidak datang dua kali. Jangan disia-siakan. Mempersiapkan diri? Kapan saja itu bisa dilakukan.

Beberapa bulan kemudian, film yang ia bintangi pun resmi ditayangkan di seluruh dunia. Film Brokeback Mountain memenangkan penghargaan besar dan membuka pintu karier yang mengubah hidup Sang Gadis selamanya. Sebuah titik balik yang mengubah karakternya dari aktris remaja menjadi aktris dewasa.

Buat yang pernah menonton film itu, pasti tahu gadis pembohong yang saya maksud adalah Anne Hathaway. Hebat ya. Saat itu dia masih remaja, tapi sudah mengerti satu hal: kesempatan tidak menunggu kesiapan.

Anne Hathaway mengajarkan kita sebuah rahasia sederhana namun kuat: Jangan menunggu kemampuan untuk berani. Beranilah dulu, maka kemampuan akan datang menyusul. Kalo kita berani, semua bisa dipelajari.***