DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Istri Saya Ngotot Ingin Nonton Coldplay, Seruan Penolakan Oleh MUI dan PA 212 Tidak Dipedulikan

image
Coldplay tampil di panggung.

ORBITINDONESIA.COM - Anda pasti sudah tahu, grup band Coldplay akan datang ke Indonesia dan manggung November nanti. Itu masih 6 bulan lagi.

Tapi gaung Coldplay ini tidak main-main. Bukan cuma rame nge-war ticket, yang harga tiketnya dari Rp 800 ribu - 11 juta. Padahal tiket yang dijual online hanya 60 ribu tiket.

Nah, istri saya ini ngebet banget ingin nonton Coldplay. Saya disuruh cari tiket, padahal saya baca di media online tiket sudah ludes. Habis. Apalagi tiket paling murah Rp 800 ribu.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Putri Anne, Istri Arya Saloka yang Dikabarkan Lepas Jilbab dan Ikut Pesta Bikini

Tapi istri saya yang berhijab "syariah" ternyata tidak peduli dengan kontroversi penolakan pertunjukan Coldplay oleh Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212 dan MUI. Bagi istri saya, itu karena MUI dan PA 212 yang tidak paham saja.

Yang paling keras suaranya menolak Coldplay adalah PA 212. Mereka menolak kedatangan Coldplay karena grup asal Inggris itu dianggap mempromosikan LGBT dan ateisme. Yang menjadi pusat penolakan mereka soal LGBTnya.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

PA 212 menganggap kalau pemerintah Indonesia menerima kunjungan ColdPlay, berarti pemerintah mengizinkan menyebarnya paham LGBT yang bertentangan dengan agama dan moral.

PA 212 bahkan mengancam kalau Coldplay jadi manggung di Jakarta, 15 November nanti, mereka akan demonstrasi besar-besaran di depan stadion GBK. Mereka juga akan mengerahkan ribuan orang untuk mengepung bandara saat Coldplay datang.

Baca Juga: Bareskrim Polri Pelajari Berkas Perkara Pelaku KDRT Politisi PKS Bukhori Yusuf, Aniaya Istri Muda yang Hamil

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

PA 212 memang terkenal suka mengerahkan massa untuk menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepentingan politik mereka.

Nama PA 212 sendiri merujuk pada unjuk rasa besar yang dilakukan di masa Pemilihan Gubernur DKI tahun 2016. Waktu itu mereka mengecam calon Gubernur DKI, Pak Ahok

Mereka menuduh Ahok telah melakukan pencemaran agama ketika ia berkampanye. Mereka menuntut Ahok ditangkap dan mereka juga mendukung Anies sebagai Gubernur DKI.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Unjuk rasa terbesar mereka lakukan pada 2 Desember 2016, dan karena itulah gerakan mereka disebut sebagai gerakan 212. Tujuan gerakan 212 itu berhasil. Ahok akhirnya memang kalah dalam Pilgub DKI dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan sehingga harus masuk penjara.

Baca Juga: TERLALU, Wakapolres Binjai Tiduri Istri Orang, Sekarang Dilaporkan Suaminya

Setelah Pilgub 2017, mereka yang pernah terlibat dalam unjuk rasa itu mempertahankan ikatan persaudaraan mereka. Mereka menyebut diri mereka sebagai alumni 212.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Dari waktu ke waktu Persaudaraan Alumni 212 muncul untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Tapi jumlah pesertanya sudah jauh lebih sedikit dibandingkan aksi awal dulu.

Para pimpinan di 212 di masa Pilgub menyatakan peserta aksi unjuk rasanya mencapai 7 juta orang. Hitung-hitungan objektif sih bilang angka itu berlebihan. Tapi memang sangat mungkin, aksi 212 itu diikuti ratusan ribu peserta.

Kalau sekarang sih yang datang setiap kali ada aksi PA 212, tinggal ribuan orang atau bahkan ratusan orang. Pimpinannya juga sudah ganti. Kalau dulu ada nama Rizieq Shihab, sekarang yang paling sering tampil sebagai pimpinan PA 212 adalah Novel Bamukmin.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Dimas Nataprawira: Menolak Lupa Pemerkosaan dan Pembunuhan Ita Martadinata Haryono

Kharisma Novel jauh lebih kecil dibandingkan Rizieq. Tapi PA 212 tetap diperhitungkan sebagai kelompok masyarakat yang berpengaruh.

Sebelum kasus Coldplay, PA 212 sudah juga terdengar waktu ada rencana penyelenggaraan Piala Dunia U 20 di Indonesia. PA 212 adalah kelompok pertama yang menolak kedatangan tim Israel yang memang akan menjadi salah satu peserta Piala Dunia waktu itu.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Baru setelah PA 212, PDIP ikut menyatakan penolakan. Kita tentu masih ingat Piala Dunia U20 itu akhirnya batal main di Indonesia dan dipindahkan ke Argentina.

Tapi yang membatalkan penyelenggaraan bukanlah pemerintah Indonesia. Keputusannya datang dari FIFA, yang adalah asosiasi sepakbola internasional. Buat PA 212 itu nampaknya menjadi pertanda bahwa mereka masih punya pengaruh.

Baca Juga: Viral Cristiano Ronaldo Sujud Syukur untuk Pertama Kalinya Setelah Cetak Gol Indah untuk Al Nassr,

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Kali ini pun juga begitu, setelah PA 212 ada pula lembaga lain yang juga menyatakan penolakan terhadap ColdPlay. Wakil Ketua MUI Anwar Abbas sudah menyatakan menolak pertunjukan Coldplay.

Penyelengaraan show ColdPlay, menurutnya, bertentangan dengan UUD 45. Kata Anwar, negara kita, berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena ColdPlay mempromosikan LGBT yang bertentangan dengan ajaran agama, maka Indonesia seharusnya menolak Coldplay.

Pihak pemerintah sendiri sudah memberikan respons atas penolakan. Menkoplhukam Mahfud MD bilang, Coldplay boleh bermain karena mereka hanya menyajikan hiburan buat kaum muda.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Begitu juga Menteri Parekraf Sandiaga Uno menegaskan, pemerintah akan tetap menjamin keamanan penyelenggaraan show itu.

Baca Juga: Inilah 3 Kesalahan Penggunaan Sunscreen untuk Kulit Wajah yang Perlu Remaja Ketahui, Nomor 2 sering Dilupakan

Tapi sekarang pertanyaannya: apakah PA 212 dan MUI berhak untuk melarang pelaksanaan show Coldplay? Dan apakah pemerintah sebaiknya melarang pertunjukan itu.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Ada beberapa hal nih yang harus diluruskan. Pertama-tama Coldplay sendiri sebenarnya tak akan mengkampanyekan LGBT. Tapi memang kita kan tahu vokalisnya, Chris Martin, dalam berbagai kesempatan menunjukkan simpatinya pada LGBT.

Tapi sikap simpati pada LGBT ini sih sebenarnya memang sesuatu yang biasa kan ditemukan di dunia hiburan. Hak-hak LGBT memang menjadi isu besar karena selama berpuluh tahun mereka mengalami persekusi, intimidasi, dan diskriminasi apalagi kalau di Barat.

Sekarang terjadi pembalikan arah, yaitu semakin banyaknya orang yang membela hak LGBT.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Baca Juga: Andrea Locatelli Tetap Mengaspal Bersama Yamaha Sampai 2025

Karena itu ada banyak sekali musisi dan artis yang secara terbuka mendukung LGBT seperti Chainsmokers, Nick Jonas, Zayn Malik, Ariana Grande, Lady Gaga, Madonna, Miley Cyrus, Rihanna, Beyonce, Kelly Clarkson, Katy Perry, dan lain-lain.

Banyak juga brand terkenal yang mendukung LGBT, seperti Adidas, Nike, Apple, Disney. Tapi harus dicatat ya, yang menjadi kepedulian Coldplay bukanlah cuma isu LGBT.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Coldplay dikenal aktif juga menyuarakan perjuangan lingkungan hidup, kesetaraan, perdamaian dan berbagai isu global lainnya. Mereka selama ini juga dikenal membela rakyat Palestina.

Bisa dibilang, Coldplay dicintai masyarakat dunia bukan karena kegantengannya atau kemampuan mereka bermain musik, tapi karena lirik lagunya dianggap membawa pesan mendalam. Coldplay menyuarakan persaudaraan, perdamaian, keindahan alam, keberanian, ketidakputusasaan.

Baca Juga: Ganjar Versus Prabowo: Petugas Partai Versus Pendiri/Ketum Partai

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Walaupun begitu, PA 212 dan MUI tak berhak untuk memprotes kedatangan ColdPlay. PA 212 dan MUI berhak menganggap LGBT bertentangan dengan agama karena memang itu kan secara hukum harus dilarang.

Dalam demokrasi, ketidaksukaan PA 212 dan MUI pada Coldplay juga harus dihargai. Yang diharapkan, penolakan itu jangan sampai bersifat merusak dan membahayakan Protes dalam skala yang wajar tentu diizinkan.

Tapi mudah-mudahan PA 212 dan MUI tidak memaksakan kehendaknya kalau pemerintah ternyata tetap mengizinkan Coldplay main.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Masa sudah pada capai-capai ngewar tiket tapi Coldplay tak jadi main? Yang belum dapat tiket semoga dapat keajaiban Coldplay main dua hari.***

Berita Terkait