DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Srihari: Dunia Paralel, Mungkinkah

image
Ilustrasi Dunia Paralel

ORBITINDONESIA - Dunia kuantum dianggap menganut hukum probabilitas (keacakan). Pandangan ini diawali dari sifat yang ditunjukkan oleh dualisme cahaya dan elektron.
 
Pada percobaan celah ganda— cahaya menunjukkan sifat materi ketika diamati, namun ketika tidak diamati, cahaya berperilaku sebagai gelombang.
 
Berikutnya, fenomena ‘keanehan’ itu dicoba diaplikasikan untuk sebuah eksperimen pikiran yang kemudian dikenal sebagai ‘Kucing Schrödinger’ oleh fisikawan Austria, Erwin Schrödinger, pada tahun 1935.
 
 
Pada eksperimen itu, kucing digambarkan berada dalam kotak, kondisi kucing dalam kotak dianggap mempunyai probabilitas: kucing hidup dan kucing mati.
 
Kucing dengan 2 probabilitas tersebut merupakan kondisi yang sama dengan kondisi peristiwa probabilitas yang mungkin terjadi dan tak terjadi di dunia kuantum. Probabilitas dunia kuantum kemudian melahirkan konsep dunia paralel.
 
Diantaranya ada anggapan bahwa dalam fenomena dualisme cahaya di atas, ketika cahaya yang diamati menunjukkan sifat materinya, dimungkinkan sifat gelombangnya secara bersamaan ditampilkan pula di dunia paralel.
 
Teori dunia paralel bahkan menganggap setiap hari atau bahkan sebuah dunia paralel tercipta. Namun, masing-masing dunia tidak menyadari kehadiran dunia lainnya dan tidak ada yang dapat memastikan dunia mana yang sebenarnya nyata.
 
 
Jadi, tiap makhluk hidup yang berada di satu dunia itu dapat beranggapan hanya dunianyalah yang nyata.
 
Konsep ini pun memicu banyak perdebatan. Bahkan Einstein menyatakan: “Tuhan tak bermain dadu”, dalam menyikapi fenomena kuantum kala itu.
 
Dan bagi kita, bila kita mengkajinya bahwa segala sesuatu itu ada ruhnya, apakah mungkin hal itu terjadi?
 
Pada segenap makhluk Tuhan senantiasa terdapat Ruh Tuhan. Ruhlah yang menjadikan ‘kehidupan’ pada segenap ciptaan-Nya. Ruh adalah energy of life bagi segenap ciptaan Tuhan.
 
 
Ruh yang bersemayam pada kodrat materi, maka pemanifestasian ruh itu akan melalui materi itu. Dan bila ruh bersemayam pada kodrat energi, maka energilah yang merupakan perwujudan ruh itu.
 
Dalam fisika, massa dan energi itu adalah ekuivalen, maka massa bisa dianggap sebagai energi yang terjebak (sebagai energi potensial dari massa itu).
 
Begitu pula dengan keberadaan ruh yang bersemayan dalam suatu entitas, maka ruh itu seperti terjebak dalam entitas itu.
 
Kita sebagai manusia mempunyai ruh, maka kita akan bersama dengan ruh kita sepanjang usia yang telah ditentukan menjalani kehidupan dalam karma dan darma.
 
 
Demikian ruhlah yang menjadikan terciptanya realitas. Dengan kata lain, realitas itu tercipta karena ruhlah yang mewujudkannya.
 
Jadi kita bisa memutus pikiran bahwa ruh kita berada di dunia lain bersama badan semirip kembaran kita, karena itu melanggar hukum alam ruh.
 
Tak mungkin pilihan hidup yang tak kita realisasikan bisa menjadi realitas di dunia paralel atau semacam multiverse versi mana pun. Sebab ada hukum alam yang berlaku untuk setiap jenis makhluk.
 
Setiap pilihan yang kita ambil, ruhlah yang akan mengeksekusinya melalui badan jasmani kita menjadi realitas kita.
 
 
Namun bila pilihan itu masih ada di pikiran, itulah yang masih menjadi probabilitas. Akal dan hati nurani akan mengolah pilihan-pilihan tersebut.
 
Kita berada dalam hukum deterministik, hukum yang mengacu sebab dan akibat. Tuhan menyatakan hukum alam adalah ketentuan, tapi takdir manusia adalah pilihan.
 
Apa yang menjadi pilihan kita menentukan apa yang akan kita dapat. Kita berbuat baik (darma), maka kebaikan itu akan kembali kepada kita sesuai perhitungannya.
 
Begitupun sebaliknya, bila kita berbuat dosa, maka dosa akan mendatangkan kesetimpalan pembalasan dosa (karma).
 
 
Demikian jika kita mendasarkan bahwa segala sesuatu itu ada ruhnya, maka kiranya pengetahuan itu bisa memandu kita agar tidak salah jalan.
 
Semoga ini menjadikan kita semakin memahami bahwa sains dan spiritual itu bisa sejalan. Sains membutuhkan spiritual dalam mengetahui tabir semesta, namun sains yang membuat kehidupan spiritual menjadi logis.
 
(Dikutip dari akun Facedbook Srihari, oleh OrbitIndonesia). ***

Berita Terkait