DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Empat Pilar meningkatkan Emotional Quotient (EQ) secara konsisten

image
Ilustrasi: Emotional Quotient atau EQ penting dalam menjalin relasi emosional dan sukses.

ORBITINDONESIA.COM - Orang tua masa kini awalnya sangat mendambakan anak-anak dan para cucu bisa mendapatkan IQ yang tinggi. IQ ini beda dengan EQ atau Emotional Quotient.

Memang IQ yang tinggi di atas 115 relevan untuk menguasai keterampilan teknis, seperti untuk dokter, pengacara dan eksekutif bisnis. Tetapi Emotional Quotient tak kalah penting.

Laura Wilcox menulis artikel di Harvard Division of Continuing Education tanggal 6 Juli 2015 bahwa Emotional Intelligence (EI) atau Emotional Quotient menjadi prediktor sukses yang sangat kuat.

Baca Juga: Israel Tidak Punya Hak untuk Hidup di Palestina yang Dikuasainya Lewat Kekerasan

Daniel Goleman dalam bukunya "Working with Emotional Intelligence," menjelaskan bahwa EQ atau EI sangat menentukan sukses ketika seseorang bekerja. Jadi untuk hal tertentu tidak ada korelasi sukses dengan IQ.

Ada empat pilar dalam upaya meningkatkan EQ atau EI secara konsisten.

Pertama. Manusia perlu meningkatkan mengelola diri sendiri (self-management) agar seseorang semakin dapat mengontrol perasaan impulsif dan tingkah laku dan mengelola emosi secara sehat.

Manusia akan semakin dapat berkomitmen dan beradaptasi kepada perubahan lingkungan yang semakin cepat dengan adanya disrupsi teknologi dan disrupsi perubahan tren di berbagai bidang sesudah Covid.

Baca Juga: Berbagai Cara Islam Merespon Masyarakat Informasi

Kedua. Manusia dapat semakin meningkatan kesadaran diri (self-awareness) yang mempengaruhi pikiran dan tingkah laku seseorang.

Manusia akan semakin mengerti kekuatan dan kelemahan sehingga seseorang akan semakin mempunyai kepercayaan diri.

Ketiga. Manusia semakin dapat meningkatkan kesadaran sosial (social awareness) dengan empati sehingga seseorang mengerti emosi, kebutuhan dan hal yang dipikirkan oleh orang lain.

Manusia akan semakin merasa nyaman secara sosial dan semakin merasakan dinamika kehidupan di dalam keluarga, tempat kerja dan kehidupan di berbagai komunitas. Sehingga seseorang semakin tahu menempatkan diri.

Baca Juga: Indonesia Open 2023: Anthony Ginting Melaju ke Final Setelah Kalahkan Wakil China di Hadapan Jokowi

Keempat. Manusia perlu memperdalam pengelolaan relasi (relationship management) dalam memgembangkan dan mengelola relasi horizontal dan relasi vertikal.

Manusia akan semakin dapat berkomunikasi dengan jelas dan dapat menginspirasi dan bekerjasama dalam team.

Mereka akan dapat mengelola konflik dengan sesama anggota keluarga di rumah, rekan kerja di tempat kerja dan kolega di berbagai komunitas dan lainnya.

Tuhan ingin manusia dapat membangun relasi yang kokoh, mengelola emosi dengan baik melalui Emotional Intelligence.

Oleh: Gabriel Chanfarry Hadylaw
Founder of Inner Tunnel Communities through beyond Wisdom. ***

Berita Terkait