DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Angka Perceraian Meningkat di Indonesia, Mayoritas Tuntutan Diajukan Istri

image
Ilustrasi kasus perceraian.

ORBITINDONESIA.COM - Anda mungkin tak begitu memperhatikan, tetapi sekarang ini semakin banyak orang bercerai. Ternyata data angka perceraian memang bilang begitu.

Menurut katadata, jumlah perceraian di Indonesia terus meningkat. Tahun 2022, jumlah perceraian sudah mencapai 516 ribu per tahun. Setahun sebelumnya angka perceraian barulah 447 ribu. Dan setahun sebelumnya lagi, tahun 2020, baru 291 ribu.

Menurut Kementerian Agama, satu dari setiap empat pernikahan berakhir dengan perceraian di pengadilan. Ini adalah angka yang sangat mengkhawatirkan.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Persaudaraan Pegiat Media dan Penulis Pro Ganjar P4G Minta Menkominfo Budi Arie Setiadi Mundur dari Jabatannya

Penting dicatat juga, mayoritas gugat cerai itu dilakukan pihak perempuan. Perceraian berdasarkan gugatan istri mencapai 93 persen, sementara gugatan suami hanya 7 persen. Bahkan 73 persen dari perempuan peggugat cerai itu datang dari kelas ekonomi mapan.

Kasus perceraian tertinggi terjadi di Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Penyebab utama perceraian, sekitar 63 persen, adalah perselisihan dan pertengkaran. Baru kemudian diikuti alasan ekonomi, salah satu pihak meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, dan poligami.

Angka-angka ini tidak boleh dianggap remeh. Karena itu perlu ada penelitian serius untuk mencari tahu, kenapa gejala ini semakin tumbuh.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Ponsel Mengapa Sering Tidak Akurat ? Berikut Penjelasannya

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Misalnya, apakah perceraian semakin banyak terjadi karena para perempuan saat ini lebih sadar hak, sehingga tidak membiarkan begitu saja pasangannya marah-marah atau karena memang cowok-cowok sekarang lebih kasar?

Atau apakah proses saling mengenal sebelum pernikahan tidak cukup dilakukan, sehingga saat menikah pasangan itu sebenarnya belum saling mengenal karakter amsing-masing?

Apapun penyebabnya, yang harus paling diperhatikan adalah nasib anak-anak yang harus dibesarkan tanpa orang tua lengkap. Keluarga adalah salah satu lembaga kunci dalam kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Karena itu anak-anak korban perceraian adalah pihak yang paling menderita kalau orang tuanya berpisah. Yuk, kita jaga keharmonisan pernikahan di negara kita. ***

Berita Terkait