Puisi Anto Narasoma : Akhirnya Mati
tanah itu terkulai dalam tumpukan kekejian yang membawa kematian bagi tangan-tangan terkulai dalam genangan lumpur
yang menyisakan badai
air mata
maka,
ribuan gelondong wajah hutan dan kekuatan semangat tanah
yang menelan kekokohan penjajah, hanya cerita dari mulut ke mulut masa lalu
sebab,
di ujung pulau sumatra
yang dilimpahi wajah bidadari dari langit pun, diam-diam mengupas keserakahan pemegang mandat negeri ini
o, puluhan tahun suaramu sepi dan sunyi
tak ada kericuhan
tak ada konflik materi
tak cerita saling sikut
dari kisah ke kisah
sebab wajah petinggi negeri yang penuh kebohongan ini,
bagai tanah basah
di atas gundukan tambang yang selalu tiba dengan ucapan bertabur serpihan gula-gula pasir
di atasnya,
hakikat cagar budaya itu
menawarkan tarian seudati yang kehilangan senyum
pada akhirnya,
pusaran waktu yang ramah-tamah,
membawa kebengisan
di balik tanah terakhir
maka,
puluhan kubik kecemasan tiba dalam curah hujan setinggi maut. ribuan gelondong kematian pun melemparkan kayu-kayu hutan yang menjadi pembunuh akhir tahun
tanah padat,
dan kayu-kayu rapat dalam hijau daun di areal hutanku, diam-diam meregang nyawa
banjir air mata
yang tiba dalam curah hujan selebat keserakahan dan senyum sinis para koruptor, menjadi penjajah bagi rakyatmu sendiri
sekali tiba dalam badai,
kekayaan pun ambrol
ke dalam sekat-sekat kemiskinan rakyatmu
o, mengapa kau lukiskan kematian bagi nyawa-nyawa melarat anak negerimu yang tergelimpang ke dalam kuburan penuh lumpur?
Palembang,
13 Desember 2025
Penulis:
Anto Narasoma adalah seorang penulis, penyair, dan wartawan terkemuka asal Palembang yang aktif di dunia sastra.