DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Einstein Percaya Pada Tuhannya Spinoza

image
Albert Einstein, profil singkat.

ORBITINDONESIA - Tahukah engkau, jika Einstein sedang diundang mengajar di berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat, pertanyaan apa yang paling sering ditanyakan oleh murid-muridnya?

Kepada Einstein, ilmuwan besar pemenang Nobel ini, sering ditanya: Do you believe in God? (Apakah Anda percaya pada Tuhan)

Dan Einstein selalu menjawab: "Aku percaya Tuhannya Spinoza."

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Kapal Militer China Berlabuh di Pelabuhan Sri Lanka, Meskipun Ada Kekhawatiran India

Mereka yang belum pernah membaca karya Spinoza, pasti tak paham.

Aku harap intisari sejarah ini bermanfaat untuk membuka hatimu, seperti halnya ia telah membuka hatiku:

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Baruch de Spinoza adalah seorang filsuf Belanda yang dianggap merupakan salah satu dari tiga filsuf rasionalis terbesar di abad 17 dalam sejarah filosofi, bersama René Descartes di Perancis, dan Gottfried Leibniz di Jerman.

Beberapa pandangan Spinoza adalah:

Baca Juga: Bantu Ungkap Kasus Pembunuhan Brigadir J, PPATK Siap Cek Aliran Dana dari Rekening Ajudan Irjen Ferdy Sambo

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Tuhan akan berkata: Berhentilah berdoa dan memukul-mukul dadamu! Yang kuingin engkau lakukan adalah pergi ke luar melihat dunia dan menikmati hidup.

Aku ingin engkau menikmati, menyanyi, bergembira, dan menghargai semua yang kuciptakan untukmu.

Berhentilah pergi ke bangunan-bangunan pemujaan yang redup, dingin - yang kau bangun sendiri dan kau katakan itu adalah rumahku!

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Rumahku berada di gunung-gunung, hutan-hutan, sungai-sungai, danau-danau, pantai-pantai. Di sanalah aku tinggal dan di sanalah aku mengekspresikan cintaku padamu.

Baca Juga: Pertama Kali, Abu Bakar Baasyir Ikuti Upacara HUT Ke 77 Republik lndonesia di Ponpes Mukmin Ngruki

Berhentilah menyalahkanku atas penderitaanmu; aku tak pernah mengatakan padamu bahwa ada yang salah denganmu, atau bahwa engkau seorang pendosa, atau seksualitasmu adalah sesuatu yang buruk.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Sex adalah hadiah yang kuberikan padamu yang dengannya engkau bisa mengekspresikan cintamu, ekstasi, dan kegembiraanmu. Jadi, jangan salahkan aku untuk semua yang mereka programkan agar kau percayai.

Berhentilah membaca ayat-ayat yang dinyatakan sakral yang tak ada urusannya denganku. Jika engkau tak bisa membacaku di matahari terbit, di keindahan alam, di pandangan mata teman-temanmu, di dalam mata anakmu... engkau tak bisa menemukanku di buku apa pun!

Percaya ini dan berhenti menanyaiku: Mohon tunjukkan padaku bagaimana aku harus mengerjakan tugas-tugasku?

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Selamat, Park Han Byul Lahiran Anak Kedua Jenis Kelamin Laki-Laki

Berhentilah takut padaku. Aku tidak menghakimimu atau mengritikmu, atau marah padamu, atau berusaha untuk menghukummu.

I am pure love.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Berhentilah minta diampuni, tidak ada yang harus diampuni. Aku penciptamu... aku mengisimu dengan passions, limitasi, kenikmatan, perasaan, kebutuhan, inkonsistensi... kebebasan berkehendak.

Bagaimana bisa aku menyalahkanmu untuk responmu terhadap sesuatu yang kutaruh di dalam dirimu? Bagaimana bisa aku menghukummu karena engkau menjadi dirimu, padahal aku yang menciptakanmu?

Baca Juga: Tiga Puisi Wiji Thukul Tentang Hari Kemerdekaan

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Apa kau pikir aku benar-benar bisa menciptakan tempat untuk membakar semua anak-anakku yang berkelakuan buruk, di sepanjang keabadian? Tuhan seperti apa yang melakukan itu?

Lupakan berbagai perintah, berbagai hukum yang mengatasnamakanku - mereka adalah alat untuk memanipulasimu, untuk mengontrolmu, dan hanya menciptakan rasa bersalah dalam dirimu.

Hormati sesamamu dan jangan lakukan apa yang kau tak mau dilakukan terhadap dirimu. Yang kuminta hanyalah engkau memperhatikan hidupmu dengan seksama, dan kesadaranmu adalah petunjukmu.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Kesayanganku, hidup ini bukanlah tes, bukan sebuah langkah, bukan rehearsal atau gladi-resik, bukan juga prelude ke surga. Hidup ini adalah satu-satunya yang eksis di sini dan saat ini, dan inilah semua yang kau butuhkan.

Baca Juga: Parah, Lelaki Ini Sawer Penyanyi Menggunakan Duit di Mulutnya, Netizen Murka

Aku memberimu kebebasan mutlak, tak ada hadiah atau hukuman, tak ada dosa atau pahala... tak ada yang membawa alat pengukur, tak ada yang menulis catatan.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Engkau sepenuhnya bebas untuk menjadikan hidupmu sendiri menjadi surga atau neraka.

Aku bisa saja mengatakan padamu apakah ada sesuatu setelah kehidupan ini, tapi aku tak akan... namun aku bisa memberimu petunjuk.

Hiduplah seakan-akan tidak ada apa-apa setelahnya... seolah-olah hanya ini kesempatanmu untuk menikmati, untuk mencintai, untuk berada.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Baca Juga: Ante Rebic Jadi Mesin Gol dan Pemain Terbaik AC Milan

Jadi, jika ternyata memang tidak ada apa-apa setelah ini, paling tidak engkau telah menikmati kesempatan yang telah kuberikan padamu. Dan jika ternyata ada, kupastikan aku tak akan menanyaimu apakah engkau berkelakuan benar atau salah.

Aku akan bertanya: Apakah engkau menyukainya? Apakah engkau bergembira? Apa yang paling kau sukai? Apa yang kau pelajari?

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Berhentilah mempercayai aku. Mempercayai adalah berasumsi, menduga, membayangkan.

Aku tak ingin engkau mempercayaiku... aku ingin engkau merasakanku saat engkau mencium yang kau kasihi, ketika kau menyelimuti gadis cilikmu, di waktu kau mengelus-elus anjingmu, ketika kau mandi di lautan.

Baca Juga: Prediksi Pertandingan: Lawan PSIS Semarang, Persik Kediri Masih Cari Kemenangan Perdana

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Berhentilah memujiku, Tuhan yang maniak ego seperti apa kau anggap diriku?

Aku bosan dipuja-puji, aku capai diterimakasihi. Engkau merasa bersyukur? Buktikan dengan merawat dirimu, kesehatanmu, hubungan-hubunganmu, dunia. Ekspresikan kegembiraanmu! Itu adalah cara memujiku.

Berhentilah membuat ruwet segala sesuatunya dan berhenti mengulang-ulang seperti burung parkit apa yang telah diajarkan padamu tentangku.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Satu-satunya yang pasti hanyalah engkau di sini, engkau hidup, dan dunia ini penuh dengan keajaiban.

Baca Juga: Profil Farel Prayoga, Penyanyi Cilik Asal Banyuwangi yang Goyang Istana Negara dengan Lagu Ojo Dibandingke

Engkau menginginkan lebih banyak mukzizat untuk apa? Mengapa perlu begitu banyak penjelasan?

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Mencariku di luar... kau tak akan menemukanku. Carilah aku di dalam... di situ aku berdegup di dalammu.

Spinoza.

(Diterjemahkan bebas dari status FB Gary Douglas, 10 Juli 2021, beredar di media sosial).***

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

 

Berita Terkait