DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Buta Sejarah Bima Yudho Saputro, dan Kegagalan Kurikulum Pendidikan Nasional

image
Bima Yudho Saputro yang kritik Pemprov Lampung.

ORBITINDONESIA.COM - Jagad dunia maya menjadi riuh ketika seorang muda bernama Bima Yudho Saputro, asal Lampung yang sedang belajar di Australia mengkritisi kondisi sarana jalan di daerah Lampung yang cukup parah melalui aplikasi TikTok.

Apa yang dilakukan Bima Yudho Saputro ini sedemikian viral sehingga mendapat perhatian penuh baik dari masyarakat, pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.

Aksi Bima Yudho Saputro ini boleh dikatakan lebih dahsyat dibandingkan aksi-aksi turun ke jalan demo mahasiswa yang selama ini berlangsung, di mana bahkan banyak mendapat penolakan dari masyarakat terlihat dari berbagai aksi mehasiswa malah mendapatkan perlawanan dari masyarakat.

Baca Juga: Inilah Profil Pembawa Merah Putih di SEA Games 2023, Flairene Candrea Wonomiharjo

Aksi Bima di media sosial ini kemudian mendapatkan apresiasi luas, juga dari menteri kabinet pemerintah pusat hingga akhirnya membuat pemerintah daerah melakukan perbaikan sarana jalan di wilayah Lampung.

Dan apa yang dikerjakan oleh pemerintah daerah masih harus di tinjau langsung dengan kunjungan Presiden Jokowi.

Apa yang dilakukan oleh Bima Yudho Saputro ini kemudian berlanjut masuk ke ranah politik. Dimana TikToker Bima Yudho ini melakukan kritisi terhadap Ketua Umum partai PDI Perjuangan, dan sebaliknya Bima Yudho malah mendapatkan tanggapan negatif dan hujatan keras dari masyarakat atas kritisi yang dilakukannya.

Akibat ketidak sopanan dalam menyebutkan status perkawinan Ibu Megawati, dan juga dalam menyebutkan prestasinya selaku Ketua Umum partai PDI Perjuangan. Sehingga pada akhirnya Bima Yudho harus meminta maaf atas apa yang dilakukannya tersebut.

Baca Juga: Visual Key Terbaru Serial Live Action One Piece yang akan Rilis di Netflix, Simak Jadwal Tayang dan Sinopsisny

Terlepas dari semua yang dilakukan Bima Yudho, sebenarnya cukup mewakili akan wajah dari generasi muda di Indonesia yaitu generasi pasca Orde Baru, generasi reformasi.

Generasi yang hidup dalam era teknologi, generasi yang dididik hasil dari kurikulum pendidikan nasional, mulai pendidikan dasar, menengah dan tinggi Indonesia.

Generasi yang hidup dalam budaya pop ditengah keriuhan budaya hedonis yang sedemikian kuat, akibat dari tidak adanya sentuhan etika budaya yang terlepas dari akar kuat sejarah dalam kurikulum pendidikan nasional.

Ada banyak contoh perilaku generasi muda yang dapat terlihat di berbagai konten YouTube, baik dalam kontek hubungan atau relasi antara anak terhadap orang tua, visi misi tujuan hidup sungguh seperti terlepas dari akar budaya bangsa Indonesia, yaitu etika budi pekerti dan gagal paham sejarah.

Baca Juga: Bioskop Trans TV: Blind, Pentingnya Buka Hati dan Pikiran Kita untuk Saling Menghargai dalam Seuha Hubungan

Mengapa sampai seorang muda Bima Yudho menyebut Megawati dengan sebutan Janda. Demikian juga Bima Yudho mengatakan ketokohan Megawati diperoleh karena anak dari Presiden Sukarno.

Ketika Bima Yudho menyebut Megawati dengan kata "janda" telah menunjukkan kegagalan dalam etika pergaulan, demikian juga keberhasilan Megawati karena anak Presiden Sukarno menunjukkan Bima Yudho telah gagal paham sejarah.

Seandainya saja Bima Yudho melalui media internet mencari sejarah anak-anak Presiden Sukarno, tentu dia akan tahu bahwa di masa Orde Baru anak-anak dari Presiden Sukarno mengalami tekanan-tekanan represif luar biasa dari rezim Suharto, yang bahkan untuk dapat duduk di bangku pendidikan seperti selayaknya masyarakat, tidak dapat diperoleh dengan mudah.

Demikian juga tekanan kuat kekuasaan otoriter ketika tragedi "Kuda Tuli" terjadi sehingga Megawati tersingkir dengan adanya korban jiwa dan luka anggota partai PDI sehingga akhirnya perjuangan Megawati bangkit menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan.

Baca Juga: Proses Syuting Rampung, Ini Jadwal Tayang Live Action One Piece yang Ditunggu

Bukankah sekarang seharusnya Bima Yudho terlebih sedang belajar di bidang IT dapat menggunakan semua kemajuan teknologi bahkan memakai fasilitas ChatGPT dengan mudah bisa mengetahui sosok Megawati Sukarnoputri. Hal yang sangat mudah yang semestinya dia bisa lakukan.

Maka baiklah kita bersama kembali melihat asal muasal kegagalan yaitu dari Kurikulum Pendidikan Nasional, dan menyusunnya kembali menjadi lebih baik sehingga dapat menghasilkan generasi muda Indonesia seutuhnya, yang beretika, berbudaya dan paham sejarah bangsa.

Faktor Kegagalan Kurikulum Pendidikan Nasional.

Beberapa faktor yang secara umum dapat dianggap sebagai penyebab kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia antara lain:

Implementasi dan kurang terkoordinasi: Implementasi kurikulum pendidikan yang kurang terkoordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara lembaga pendidikan, seringkali menjadi faktor yang mempengaruhi kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Baca Juga: Jess no Limit dan Sisca Kohl Umumkan Kehamilan Anak Pertama, Warganet Ramai Ramai Ucapkan Selamat

Ketidaksesuaian antara kurikulum dengan tuntutan dunia kerja: Salah satu kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia adalah ketidaksesuaian antara kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja. Kurikulum yang terlalu teoritis dan tidak praktis dapat menyebabkan lulusan sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Kualitas guru pengajar yang rendah: Kualitas guru yang rendah dalam menyampaikan materi, memotivasi siswa, dan memberikan penilaian yang adil dapat mempengaruhi kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Adanya Infrastruktur yang kurang memadai: Infrastruktur yang kurang memadai seperti ketersediaan fasilitas dan sarana pendidikan, transportasi, dan jaringan internet yang buruk juga menjadi faktor yang juga mempengaruhi kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Tidak adanya keterlibatan masyarakat: Tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pendidikan dan pengembangan kurikulum pendidikan dapat mempengaruhi kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Baca Juga: Bioskop Trans TV: Barely Lethal, Seorang Remaja yang Dibesarkan oleh Pembunuh Bayaran di Organisasi Rahasia

Sedangkan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan kenapa banyaknya generasi muda Indonesia menjadi tidak paham sejarah, di antaranya adalah:

Kurangnya fokus pada materi pembelajaran sejarah di sekolah: Kurikulum pendidikan di Indonesia terkadang memberikan fokus yang lebih besar pada mata pelajaran tertentu seperti matematika dan bahasa Inggris daripada pada sejarah.

Hal ini menyebabkan banyak siswa kurang tertarik dan tidak memperoleh pemahaman yang cukup tentang sejarah Indonesia.

Metode pengajaran sejarah yang kurang efektif: Metode pengajaran yang monoton dan hanya terfokus pada hafalan seringkali digunakan dalam pengajaran sejarah di Indonesia.

Baca Juga: Usai ke Arab Saudi, Lionel Messi Dikabarkan Hengkang dari Paris Saint Germain, Ada Apa

Hal ini menyebabkan siswa menjadi tidak merasa tertarik dan kurang manfaat dalam memperoleh pemahaman yang mendalam tentang sejarah.

Keterbatasan buku-buku dan materi pengajaran sejarah: Keterbatasan buku dan materi pengajaran yang berkualitas tentang sejarah Indonesia juga telah menyebabkan kurangnya pemahaman tentang sejarah di kalangan generasi muda.

Ditambah dengan kurangnya akses ke buku dan sumber daya informasi yang berkualitas, menjadi menghambat kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang memadai tentang sejarah Indonesia.

Tidak adanya dan kurangnya minat dari siswa: Beberapa siswa mungkin tidak tertarik pada pelajaran sejarah karena mereka tidak merasa relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi kurang daya tarik bagi mereka.

Baca Juga: Tuduh Tenri Anisa sebagai Pelakor Hingga Terima Somasi, Inara Rusli akhirnya Sampaikan Permintaan Maaf

Pengaruh media sosial dan teknologi: Pengaruh media sosial dan teknologi seringkali telah mengalihkan perhatian siswa dari belajar sejarah.

Ketergantungan pada teknologi dan media sosial menyebabkan banyak siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan informasi tentang sejarah, malah menjadi banyak melihat pada budaya pop sehari-hari karena kurangnya wawasan dalam pembelajaran.

Sehingga dengan demikian diperlukan upaya yang komprehensif dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru, dan masyarakat untuk mengatasi kegagalan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Hal ini meliputi peningkatan kualitas guru, pembenahan infrastruktur, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pendidikan, serta penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja.

Baca Juga: Ini Penjelasan Peter Quill dan Mantis bisa Jadi Saudara di Guardians of the Galaxy Vol 3 yang Jarang Diketahui

Sedangkan perihal etika yang sering disebut sebagai budi pekerti yang pada kurikulum tahun 1994 dihapuskan, dan seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dan pembelajaran moral di kalangan masyarakat dan dunia pendidikan, maka pada kurikulum 2013 pelajaran budi pekerti kembali dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional Indonesia.

Pada kurikulum 2013 ini, pelajaran budi pekerti diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lainnya seperti Pendidikan Agama dan Etika, PKn, serta mata pelajaran lainnya.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembelajaran karakter dan moral menjadi bagian penting dari pendidikan nasional. Yang tentu bertujuan sebagai landasan dasar pembangunan Karakter Bangsa untuk kemabali menjadi salah satu pokok tujuan kurikulum pendidikan nasional.

Karakter bangsa yang kuat tentunya juga akan semakin memperkokoh tingkat kebersamaan dan persatuan Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. ***

Berita Terkait