Dua Warga Palestina Tewas Dalam Serangan Pesawat Nirawak Israel di Gaza Tengah
ORBITINDONESIA.COM – Dua warga Palestina tewas pada Jumat malam, 24 Oktober 2024, dalam serangan pesawat nirawak yang dilancarkan oleh pasukan pendudukan Israel di Gaza tengah, menurut sumber-sumber lokal, menandai pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata.
Koresponden WAFA mengatakan bahwa sebuah pesawat nirawak Israel menembakkan rudal ke sekelompok warga sipil di dekat area Menara Al-Qastal, sebelah timur Deir al-Balah di Gaza tengah, menewaskan dua orang.
Pasukan Israel terus melanggar gencatan senjata di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 90 warga Palestina dan melukai lebih dari 130 lainnya sejak gencatan senjata berlaku pada 11 Oktober.
Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menekankan kebutuhan mendesak untuk menegakkan gencatan senjata di Jalur Gaza guna memulihkan lingkungan pendidikan yang aman bagi anak-anak setelah dua tahun kehancuran akibat operasi militer Israel.
Dalam pernyataan yang dibagikan oleh UNRWA pada X, Wakil Direktur Urusan UNRWA di Gaza, John Whyte, mengatakan bahwa anak-anak Palestina di Gaza membutuhkan pendidikan, dan "kita harus melakukan segala yang mungkin untuk mewujudkannya."
Whyte mencatat bahwa UNRWA tetap menjadi penyedia pendidikan darurat terbesar di Gaza dan sedang berupaya menyediakan ruang di beberapa sekolah untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Sejak gencatan senjata berlaku, jelasnya, tim UNRWA telah berupaya menyediakan ruang di beberapa sekolah untuk menyediakan pendidikan bagi sekitar 10.000 anak setiap hari, dibandingkan dengan sekitar 60.000 anak pada gencatan senjata sebelumnya.
Ia menambahkan bahwa badan tersebut berupaya memperluas operasinya lebih lanjut, termasuk menawarkan pendidikan daring, dengan hingga 300.000 anak di Gaza diperkirakan akan mendaftar untuk program pembelajaran jarak jauh.
Whyte menekankan pentingnya mempertahankan gencatan senjata untuk memastikan bahwa semua anak di Gaza dapat kembali ke lingkungan belajar setelah dua tahun perang, trauma, dan kesulitan.***