DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

RENUNGAN JUMAT: Dianggap Sesat Oleh Orang Lain

image
Ilustrasi orang yang menganggap orang lain sesat karena beda agama, atau sama agama tapi beda aliran dan pemahaman.

ORBITINDONESIA.COM - Tadi ada profesor, dosen di kampus saya dulu, yang komentar soal tulisan saya di FB. Dia sepertinya rajin memantau tulisan saya, dan sesekali komentar lewat WA. Kali ini dia menyinggung soal sesat.

"San, kawan-kawan lamamu mengatakan kamu itu sudah sesat. Tapi aku justru sering mendapat nasihat dari tulisan-tulisanmu. Jangan-jangan aku sesat juga," tulisnya setengah bercanda.

Sesat itu soal definisi tujuan, dan peta referensi yang kita pakai. Kalau Anda sedang menuju ke Semarang, sedangkan orang lain menuju Yogya, dan bagi dia Yogya adalah satu-satunya tujuan yang boleh ada, maka Anda adalah orang sesat bagi mereka.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Direktorat Jenderal Imigrasi Terbitkan 1,5 Juta Buku Paspor Selama Kuartal I Tahun 2023

Agama membuat orang begitu. Tuhan saya, surga saya, adalah satu-satunya tujuan bagi umat manusia. Bahkan, jalan yang saya tempuh adalah satu-satu jalan yang benar.

Yang tidak menuju pada tujuan saya, yang tidak lewat di jalan saya, adalah orang sesat. Begitu pola pikir orang beragama.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Profesor tadi berkomentar lebih jauh. "Mereka kan belum pernah sampai ke tujuan. Bagaimana mereka bisa begitu yakin bahwa jalan mereka benar, dan jalan orang lain salah?"

Mereka memegang peta yang bertuliskan: "Inilah peta yang benar, dan ini satu-satunya peta yang benar." Bahkan, mereka menulis sendiri kalimat itu pada peta yang mereka pegang.

Baca Juga: Merasa Dibedakan, Atlet Renang SEA Games I Gede Siman Kritik Pawai Selebrasi Kemenangan Timnas Indonesia U22

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Saya buat hidup saya sederhana. Saya ganti tujuan hidup saya, menjadi tujuan hidup yang tidak terkait pada kegaiban.

Lalu saya buang peta lama itu. Saya buat peta sendiri. Dianggap sesat bukan masalah bagi saya.

(Oleh: Hasanudin Abdulrahman) ***

Berita Terkait