Buku Lawang Uma Karya Rapi Pradipta: Selalu Ada Pintu yang Menantinya untuk Pulang

ORBITINDONESIA.COM - Dunia literasi di Toboali, Bangka Selatan, kembali berdenyut hangat. Bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Kota Toboali ke-317 pada 25 Oktober 2025, Rapi Pradipta meluncurkan karya terbarunya berjudul Lawang Uma, yang diterbitkan oleh Galuh Patria, Yogyakarta.

Buku ini memuat 20 cerita pendek yang menggambarkan keseharian, kerinduan, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam bahasa yang sederhana namun menyentuh. Lawang Uma merupakan buku kedua dari Rapi, seorang pendidik yang mengabdi di SDN 4 Lepar, Kecamatan Lepar.

Menurut Rapi, sebagian besar cerpen dalam buku ini sebelumnya telah dimuat di sejumlah media di Bangka Belitung.
“Proses pengumpulan naskah untuk buku ini memakan waktu sekitar tiga bulan,” ujarnya saat ditemui Sabtu sore, 25 Oktober 2025.

Menariknya, Rapi memilih judul Lawang Uma — yang dalam bahasa daerah Toboali berarti pintu rumah. Bagi Rapi, pintu itu bukan sekadar simbol tempat kembali, melainkan lambang cinta dan harapan.

Lawang Uma adalah pintu yang selalu terbuka untuk saya, terutama untuk istri saya. Ke mana pun saya pergi, selalu ada pintu yang menunggu untuk saya pulang,” katanya dengan senyum tenang.

Mengajar di pulau terpencil memberi Rapi banyak ruang untuk memahami arti rindu. “Saya percaya, rindu selalu menunggu di balik pintu. Selalu ada Lawang Uma yang siap diketuk untuk dibuka,” tambahnya.

Bagi Rapi, menulis bukan hanya aktivitas kreatif, tapi juga bentuk doa yang disampaikan lewat aksara. Setiap kalimat baginya adalah jejak perenungan, tempat ia menitipkan makna dari perjalanan hidup.

Penulis muda Bangka Selatan, Erik Juliawan, turut memberikan apresiasi terhadap karya tersebut. Menurutnya, Lawang Uma bukan sekadar kumpulan cerita, tetapi juga refleksi pengalaman batin.

“Buku ini adalah jejak perjalanan, rasa, dan makna yang tumbuh dari pengalaman hidup. Ia tak hanya bercerita, tapi menyentuh sisi pribadi pembacanya,” ujarnya.

Selamat untuk Rapi Pradipta — teruslah menyalakan obor literasi dari Negeri Junjung Besaoh, menulis dengan hati, dan membuka setiap Lawang Uma yang menuntun pembaca untuk pulang pada makna.

(Oleh Rusmin Sopian) ***