Konflik Sudan Kurang Diperhatikan Dunia Karena Tenggelam oleh Perang Ukraina dan Gaza

ORBITINDONESIA.COM - Bagaimana dunia merespons perang di Sudan? Konflik Sudan sebagian besar dibayangi oleh permusuhan di belahan dunia lain seperti di Ukraina dan Gaza, kata Direktur Jenderal Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva tahun lalu.

Namun, faksi-faksi yang bertikai di negara Afrika tersebut juga menentang upaya global untuk mengakhiri konflik Sudan.

Bulan Desember 2024, AS mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa aktor asing mengobarkan perang di Sudan, tetapi AS tidak menyebutkan siapa mereka.

"Cukup sudah bagi sponsor asing yang mengirimkan drone, rudal, tentara bayaran. Cukup sudah bagi mereka yang mengambil untung dari perdagangan minyak dan emas ilegal yang mendanai konflik ini," kata perwakilan AS.

Pemerintah militer Sudan sering menuduh Uni Emirat Arab mempersenjatai RSF, tetapi negara Teluk itu membantahnya. Tujuh perusahaan terkait RSF yang dikenai sanksi oleh AS pada Januari 2025 semuanya berbasis di UEA.

Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan: “UEA telah menegaskan dengan tegas bahwa mereka tidak memberikan dukungan atau pasokan apa pun kepada kedua pihak yang bertikai di Sudan. Fokus utama kami tetap pada penanganan krisis kemanusiaan yang dahsyat di Sudan. Kami terus menyerukan gencatan senjata segera dan resolusi damai untuk konflik buatan manusia ini.”

Investigasi CNN pada tahun 2023 menemukan bukti bahwa kelompok tentara bayaran Rusia Wagner telah mempersenjatai RSF. Milisi tersebut dan pemimpin Wagner saat itu, Yevgeny Prigozhin, membantahnya pada saat itu.

Pada bulan November, Rusia memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan faksi-faksi yang bertikai di Sudan untuk mengakhiri pertempuran, memperkuat perlindungan bagi warga sipil, dan mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan. Kementerian Luar Negeri Sudan yang didukung militer menyambut baik tindakan Rusia tersebut, dengan mengatakan bahwa resolusi PBB tersebut merusak kedaulatan Sudan.

Akankah tekad genosida AS membuat perbedaan?

Pengacara Sudan, Mutasim Ali, mengatakan kepada CNN bahwa penetapan genosida oleh AS di Sudan "sudah lama tertunda" dan seharusnya terjadi lebih cepat.

Meskipun demikian, ini merupakan "bentuk keadilan karena mengakui keluhan para korban," ujarnya.

"Ini merupakan langkah menuju perdamaian dan akuntabilitas dengan membuka jalan untuk meminta pertanggungjawaban para aktor, bukan hanya para pelaku itu sendiri tetapi juga para aktor yang terlibat dalam genosida," tambah Ali, penasihat hukum di Pusat Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg yang berbasis di Kanada.

Bagi aktivis Al-Karib, sanksi AS terhadap Hemedti dan deklarasi genosida dapat menjadi krusial tidak hanya untuk mengendalikan milisinya tetapi juga untuk mengekang dukungan yang diterimanya dari aktor asing.

"Kami rasa skala kekejaman yang terjadi di Sudan dan Darfur tidak akan sebesar ini tanpa dukungan UEA kepada RSF," ujarnya.

“Oleh karena itu, kami berharap keputusan AS untuk memberikan sanksi kepada Hemedti akan mengirimkan pesan yang kuat kepada UEA untuk mempertimbangkan kembali posisinya dan terlibat dalam proses politik yang serius guna mengakhiri kekejaman dan tindakan genosida yang terjadi di seluruh negeri.” ***