DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Yang Tersembunyi di Bulan Suro, yang Dianggap Keramat dan Sakral

image
4 Pantangan yang Tidak Boleh Dilakukan pada Bulan Suro, Jika Dilanggar Malapetaka akan Datang

ORBITINDONESIA - Satu Suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro. Satu Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Bulan Suro dianggap keramat dan sakral. Kalender Jawa merupakan sistem penanggalan yang dipakai oleh Kasultanan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma sekitar 1613-1645.

Di mana penggabungan penanggalan Islam dengan penanggalan Saka yang diwarisi Agama Hindu. Karena penanggalan Saka dianggap sangat bertentangan di masa Sultan Agung. Bulan pertama pada kalender Jawa adalah bulan Suro. Kemudian Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal, Sela, dan Besar.

Baca Juga: Hasil Liga 1: Borneo FC Kalahkan Arema FC di Stadion Segiri

Di Indonesia khususnya dalam budaya Jawa, Suro identik dengan suasana sakral dan mistis. Bulan Muharram adalah nama bulan pertama pada sistem penanggalan hijriah yang oleh Sultan dinamakan sebagai bulan Suro.

Kata Suro merupakan sebutan bagi bulan Muharram dalam masyarakat Jawa. Kata Suro sebenarnya berasal dari kata "asyura" dalam bahasa Arab yang berati "sepuluh", yakni tanggal 10 bulan Muharram.

Asyura dalam lidah masyarakat Jawa menjadu Suro. Jadilah kata Suro sebagai khasanah Islam-Jawa sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa. Kata Suro juga menunjukkan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan Islam-Jawa.

Di mana dari 29 atau 30 bulan Muharram yang dianggap paling keramat adalah 10 hari pertama atau lebih tepatnya sejak tanggal 1 hingga 8.

Baca Juga: 4 Manfaat yang Bisa Anda Temukan ketika Menyendiri, Salah Satunya Membuat Bahagia

Bulan Suro bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa dianggap sebagai bulan keramat atau sakral. Kekeramatan bulan Suro yang menimbulkan kepercayaan bahwa bentuk-bentuk kegiatan seperti pernikahan, hajatan dan sebagainya tidak berani dilakukan.

Mereka memiliki anggapan bahwa bulan Suro atau Muharram merupakan bulan yang paling agung dan mulia. Karena terlalu mulianya bulan Suro, maka dalam sistem kepercayaan masyarakat dipercayai hamba atau manusia tidak kuat atau memandang terlalu lemah untuk menyelenggarakan kegiatan.

Bagi keraton, ada dua hari besar yang berhubungan dengan agama diperingati secara besar- besaran. Kegiatan-kegiatan yang digelar, seperti gerebeg maulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Mulud (Rabiul Awal) dan pada bulan Suro.

Pada bulan Suro, kegiatan yang biasa dilaksanakan seperti jamasa pusaka (merawat / servis / upgrade benda pusaka), ruwatan (berdoa), serta sesajen agung (sedekah) atau laku tapa brata (introspeksi / mawas diri).

Baca Juga: Lirik Lagu Casablanca Nuha Bahrin, Naufal Azrin Lengkap dengan Arab dan Latin

Bagi masyarakat Jawa, hamba yang kuat melaksanakan hajatan pada bulan Suro adalah raja atau sultan. Sehingga bulan Suro dianggap sebagai bulan hajatan bagi keraton, di mana rakyat akan kualat jika ikut-ikutan melaksanakan hajatan tertentu.

Di luar peranan politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa yang menaruh perhatian besar terhadap perkembangan Islam di Jawa. Ia adalah pemimpin yang taat beragama, sehingga memperoleh banyak simpatik dari kalangan ulama.

Ijtihad terbesar dari Sultan Agung adalah mengubah tahun Saka yang berasal dari agama Hindu menjadi sistem tarikh dengan tanggal dan bulan hijriah sebagai dasar perhitungan.

Penanggalan dan bulan memakai sistem Qamariah yang diambil dari Islam. Namun angka tahun dan nama tahun tetap memakai sistem Jawa atau tahun Saka.

* Sumber Buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam-Jawa (2010) karya Muhammad Sholikhin. Disarikan oleh Mbah Ton. ***

Berita Terkait