DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Hypnowriting Berguna Sejauh Produk yang Dijual Memang Berkualitas

image
Satrio Arismunandar tentang hypnowriting.

ORBITINDONESIA.COMHypnowriting atau hypnotic writing akan memberi kita keunggulan tertentu dalam memasarkan suatu produk atau jasa, dibandingkan para kompetitor. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar mengomentari diskusi bertema Hypnowriting: Seni Memengaruhi Lewat Tulisan. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 7 September 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi tentang hypnowriting yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Asep Herna, seorang creative director, copywriter, dan certified hypnotherapist. Diskusi itu dipandu oleh Amelia Fitriani.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Maju Cawapres Dampingi Anies, Pengamat Sebut Hanya Sedikit Warga NU yang Dukung Cak Imin di PKB

Menurut Satrio, hypnowriting adalah sebuah alat yang berguna dalam memasarkan produk atau jasa tertentu. Namun, ia tidak mengontrol orang dan tidak memberi kekuasaan pada siapapun untuk menyuruh khalayak melakukan hal-hal yang mustahil.

“Jika hypnowriting itu digunakan untuk menjual produk-produk yang memang berkualitas buruk, hypnowriting itu tak akan ada gunanya,” tegas Satrio.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Satrio, yang lulusan S3 Filsafat UI ini menyatakan, hypnowriting adalah penggunaan kata-kata yang secara sengaja ditujukan untuk mengarahkan orang ke suatu keadaan mental yang terfokus.

“Dalam kondisi mental seperti itu, mereka terdorong atau terbujuk untuk membeli produk atau jasa yang kita tawarkan,” jelas Satrio.

Baca Juga: Fokus Layani Rakyat, Ganjar Pranowo Tak Punya Rumah di Semarang, Kini Menginap di Rumah Kakaknya

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Satrio menyatakan, ini adalah sejenis “hipnotis dalam keadaan terbangun.” Pembaca tidak kehilangan perhatian, tetapi justru terfokus perhatiannya pada tulisan yang kita buat.

Singkatnya, esensinya adalah tentang komunikasi. “Yakni, bagaimana kita dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan para pelanggan, sehingga dapat lebih baik pula dalam membujuk mereka untuk membeli produk dan jasa tertentu,” lanjut Satrio.

Satrio mengungkapkan, hypnowriting sering digunakan dalam konteks pemasaran dan periklanan, yang tujuannya adalah menggunakan kata-kata dan pola bahasa untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku pembaca.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Satrio menjelaskan, gaya penulisan itu dapat menggabungkan teknik-teknik seperti: Pertama, menarik emosi pembaca. Tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan pembaca.

Baca Juga: Ekspresi Data Denny JA: Mayoritas Publik tidak Setuju dengan Prinsip Presiden sebagai Petugas Partai

Kedua, pengulangan. Yakni, mengulangi frasa atau ide kunci untuk memperkuat pesan.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Ketiga, bahasa sensorik. Yaitu, menggunakan bahasa deskriptif yang melibatkan indra pembaca, dan menjadikan konten lebih jelas dan mendalam.

Keempat, bercerita. Yakni, menggabungkan narasi atau cerita untuk menarik pembaca dan membuat konten lebih menarik.

Kelima, penggunaan kata-kata yang kuat. Penggunaan kata-kata dan frasa yang kuat dan persuasif ini dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan pembaca.***

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

 

Berita Terkait