DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Deretan Merek Indonesia Lebih dari 50 Tahun Masih Eksis, Sampai Jadi Living Legend Brands Ada Salep 88

image
Deretan merklegend yang masih eksis selama 50 tahun lebih

ORBITIINDONESIA- Deretan merek ternama di Indonesia masuk kategori Indonesia Living Legend Brands 2022 yang diumumkan oleh majalah SWA.

Kategori Indonesia Living Legend Brands 2022 ini dibuktikan bagi merek yang mampu bertahan melewati waktu lebih dari 50 tahun dalam dunia bisnis Indonesia.

Merek juara dipilih berdasarkan kriteria antara lain adalah lahir di Indonesia dengan usia minimal 50 tahun, perusahaan pemilik atau pengelolanya mencetak laba positif, bisnisnya terus tumbuh dalam lima tahun terakhir, cakupan pasarnya luas, terus berinovasi serta termasuk pemain utama di sektornya atau pemain niche market yang kuat.

Baca Juga: Awas Peretasan di Dunia Digital, Kenali Ragam Modus Kejahatan Online dan Tipsnya di Sini
SWA menobatkan beberapa merek dalam kategori Indonesia Living Legend Brands 2022 di antaranya adalah Salep88, Anggur Orang Tua, Tolak Angin, Viva Cosmetics dan Dji Sam Soe.

Sedangkan untuk Indonesia Living Legend Companies 2022 jawaranya adalah PT Dexa Medika, PT AKR Corporindo Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT Tigaraksa Satria Tbk, PT Kirana Megatara Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Sementara untuk perusahaan adalah lahir di Indonesia (dan bukan berstatus PMA saat berdiri) dengan usia minimal 50 tahun, mencetak laba positif, bisnisnya terus tumbuh dalam lima tahun terakhir, cakupan pasarnya luas, terus berinovasi dan termasuk pemain utama di sektornya atau pemain niche market yang kuat.

Baca Juga: Gempa Bumi Guncang Pegunungan Arfak Papua dengan Kekuatan Magnitudo 4,8

"SWA juga memberikan penghargaan ‘Most Respectful Legends - Companies & Brands’ untuk perusahaan-perusahaan dan merek-merek legendaris yang disegani. Mereka adalah para legenda hidup yang di usianya yang semakin tua justru semakin perkasa, sehat, dan agile," kata Group Chief Editor SWA Media  Kemal E. Gani dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.

Survei dan assessment Respectful Legends - Companies & Brands 2022 diikuti perusahaan swasta dan BUMN, serta merek-merek yang sebagian besar menjadi pemimpin pasar.

Perusahaan - perusahaan dan merek yang menjadi peserta sudah menjalankan setiap pilar dengan baik. Dalam survei ini, peserta diminta menjawab sejumlah pertanyaan.

Baca Juga: Bak Chicken Dinner, PUBG Indonesia akan Kolaborasi dengan Kemenparekraf Bahas Projek Baru

Penghargaan bergengsi ini diberikan tidak asal tunjuk, tapi melalui proses seleksi dan penilaian ketat dewan juri dari kalangan pakar dan profesional di bidangnya masing-masing.

Dewan juri itu adalah Tommy Sudjarwadi, Business Partner Dunamis Organization Services dan Head of FranklinCovey Indonesia; Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D, Vice Rector I Universitas Prasetiya Mulya; Sulistyo Wimbo Hardjito, mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Pelayaran Nasional Indonesia;. Elia Massa Manik, mantan Direktur Utama PT Pertamina, PT Perkebunan Nusantara III dan PT Elnusa Tbk; Asto Sunu Subroto, pakar riset pemasaran; Stanley Setia Atmadja, Direktur Utama Mandiri Utama Finance.

Baca Juga: Ingin Cegah Penyakit Osteoporosis? Mulai sekarang Terapkan Gaya Hidup Aktif

Adapun jawara Indonesia Respectful Legends-Companies diantaranya adalah PT Kirana Megatara Tbk dengan skor 84,67 disusul oleh PT AKR Corporindo Tbk (skor 84,33) dan PT Tigaraksa Satria Tbk (skor 79,83). Sedangkan pemenang Indonesia Respectful Legends – Brands diantaranya adalah Dji Sam Soe dengan skor 83,14 disusul oleh Viva Cosmetics (skor 73,71) dan Salep 88 (skor 72,39). Dengan menetapkan skor kelulusan minimal 70, penilaian ini meluluskan 12 peserta untuk kelompok perusahaan dan 9 peserta kelompok merek.

Tommy Sudjarwadi selaku Dewan Juri menjelaskan, tekanan yang luar biasa, tak terduga, dan terus-menerus menjadi norma baru yang harus dihadapi living legend companies.

Baca Juga: Awas Osteoporosis Menginjak Umur Tigapuluhan, Cegah dengan Cara Menabung Tulang sejak Dini

"Lamanya eksistensi perusahaan bukan jaminan untuk tetap cemerlang di masa yang akan datang. Bagi sebagian perusahaan bahkan bisa menjadi hambatan untuk menjalankan pilar adaptabilitas. Budaya lama bisa menjadi tembok penghalang untuk membangun innovation culture. Perusahaan harus melakukan inovasi untuk mencapai prestasi kerja yang baik. Tidak mustahil inovasi tersebut harus dilakukan secara radikal," kata Tommy.***

Berita Terkait