DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Watak Baik Semata Tidaklah Cukup, Perlu Ada Iman

image
Ilustrasi berbuat baik karena watak baik yang perlu diperkuat dengan iman.

ORBITINDONESIA.COM - Adalah suatu kenyataan bahwa banyak orang menunjukkan watak baik pada sesama manusia, tetapi mereka tidak solat, bahkan tidak beragama. Hal ini tidak menafikan perlunya manusia beragama dan beribadah.

Memang, sebagian manusia diciptakan dengan watak yang mendukung pada hal-hal positif. Namun dalam kondisi tertentu manusia tidak bisa hanya mengandalkan watak baik.

Suatu contoh, banyak manusia memiliki watak baik seperti belas kasih. Mereka suka tidak tega melihat kesulitan orang, sehingga tidak berat untuk mengeluarkan sejumlah uang.

Baca Juga: MotoGP Jerman 2023: Jorge Martin Menangi Sprint Race

Tapi apa jadinya bila mereka sendiri sedang memerlukan uang itu untuk membeli barang yang sudah lama diidamkan. Nah, ketika itu, hanya ridho Allah SWT atau pahala yang bisa mempertahankan kedermawanannya.

Kita tentu sepakat, apalah artinya watak penderma kalau tidak banyak memberi. Fakta membuktikan bahwa praktik kedermawanan lebih banyak dimotivasi oleh iman, bukan oleh watak.

Apalagi di bulan Ramadhan, orang kikir pun ingin bersedekah untuk mendapatkan lipat ganda pahala Ramadhan. Kalau kita teliti, ternyata dermawan berdasarkan iman itu bersifat aktif, sedangkan dermawan berdasarkan watak itu bersifat pasif.

Orang beriman selalu ingin menyenangkan Allah SWT atau ingin pahala. Maka kedermawanannya tidak menunggu kondisi, melainkan mencari kondisi.

Baca Juga: Sinopsis Film Dragged Across Concrete: Ketika Batas Keadilan Mel Gibson Ditarik ke Ambang Kegelapan

Ia mencari orang yang perlu dibantu, ia ke pasar untuk mencari pengemis, ia ke Panti Asuhan untuk mencari anak yatim.

Sedangkan orang yang dermawan karena watak, ia hanya akan memberi bila bertemu pengemis dan yatim. Watak dermawan tidak sampai memotivasi orang untuk bersusah payah mencari pengemis dan anak yatim.

Satu lagi yang tidak mampu dimotivasi melalui watak, melainkan harus iman, yaitu mendahulukan orang lain daripada diri sendiri. Dirinya juga lapar, tapi dia lebih senang melihat saudaranya yang memakan roti miliknya, layaknya seorang ibu yang mengalah pada anaknya.

Baca Juga: Deretan Artis Ini Gunakan Snow AI untuk Mengedit Foto Selfie, dari Wulan Guritno hingga Denny Sumargo, Kamu?

Seorang pecinta karena Allah SWT berkata: “Suatu ketika aku lapar dan aku memiliki sepotong roti. Kemudian kudengar seorang temanku sedang kelaparan, maka kuberikan rotiku. Ketika dia memakan roti itu, kurasakan roti itu di tenggorokanku.”

Yakni, ia merasa lega tidak kurang dari rasa lega yang dialami temannya itu ketika makan rotinya.

Suatu ketika setelah usai perang, seorang sahabat Nabi menyodorkan air minum kepada seorang kawannya yang terluka dan nampak kehausan. Tetapi kawannya itu menolak dan berkata: “Berikan saja pada si fulan, tadi aku melihatnya sedang kehausan.”

Sahabat itu mencari orang yang dimaksud hingga menemukannya, tapi ia juga menolak dan berkata: “Berikan saja pada si fulan, tadi aku melihatnya sedang kehausan.”

Baca Juga: Inilah 10 Aplikasi Terbaik Membuat Foto AI bisa Bikin Profil Media Sosial Makin Cantik dan Estetik

Sahabat itu mencari orang yang dimaksud hingga menemukannya, tapi ia juga menolak dan berkata: “Berikan saja pada si fulan, tadi aku melihatnya sedang kehausan.”

Si fulan yang yang dimaksud adalah orang yang pertama tadi.

Sahabat itupun menjadi bingung dan iapun kembali ke tempat orang pertama, ternyata dia sudah meninggal dalam keadaan haus. Sahabat itu kemudian kembali ke tempat orang kedua, ternyata dia juga meninggal dalam keadaan haus.

Kemudian mencari orang ketiga dan ditemukanlah ia sudah meninggal pula. Sahabat itu takjub dengan teman-temannya yang saling mendahulukan orang lain itu, masing-masing mereka meninggal dalam keadaan haus karena mendahulukan yang lain.

Baca Juga: Pameran Lukisan Artificial Intelligence Denny JA di Taman Ismail Marzuki

Fitrah dan nurani semua manusia sepakat bahwa ini adalah puncak kedermawanan, dan puncak kedermawanan ini hanya bisa dicapai dengan iman, tidak bisa dengan watak bawaan.

Kedua cerita di atas adalah fakta yang hanya bisa ditemukan dalam cerita orang-orang beriman. Kalau hanya berdasarkan watak bawaan, seorang penulis novelpun merasa muluk-muluk mengarang cerita seperti itu, karena terlalu jauh dari akal. Kecuali untuk cerita roman yang memang menampilkan kegilaan cinta asmara.

Dikutip dari Buku Inspirasi Al-Qur'an Vol 1 (Bermula Dari Cinta)
Inspirasi # 16 Tadabbur Surat Al-Baqarah Ayat 3

KH. Ali Badri, Pasuruan Jatim. ***

Berita Terkait