DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Disonansi Kognitif, Ketika Beda Ucapan Dengan Perbuatan

image
Ilustrasi ketegangan psikologis atau disonansi kognitif.

ORBITINDONESIA.COM - Banyak orang tidak bersikap konsisten. Beda antara ucapan dan perbuatan. Ini bisa menimbulkan disonansi kognitif (cognitive dissonance).

Disonansi kognitif adalah istilah psikologis yang mengacu pada keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang muncul ketika seseorang memegang dua atau lebih keyakinan, sikap, atau nilai yang bertentangan, atau ketika perilaku mereka bertentangan dengan keyakinan atau sikap mereka. Ini adalah bentuk inkonsistensi psikologis.

Ketika individu mengalami disonansi kognitif, mereka biasanya merasa tidak nyaman atau berkonflik karena adanya pemikiran atau keyakinan yang bertentangan menciptakan rasa ketidakseimbangan internal.

Baca Juga: Waspada Polusi Udara, Berikut Tips Menjaga Diri dan Keluarga Dari Paparan Penyakit yang Ditimbulkan

Ketidaknyamanan ini memotivasi mereka untuk mengurangi atau menghilangkan disonansi dengan mengubah keyakinan mereka, mengubah perilaku mereka, atau merasionalisasi pemikiran mereka.

Teori disonansi kognitif, yang dikembangkan oleh psikolog Leon Festinger, menunjukkan bahwa orang memiliki dorongan bawaan untuk mempertahankan konsistensi dalam pikiran, sikap, dan perilaku mereka.

Ketika dihadapkan dengan informasi yang saling bertentangan, mereka mengalami disonansi dan termotivasi untuk memulihkan keselarasan dalam sistem kognitif mereka.

Misalnya, bayangkan seseorang yang sangat yakin bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, tetapi terus merokok.

Baca Juga: Menyambut Hari Raya Idul Adha 2023, Catat Inilah 3 Golongan Orang yang Berhak Menerima Daging Kurban

Individu ini mengalami disonansi kognitif karena perilakunya bertentangan dengan keyakinannya.

Untuk mengurangi disonansi, mereka dapat berhenti merokok (mengubah perilaku) atau meyakinkan diri sendiri bahwa merokok tidak berbahaya seperti yang diyakini umum (mengubah keyakinan).

Disonansi kognitif adalah fenomena umum dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk keyakinan pribadi, interaksi sosial, dan pengambilan keputusan.

Dengan memahami disonansi kognitif, peneliti dan psikolog mendapatkan wawasan tentang perilaku manusia dan mekanisme yang digunakan individu untuk mengurangi konflik internal.***

Berita Terkait