DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Peran Slamet Rahardjo, Pelestari Cagar Budaya Salatiga, Mirip Periwayat Epik Gilgamesh

image
Slamet Rahardjo dan Cagar Budaya Salatiga

ORBITINDONESIA - Peran Slamet Rahardjo dalam cagar budaya kota Salatiga mengingatkan pada kisah periwayat Epik Gilgamesh, peninggalan sastra paling tua dalam sejarah. Epik Gilgamesh ini ditulis sekitar tahun 2100 sebelum masehi.

Hal itu diungkapkan Denny JA, Ph. D, Ketua Umum Satupena, dalam sambutannya di webinar Peluncuran Literasi Virtual dan Cetak Buku Cagar Budaya Kota Salatiga Dalam Tindak Slamet Rahardjo. Acara ini berlangsung di Salatiga, Sabtu, 13 Agustus 2022.

Menurut Denny, Slamet Rahardjo juga seorang periwayat tradisi. Ia merekam, menuliskan, dan meriwayatkan kota Salatiga sejak dulu.

Baca Juga: Ganti Deolipa Yumara Sebagai Kuasa Hukum, Bharada E Tunjuk Kuasa Hukum Baru Ronny Talapessy

Slamet Rahardjo antara lain menulis buku: Sejarah Bangunan Cagar Budaya Kota Salatiga (2013). Ia juga menulis buku: Riwayat Perjuangan Pahlawan-Pahlawan Salatiga Dalam Mengisi Kemerdekaan Indonesia (2012).

Denny menjelaskan, Epik Gilgamesh sendiri sudah dilahirkan 4.000 tahun lalu. Epik ini lebih tua seribu tahun dibandingkan kitab suci Torah bangsa  Yahudi, 2.100 tahun sebelum Injil, dan 2.700 tahun sebelum Al-Quran.

Sejak ditemukan oleh arkeolog Hormudz Rassam di tahun 1853, epik ini disimpan saja di British Museum.

“Adalah Geoge Smith yang membuat Epik Gilgamesh ini lebih banyak dibicarakan. George Smith adalah seorang ahli budaya kuno Mesir dan peradaban Asyiria,” tutur Denny.

Baca Juga: Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo Ditangkap KPK, 34 Orang Pejabat Ikut Terseret Diamankan

Pada 1873-1875, George Smith berhasil memecahkan kode bahasa dan menerjemahkan sebuah kisah dalam Epik Gilgamesh itu. Ternyata itu adalah kisah banjir besar, mirip kisah Nabi Nuh.

“Kisah ini sudah tertulis 1.000 tahun sebelum kisah Nabi Nuh yang diceritakan pertama kali dalam sejarah di Torah,” lanjut Denny.

Perbedaannya, tokoh utama yang menyelamatkan hewan dan manusia dalam perahu itu bukan bernama Nabi Nuh. Namanya Utnapishtim.

Banjirnya pun lokal saja, bukan banjir bandang yang melanda seluruh dunia.

Baca Juga: Jadwal Liga 1: Bali United vs Arema FC, Head to Head, Prediksi Skor Hingga Susunan Pemain

Menurut Denny, George Smith memperkaya pengetahuan kita.  Ia membuka debat tentang kemungkinan kisah Nabi Nuh diinspirasi oleh kisah di Mesopotamia, yang tertulis dalam dokumen 1.000 tahun lebih tua.

“George Smith adalah seorang periwayat tradisi. Slamet Rahardjo juga seorang periwayat tradisi. Kita berutang budi kepada Slamet Rahadjo,” tegas Denny.

“Siapapun di masa kini dan masa depan yang ingin  lebih mengenal kota Salatiga disediakan referensinya oleh Slamet Rahardjo,” sambungnya.

Denny pada kesempatan itu juga memberi apresiasi kepada Esti Susanti Hudioni, yang menjadi kurator dan penulis.

Baca Juga: Cerai dengan Nathalie Holscher, Kuasa Hukum Sule Bantah Ada Perselingkuhan

Esti Susanti merekam dan membukukan tindak Slamet Rahardjo dalam literasi digital dan cetak Cagar Budaya Kota Salatiga.

Tak lupa, Denny memberi apresiasi kepada para pengurus Satupena Jawa Tengah pimpinan Gunoto Saparie. Juga, untuk mereka yang secara langsung ataupun tak langsung menyukseskan program ini.

“Semoga kesadaran merawat tradisi dan meriwayatkannya, yang dicontohkan Slamet Raharjo, meluas kepada pekerja budaya lain, juga di kota lain,” kata Denny. ***

 

 

Berita Terkait