DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Eropa Inginkan Jaringan Kereta Api Berkecepatan Tinggi untuk Gantikan Pesawat Terbang

image
Jaringan kereta api di Eropa.

ORBITINDONESIA - Sarapan di Paris, makan siang di Frankfurt, dan makan malam di Wina -- semuanya tanpa kerumitan dan frustrasi terbang. Ini akan bisa terwujud lewat pembangunan jaringan kereta api berkecepatan tinggi di Eropa.

Bayangkan jaringan kereta modern, super cepat, dan nyaman, yang meluncur di antara setiap kota besar di Uni Eropa. Kereta api ini memberikan alternatif perjalanan udara yang andal, nyaman, dan berkelanjutan.

Itulah visi yang digariskan para pemimpin industri kereta api di Lyon, Prancis, 29 Juni lalu, di tengah rencana ambisius Eropa, untuk menggandakan penggunaan kereta api berkecepatan tinggi pada 2030 dan tiga kali lipat tingkat saat ini pada 2050.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Food for Peace dan Serendipity Jokowi

Hanya perluasan jaringan berkecepatan tinggi yang masif -- dan dipercepat -- yang dapat mencapai target yang sangat ambisius ini. Tetapi apakah itu proposisi yang realistis dan terjangkau?

Tidak seperti di banyak bagian dunia, Eropa sudah memiliki ribuan kilometer jaringan kereta api berkecepatan tinggi khusus.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

TGV Prancis yang terkenal di dunia, ICE Jerman, dan AVE Spanyol telah mengubah perjalanan kereta api selama 40 tahun terakhir. Tetapi sebagian besar tetap berfokus pada pasar domestik.

Itu tidak mengherankan. Negara-negara menginvestasikan miliaran euro dalam infrastruktur baru. Tetapi, tekanan politik untuk memeras manfaat maksimal bagi pembayar pajak tidak dapat dihindari.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Poros Gerindra-PKB Menang di Kalangan Pemilih Muslim

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Membangun garis melintasi perbatasan internasional, bahkan di dalam Uni Eropa, menciptakan ketegangan mengenai siapa yang membayar untuk apa. Juga, bagaimana kontrak dialokasikan, standar dan peraturan nasional yang bertentangan, dan sejumlah hambatan lainnya.

Selama beberapa dekade, terlalu mudah untuk menghentikan proyek yang sulit, sampai menjadi masalah bagi orang lain.***

 

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

 

 

Berita Terkait