DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

6 Alasan Masyarakat Jepang Punya Kebiasaan Mengasingkan Diri

image
Ilustrasi. 6 Alasan Masyarakat Jepang Punya Kebiasaan Mengasingkan Diri/Freepik

ORBITINDONESIA.COM- Budaya Hikikomori adalah kondisi dimana menarik diri dari kehidupan sosial atau mengasingkan diri yang merupakan istilah yang berasal dari Jepang.

Hikikomori disebut juga sebagai fenomena di mana para remaja enggan bekerja dan menghindari kontak sosial dengan orang lain.

Fenomena Hikikomori ini membuat mereka hanya berdiam diri dan menghabiskan hidup di rumah atau di dalam sebuah ruangan.

Baca Juga: Manchester United Sedang Mencari Bek Kiri Setelah Luke Shaw Alami Cedera Otot

Sebagian ada yang keluar rumah untuk membeli bahan makanan, ada pula yang sepenuhnya mengunci diri di kamar masing-masing.

Lalu bagaiamanakah ciri-ciri fenomena Hikikomori yang menjalar di jepang tersebut, Simak penjelasanya dibawah ini:

1. Asal Usul Istilah Hikikomori dan Peran Psikolog Jepang

Istilah  hikikomori pertama kali dicetuskan oleh seorang psikolog Jepang bernama Tamaki Saito.

Baca Juga: 8 Fakta Terbaru Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang Kini Dukung Prabowo Subianto

Saito mengungkapkan istilah hikikomori dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1998, berjudul Social Withdrawal - Adolescence Without End.

Saito mengenalkan konsep ini sebagai suatu bentuk perilaku penarikan diri dari interaksi sosial.

2. Diagnosis dan Karakteristik Hikikomori

Menurut Ensiklopedia Britannica, seseorang dianggap menderita hikikomori jika ia menunjukkan perilaku menghindari sosial.

Baca Juga: Beredar Lirik Lagu Sindir Budiman Sudjatmiko, Usai Dipecat dari PDI Perjuangan Akibat Dukung Prabowo

Kondisi ini berlangsung selama berbulan-bulan atau yang parah selama minimal enam bulan.
 
Hikikomori juga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan disfungsi karena terlalu lama mengasingkan diri.

Hal ini bukan sekadar mengurangi interaksi sosial, melainkan memengaruhi fungsi sehari-hari individu tersebut.

3. Isolasi Ekstrem: Menolak Dunia Luar

Individu yang mengalami hikikomori menolak untuk keluar rumah, bekerja, atau bahkan bersekolah.
 
Bahkan hal-hal yang seharusnya tidak memerlukan interaksi sosial, seperti membeli bahan makanan, juga ditolak.
 
Hal Ini menunjukkan kedalaman isolasi yang mereka alami yang menunjukan betapa dalam kondisi yang dialami.

 
4.Penyebab dan Faktor Pemicu

Penyebab hikikomori masih belum terpahami dengan baik, beberapa psikolog berpendapat bahwa peristiwa stres dapat memicu perilaku menghindari sosial ini.

Beberapa penelitian juga menemukan korelasi antara hikikomori dengan lingkungan keluarga yang disfungsional atau pengalaman trauma.

5. Perubahan Sosial di Jepang dan Konsekuensinya

Tren hikikomori semakin mencuat dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di Jepang.

 Hal ini sejalan dengan meningkatnya kasus perasaan cemas, depresi, dan fobia sosial di kalangan penduduk Jepang.
 
Fenomena ini memiliki korelasi yang signifikan dengan perubahan sosial yang diinduksi oleh peristiwa-peristiwa global, termasuk pandemi Covid-19.

6. Menghadapi Tantangan Isolasi Sosial

Isolasi sosial dalam bentuk hikikomori adalah isu yang memerlukan perhatian serius, pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor pemicu dan dampak dari isolasi sosial ini akan memungkinkan pengembangan strategi yang lebih efektif untuk membantu individu yang terkena dampaknya.

Dalam situasi pasca pandemi, upaya untuk memperkuat dukungan sosial, membangun koneksi emosional, dan memberikan sumber daya psikologis akan sangat berharga dalam mengatasi fenomena ini.

Demikianlah hal hal yang berkaitan denganHikikomori  dimana  ini adalah fenomena yang menggambarkan isolasi sosial ekstrem yang dialami oleh individu, terutama di Jepang.
 
Penarikan diri yang mendalam dan menolak interaksi sosial merupakan ciri khas dari fenomena ini.
 
Meskipun akar penyebabnya masih kompleks dan kabur, terlihat bahwa kondisi ini berkorelasi dengan berbagai faktor psikologis dan sosial.

Dalam era pasca pandemi, pemahaman yang lebih baik tentang hikikomori akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk menghadapi tantangan isolasi sosial yang semakin nyata.***

Berita Terkait